Minggu, 21 Oktober 2012

PERKEMBANGAN KEPERAWATAN



KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas kehendak-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat pada waktunya, walaupun banyak menghadapi kenala yang cukup berarti.
Kami membuat makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan. Agar kita mengetahui tentang pertumbuhan dan perkembangan manusia.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati kami berharap mudah – mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini. Dengan demikian kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun,yang ditujukan untuk membuat makalah ini sempurna.

Kuningan, 1 november 2010


penulis







BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang

Menurut penulis, dalam banyak buku, seringkali kita menemukan kesalahan dalam hal pengertian makna dari istilah “pertumbuhan” dan “perkembangan”. Tidak jarang makna pertumbuhan diartikan sama dengan perkembangan. Kedua istilah tersebut penggunannya acapkali dipertukarkan (Interchange) untuk makna yang sama, padahal sesungguhnya keduanya berbeda.
Ada sebagian penulis yang lebih memilih menggunakan istilah pertumbuhan saja ketimbang istilah perkembangan begitu pula sebaliknya.
Istilah pertumbuhan diberi makna dan digunakan untuk menyatakan perubahan-perubahan ukuran fisik atau fisiologis atau jasmani yang secara kuantitatif semakin membesar atau semakin memanjang, sedangkan istilah perkembangan lebih tertuju kepada perubahan-perubahan aspek psikologis dan sosial.
Sebagai makhluk hidup, pada hakikatnya setiap individu pasti akan mengalami pertumbuhan fisiologis dan perkembangan non-fisiologis meliputi aspek-aspek intelek, emosi, bahasa, bakat khusus, nilai dan moral, serta sikap.

1.2  Tujuan penulisan

Untuk memahami pertumbuhan dan perkembangan anak didik, tenaga didik diharapkan mampu berinisiatif mencari materi-materi bersumber fisiologi, psikologi, sosiologi, psikiatri, serta mampu mengintegrasikan seluruh pendapat di dalamnya.





1.3  Manfaat penulisan

Disini penulis akan mencoba memaparkan, bukan tentang perkembangan psikologis tetapi lebih kepada pertumubuhan fisiologis atau biologis serta mengaitkannya dengan proses dan hasil belajar anak didik.
Siapa pun tidak akan menyangkal bahwa seorang tenaga pendidik, baru bisa dikatakan efektif apabila ia mampu memahami aspek pertumbuhan peserta didiknya secara komprehensif. Pemahaman ini tentu akan membantu tenaga pendidik, terutama mempermudah untuk melakukan penilaian terhadap kebutuhan anak didik dan merencanakan melakukan penilaian terhadap kebutuhan anak didik dan merencanakan tujuan, materi, prosedur belajar mengajar dengan tepat dan efektif.












BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1Teori Kognitif Psikologi Perkembangan Jean Piaget
Pakar psikologi Swiss terkenal yaitu Jean Piaget (1896-1980), mengatakan bahwa anak dapat membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri. Piaget yakin bahwa anak-anak menyesuaikan pemikiran mereka untuk menguasai gagasan-gagasan baru, karena informasi tambahan akan menambah pemahaman mereka terhadap dunia. Dalam pandangan Piaget, terdapat dua proses yang mendasari perkembangan dunia individu, yaitu pengorganisasian dan penyesuaian. Pakar psikologi Swiss terkenal yaitu Jean Piaget (1896-1980), mengatakan bahwa anak dapat membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri. Piaget yakin bahwa anak-anak menyesuaikan pemikiran mereka untuk menguasai gagasan-gagasan baru, karena informasi tambahan akan menambah pemahaman mereka terhadap dunia.Dalam pandangan Piaget, terdapat dua proses yang mendasari perkembangan dunia individu, yaitu pengorganisasian dan penyesuaian. Untuk membuat dunia kita diterima oleh pikiran, kita melakukan pengorganisasian pengalaman-pengalaman yang telah terjadi. Piaget yakin bahwa kita menyesuaikan diri dalam dua cara yaitu asimiliasi dan akomodasi.Asimilasi terjadi ketika individu menggabungkan informasi baru ke dalam pengetahuan mereka yang sudah ada. Sedangkan akomodasi adalah terjadi ketika individu menyesuaikan diri dengan informasi baru.
Seorang anak 7 tahun dihadapkan dengan palu dan paku untuk memasang gambar di dinding. Ia mengetahui dari pengamatan bahwa palu adalah obyek yang harus dipegang dan diayunkan untuk memukul paku. Dengan mengenal kedua benda ini, ia menyesuaikan pemikirannya dengan pemikiran yang sudah ada (asimilasi). Akan tetapi karena palu terlalu berat dan ia mengayunkannya dengan keras maka paku tersebut bengkok, sehingga ia kemudian mengatur tekanan pukulannya. Penyesuaian kemampuan untuk sedikit mengubah konsep disebut akomodasi.
Piaget mengatakan bahwa kita melampui perkembangan melalui empat tahap dalam memahami dunia. Masing-masing tahap terkait dengan usia dan terdiri dari cara berpikir yang berbeda. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut:
Tahap sensorimotor (Sensorimotor stage), yang terjadi dari lahir hingga usia 2 tahun, merupakan tahap pertama piaget. Pada tahap ini, perkembangan mental ditandai oleh kemajuan yang besar dalam kemampuan bayi untuk mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sensasi (seperti melihat dan mendengar) melalui gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan fisik.
Tahap praoperasional (preoperational stage), yang terjadi dari usia 2 hingga 7 tahun, merupakan tahap kedua piaget, pada tahap ini anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar. Mulai muncul pemikiran egosentrisme, animisme, dan intuitif. Egosentrisme adalah suatu ketidakmampuan untuk membedakan antara perspektif seseorang dengan perspektif oranglain dengan kata lain anak melihat sesuatu hanya dari sisi dirinya.
Animisme adalah keyakinan bahwa obyek yang tidak bergerak memiliki kualiatas semacam kehidupan dan dapat bertindak. Seperti sorang anak yang mengatakan, “Pohon itu bergoyang-goyang mendorong daunnya dan daunnya jatuh.” Sedangkan Intuitif adalah anak-anak mulai menggunakan penalaran primitif dan ingin mengetahui jawaban atas semua bentuk pertanyaan. Mereka mengatakan mengetahui sesuatu tetapi mengetahuinya tanpa menggunakan pemikiran rasional.
Tahap operasional konkrit (concrete operational stage), yang berlangsung dari usia 7 hingga 11 tahun, merupakan tahap ketiga piaget. Pada tahap ini anak dapat melakukan penalaran logis menggantikan pemikiran intuitif sejauh pemikiran dapat diterapkan ke dalam cotoh-contoh yang spesifik atau konkrit.
Tahap operasional formal (formal operational stage), yang terlihat pada usia 11 hingga 15 tahun, merupakan tahap keempat dan terkahir dari piaget. Pada tahap ini, individu melampaui dunia nyata, pengalaman-pengalaman konkrit dan berpikir secara abstrak dan lebih logis.Sebagai pemikiran yang abstrak, remaja mengembangkan gambaran keadaan yang ideal. Mereka dapat berpikir seperti apakah orangtua yang ideal dan membandingkan orangtua mereka dengan standar ideal yang mereka miliki. Mereka mulai mempersiapkan kemungkinan-kemungkinan bagi masa depan dan terkagum-kagum terhadap apa yang mereka lakukan.
Perkembangan dalam perspektif peaget Secara sederhana Seifert dan Hoffnung mendefinisikan perkembangan sebagai “long term change in a persons growth, feeling, patterns of thinking, social relationships, and motor skills”. Sementara itu Chaplin mengartikan perkembangan sebagai perubahan yang berkesinambungan dan progresif dalam organisme, mulai dari lahir sampai mati. Menurut Reni Akbar Hawadi, perkembangan secara luas menunjuk pada keseluruhan proses perubahan dari potensi yang dimiliki individu dan tampil dalam kualitas kemampuan, sifat dan ciri-ciri yang baru. Menurut F.J. Monks, pengertian perkembangan menunjuk pada suatu proses kearah yang lebih sempurna dan tidak dapat diulang kembali. Perkembangan menunjuk kepada sifat yang tetap dan tidak dapat diputar kembali. Perkembangan juga dapat diartikan sebagai proses yang kekal dan tetap yang menuju kearah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi, beradasarkan pertumbuhan, pematanagn dan belajar. Santrock menjelaskan pengertian perkembangan sebagai berikut : ”development is the pattern of change that begin at conception and continous throught the life span. Most development involves growth, although it includes decay (as in death and dying). The pattern of movement is complex because it is product of several processes-biological, cognitive, and socio motional.”
Teori Kognitif Piaget Teori kognitif didasarkan pada asumsi bahawa kemampuan kognitif merupakan sesuatu yang fundamental dan yang membimbing tingkah laku anak. Dengan kemampuan kognitif ini, maka anak dipandang sebagai individu yang secara aktif membangun sendiri pengetahuan mereka tentang dunia.
Teori perkembangan kognitif Piaget adalah salah satu teori yang menjelasakan bagaimana anak beradaptasi dengan dan menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian sekitarnya. Bagaimana anak mempelajari ciri-ciri dan fungsi dari objek-objek seperti mainan, perabot, dan makanan serta objek-objek sosial seperti diri, orangtua dan teman. Bagaimana cara anak mengelompokan objek-objek untuk mengetahui persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaannya, untuk memahami penyebab terjadinya perubahan dalam objek-objek dan perisiwa-peristiwa dan untuk membentuk perkiraan tentang objek dan peristiwa tersebut.Piaget percaya bahawa pemikiran anak-anak berkembang menurut tahap-tahap atau priode-periode yang terus bertambah kompleks. Menurut teori tahapan Piaget, setiap individu akan melewati serangkaian perubahan kualitatif yang bersifat invariant, selalu tetap, tidak melompat atau mundur. Perubahan kualitatif ini terjadi karena tekanan biologis untuk menyesuaikan diri dengan lingkunagn serta adanya pengorganisasian struktur berfikir.Adaptasi (struktur fungsional) adalah sebuah istilah yang digunakan oleh Piaget untuk menunjukan pentingnya pola hubungan individu dengan lingkungannya dalam proses perkembangan kognitif. Menurut Piaget, adaptasi ini terdiri dari dua proses yang saling melengkapi, yaitu asimilasi dan akomodasi.
1. Asimilasi dari sudut biologi adalah integrasi antara elemen-elemen eksternal (dari luar) terhadap struktur yang sudah lengkap pada organisme. Asimilasi kognitif meliputi objek eksternal menjadi struktur pengetahuan internal. 

2. Akomodasi adalah menciptakan langkah baru atau memperbarui atau menggabung-gabungakn istilah lama untuk menghadapin tantangan baru. Akomodasi kognitif berarti mengubah struktur kognitif yang telah dimiliki sebelumnya untuk disesuaikan dengan objek stimulus eksternal.

A.     Perkembangan Masa Bayi
Dalam pandangan Piaget tahap-tahap perkembanagn pemikiran dibedakan atas empat tahap, yaitu tahap pemikiran sensoris-motorik, praoperasional, operasional konkret, dan operasional formal.
Pemikiran bayi termasuk kedalam pemikiran sensoris motorik, tahap sensoris motorik berlangsung dari kelahiran hingga kira-kira berumur 2 tahun. Selama tahap ini perkembangan mental ditandai dengan perkembangan pesat dengan kemampuan bayi untuk mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sensasi melalui gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan fisik. Dalam hal ini bayi yang baru lahir bukan saja menerima secara pasif rangsangan-rangsangan terhadap alat-alat indranya, melainkan juga aktif memberikan respons terhadap rangsangan tersebut, yakni melaui gerak-gerak refleks. Pada akhir tahap ini ketika anak berusia sekitar 2 tahun, pola-pola sensorik motoriknya semakin kompleks dan mulai mengadopsi suatu sistem simbol yang primitif. Misalnya, anak usia dua tahun dapat membayangkan sebuah mainan dan dan memanipulasinya dengan tangannya sebelum mainan tersebut benar-benar ada. Anak juga dapat menggunakan kata-kata sederhana, seperti “mama melompat” untuk menunjukan telah terjadinya sebuah peristiwa sensoris motorik.

B.    Perkembangan Masa Anak-Anak Awal
Perkemabnagn kognitif pada masa awal anak-anak dinamakan tahap praoperasional (preoperational stage), yang berlangsung dari usia 2 hingga 7 tahun. Pada tahap ini konsep yang stabil dibentuk, penalaran mental muncul, egosentisme mulai kuat dan kemudian melemah, serta terbentuknya keyakinan terhadap hal yang magis.

Pemikiran praoperasional tidak lain adalah suatu masa tunggu yang singkat pada pemikiran operasional, sekalipaun label praoperasional menekankan bahwa pada tahap ini belum berpikir secara operasional. Dalam tahap pra operasional pemikiran masih kacau dan tidak terorganisir secara baik. Pemikiran praoperasional adalah awal dari kemampuan untuk merekonstruksi pada level pemikiran apa yang telah ditetapkan dalam tingkah laku. Pemikiran praoperasional juga mencakaup transisi dari penggunaan simbol-simbol primitif kepada yang lebih maju.

C.    Perkembangan Masa Pertengahan dan Akhir Anak-Anak
Pemikiran anak-anak pada masa ini disebut pemikiran operasional konkrit (concrete operational thought). Menurut Piaget operasi adalah hubungan-hubungan logis diantara konsep-konsep atau skema-skema. Sedangkan operasi konkrit adalah aktivitas mental yang difokuskan pada objek-objek atau peristiwa-peristiwa nyata atau konkrit dapat diukur.

Pada masa ini anak sudah mengembangkan pikiran logis, ia mulai mampu memahami operasi sejumlah konsep. Dalam upaya memahami alam sekitarnya, mereka tidak lagi terlalu mengandalkan informasi yang bersumber dari panca indra, karena ia mulai mempunyai kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh mata dengan kenyataan sesungguhnya, dan antara yang bersifat sementara dengan yang berasifat menetap.

Anak-anak pada masa konkrit operasional ini telah mampu menyadari konservasi, yaitu kemampuan anak untuk berhubungan dengan berhubungan dengan sejumlah aspek yang berbeda secara serempak. Hal ini karena pada masa ini anak telah mengembangkan tiga macam proses yang disebut dengan operasi-operasi yaitu negasi, resiprokasi, dan identitas.

D.    Perkembangan Masa Remaja
Ditinjau dari perspektif teori kognitif Piaget, maka pemikiran masa remaja telah mencapai tahap pemikiran operasional formal (formal operational thought), yakni suatu tahap perkembangan kognitif yang dimulai kira-kira 11 atau 12 tahun dan terus berlanjut sampai remaja mencapai masa tenang atau dewasa. Pada tahap ini anak sudah mulai berfikir abstrak dan hipotesis. Pada masa ini anak sudah mampu memikirkan sesuatu yang akan atau mungkin terjadi, sesuatu yang abstrak.
            Diasamping itu pada tahap ini remaja juga sudah mampu berpikir secara sistematik, mampu memikirkan semua kemungkinan secara sistematik untuk memecahkan masalah.

2.2  Tahap perkembangan moral Kohlberg
Tahapan perkembangan moral adalah ukuran dari tinggi rendahnya moral seseorang berdasarkan perkembangan penalaran moralnya seperti yang diungkapkan oleh kolhberg. Tahapan tersebut dibuat saat ia belajar psikologi di university of Chicago berdasarkan teori yang ia buat setelah terinspirasi hasil kerja piaget dan kekagumannya akan reaksi anak-anak terhadap dilema moral. Ia menulis disertasi doktornya pada tahun 1958  yang menjadi awal dari apa yang sekarang disebut tahapan-tahapan perkembangan moral dari Kohlberg.
Kohlberg menggunakan ceritera-ceritera tentang dilema moral dalam penelitiannya, dan ia tertarik pada bagaimana orang-orang akan menjustifikasi tindakan-tindakan mereka bila mereka berada dalam persoalan moral yang sama. Kohlberg kemudian mengkategorisasi dan mengklasifikasi respon yang dimunculkan ke dalam enam tahap yang berbeda. Keenam tahapan tersebut dibagi ke dalam tiga tingkatan: pra-konvensional, konvensional, dan pasca-konvensional. Teorinya didasarkan pada tahapan perkembangan konstruktif; setiap tahapan dan tingkatan memberi tanggapan yang lebih adekuat terhadap dilema-dilema moral dibanding tahap/tingkat sebelumnya.
1.      Taraf Pra-Konvensional
Pada taraf ini anak telah memiliki sifat responsif terhadap peraturan dan cap baik dan buruk, hanya cap tersebut ditafsirkan secara fisis dan hedonistis (berdasarkan dengan enak dan tidak enak, suka dan tidak suka)  kalau jahat dihukum kalau baik diberi hadiah.  Anak pada usia ini juga menafsirkan baik buruk dari segi kekuasaan dari asal peraturan itu diberi, orang tua, guru, dan orang dewasa lainnya.  Pada taraf ini terdiri dari dua tahpan yaitu :
punishment and obedience orientation.  Akibat-akibat fisik dari tindakan menentukan baik buruknya tindakan tersebut menghindari hukuman dan taat secara buta pada yang berkuasa diangga bernilai pada dirinya sendiri.
Instrument-relativist orientation.  Akibat dalam tahap ini beranggapan bahwa tindakan yang benar adalah tindakan yang dapat menjadi alat untuk memuaskan kebutuhannya sendiri dan kadang-kadang juga kebutuhan orang lain.  Hubungan antar manusia dianggap sebagai hubungan jual beli di pasar.  Engkau menjual saya membeli, saya menyenangkan kamu, maka kamu mesti menyenangkan saya.

2.      Conventional Level ( tarafKonvensional)
 Pada taraf ini mengusahakan terwujudnya harapan-harapan keluarga atau bangsa bernilai pada dirinya sendiri.  Anak tidak hanya mau berkompromi , tapi setia kepadanya, berusaha mewujudkan secara aktif, menunjukkan ketertiban dan berusaha mewujudkan secara aktif, menunjang ketertiban dan berusaha mengidentifikasi diri mereka yang mengusahakan ketertiban social.
Tahap interpersonal corcodance atau “good boy-nice girl” orientation.  Tingkah laku yang lebih baik adalah tingkah laku yang membuat senang orang lain atau yang menolong orang lain dan yang mendapat persetujuan  mereka.  Supaya diterima dan disetujui orang lain seseorang harus berlaku “manis”.  Orang berusaha membuat dirinya wajar  seperti pada umumnya orang lain bertingkah laku.  Intensi tingkah laku walaupun kadang-kadang berbeda dari pelaksanaanya sudah diperhitungkan, misalnya orang-orang yang mencuri buat anaknya yang hampir mati dianggap berintensi baik.
Tahap law and order,  orientation.  Otoritas peraturan-peraturan yang sudah ditetapkan dan pemeliharaan ketertiban social dijunjung tinggi dalam tahap ini.  Tingkah laku disebut benar, bila orang melakukan kewajibannya, menghormati otoritas dan memelihara ketertiban social.
 Postoonventional Level ( taraf sesudah konvensional)
Pada taraf ini seorang individu berusaha mendapatkan perumusan nilai-nilai moral dan berusaha merumuskan prinsip-prinsip yang sah (valid) dan yang dapat diterapkan entah prinsip itu berasal dari otoritas orang atau kelompok yang mana.  Tahapannya adalah
Social contract orientation.  Dalam tahap ini orang mengartikan benar-salahnya suatu tindakan atas hak-hak individu  dsan norma-norma  yang sudah teruji di masyarakat.  Disadari bahwa nilai-nilai yang bersiat relative, maka perlu ada usaha untuk mencapai suatu consensus bersama
 The universal ethical principle orientation.  Benar salahnya tindakan ditentukan oleh keputusan suara nurani hati.  Sesuai dengan prinsip-prinsip etis yang dianut oleh orang yang bersangkutan, prinsip prinsip etis itu bersifat avstrak. 
2.3 TEORI FREUD
Tahap oral-sensori (lahir sampai usia 12 bulan) karakteristik :
1.      aktivitas melibatkan mulut  (sumber utama kenyamanan)
2.      Perasaan dependen (bergantung pada orang lain)
3.      Individu yang terfiksasi --- kesulitan mempercayai orang lain, menunjukkan perilaku seperti menggigit kuku, mengunyah permen karet, merokok, menyalahgunakan obat, minum alkohol, makan terlalu banyak, overdependen.
   Implikasi : prosedur pemberian makan sebaiknya memberikan kenyamanan dan keamanan.
Tahap anal-muskular (usia 1-3 tahun / toddler) Karakteristik :
1.      Organ anus dan rectum merupakan sumber kenyamanan.
2.      Masa “toilet training” --- dapat terjadi konflik.
3.      Mengotori adalah aktivitas yang umum.
4.      Gangguan pada tahap ini dapat menimbulkan kepribadian obsesif-kompulsif seperti keras kepala, kikir, kejam dan tempertantrum.
            Implikasi : “toilet training” sebaiknya adalah sebagai pengalaman yang menyenangkan, pujian yang tepat dapat menimbulkan kepribadian yang kreatif dan produktif
Tahap falik (3-6 tahun / pra sekolah) Karakteristik :
1.      Organ genital sebagai sumber kenyamanan.
2.      Masturbasi dimulai dan keingintahuan seksual menjadi terbukti.
3.      Dapat mengalami kompleks Oedipus atau kompleks Elektra.
4.      Hambatan pada tahap ini dapat menyebabkan kesulitan dalam indentitas seksual dan bermasalah dengan otoritas, ekspresi malu, dan takut.
   Implikasi : mengembangkan identitas seksual. Anak sebaiknya mengenali hubungan dengan orang lain di luar anggota keluarga.
Tahap latensi (6-12 tahun / masa sekolah) Karakteristik :
1.      energi digunakan untuk aktivitas fisik dan intelektual
2.      Ini adalah periode tenang, dimana kegiatan sexual tidak muncul (tidur).
3.      Anak mungkin terikat dalam aktivitas erogenus (perasaan erotik) dengan teman sebaya yang sama jenis kelaminnya.
4.      Penggunaan koping dan mekanisme pertahanan diri muncul pada waktu ini
5.      Konflik yang tidak diatasi pada masa ini dapat menyebabkan obsesif dan kurang motivasi diri.
   Implikasi : anjurkan anak mencari aktivitas fisik dan intelektual
Genital (13 tahun keatas / pubertas atau remaja sampai dewasa) Karakteristik:
1.      genital menjadi pusat dari tekanan dan kesenangan seksual
2.      Produksi hormon seksual menstimulasi perkembangan heteroseksual
3.      Energi ditujukan untuk mencapai hubungan seksual yang matur
4.      Pada awal fase sering terjadi emosi yang belum matang, kemudian mulai berkembang kemampuan untuk menerima dan memberi cinta
Implikasi : anjurkan untuk mandiri, dapat membuat keputusan sendiri dan berpisah dengan kedua orang tua

2.4Teori Erikson
Trust vs mistrust -- bayi (lahir – 12 bulan)
1.      Indikator positif : belajar percaya pada orang lain
2.      Indikator negatif : tidak percaya, menarik diri dari lingkungan masyarakat, pengasingan.
3.      Pemenuhan kepuasan untuk makan dan mengisap, rasa hangat dan nyaman, cinta dan rasa aman ----  menghasilkan kepercayaan.
4.      Pada saat kebutuhan dasar tidak terpenuhi secara adekuat --- bayi menjadi curiga, penuh rasa takut, dan tidak percaya. Hal ini ditandai dengan perilaku makan, tidur dan eliminasi yang buruk.
Otonomi vs ragu-ragu dan malu (autonomy vs shame & doubt) -- todler (1-3 tahun)
1.      Indikator positif : kontrol diri tanpa kehilangan harga diri
2.      Indikator negatif : terpaksa membatasi diri atau terpaksa mengalah
3.      Anak mulai mengembangkan kemandirian membuka dan memakai baju, berjalan, mengambil, makan sendiri, dan ke toilet. Mulai terbentuk kontrol diri.
4.      Jika kemandirian todler tidak didukung oleh orang tua, mungkin anak memiliki kepribadian yang ragu-ragu
5.      jika anak dibuat merasa buruk pada saat melakukan kegagalan, anak akan menjadi pemalu.
 Inisiatif vs merasa bersalah (initiative vs guilt) -- pra sekolah ( 3-6 tahun)
1.      Indikator positif : mempelajari tingkat ketegasan dan tujuan mempengaruhi lingkungan. Mulai mengevaluasi kebiasaan (perilaku) diri sendiri.
2.      Indikator negatif : kurang percaya diri, pesimis, takut salah. Pembatasan dan kontrol yang berlebihan terhadap aktivitas pribadi
3.      Inisiatif, mencoba hal-hal baru, perilaku kuat, imajinatif dan intrusif, perkembangan perasaan bersalah dan identifikasi dengan orang tua yang berjenis kelamin sama.
4.      Pembatasan --- mencegah anak dari perkembangan inisiatif.
5.      Rasa bersalah mungkin muncul pada saat melakukan aktivitas yang berlawanan dengan orang tua.
6.      Anak perlu belajar untuk memulai aktivitas tanpa merusak hak-hak orang lain.
Industri vs inferior (industry vs inferiority) -- usia sekolah (6-12 tahun)
1.      Indikator positif : mulai kreatif, berkembang, manipulasi. Membangun rasa bersaing dan ketekunan.
2.      Indikator negatif : hilang harapan, merasa cukup, menarik diri dari sekolah dan teman sebaya.
3.      Anak mendapatkan pengenalan melalui demonstrasi ketrampilan dan produksi benda-benda serta mengembangkan harga diri melalui pencapaian
4.      Anak dipengaruhi oleh guru dan sekolah.
5.      Perasaan inferior --- terjadi pada saat orang dewasa memandang usaha anak untuk belajar bagaimana sesuatu bekerja melalui menipulasi adalah sesuatu yang bodoh atau merupakan masalah.
6.      Perasaaan inferior --- ketidaksuksesan di sekolah, ketidaksuksesan dalam perkembangan ketrampilan fisik dan mencari teman.
Identitas vs bingung peran (identity vs role confusion) -- remaja (12 - 18 tahun)
1.      Indikator positif : menghubungkan sesuatu dengan perasaan diri, merencanakan aktualisasi diri
2.      Indikator negatif : kebingungan, ragu-ragu, dan tidak mampu menemukan identitas diri
3.      Individu mengembangkan penyatuan rasa “ diri sendiri”.
4.      Teman sebaya mempunyai pengaruh yang kuat terhadap perilaku.
5.      Kegagalan untuk mengembangkan rasa identitas  --- kebingungan peran, yang sering muncul dari perasaan tidak adekuat, isolasi dan keragu-raguan.
Intimasi vs isolasi (intimacy vs isolation) – dewasa muda (18-25 sampai 45 tahun)
1.      indikator positif : berhubungan intim dengan orang lain. Mempunyai komitmen dalam bekerja dan berhubungan dengan orang lain.
2.      Indikator negatif : menghindari suatu hubungan, komitmen gaya hidup atau karir
3.      Individu mengembangkan kedekatan dan berbagi hubungan dengan orang lain, yang mungkin termasuk pasangan seksual.
4.      Ketidakpastian individu mengenai diri sendiri akan mempunyai kesulitan mengembangkan keintiman.
5.      Seseorang tidak bersedia atau tidak mampu berbagi mengenai diri sendiri, akan merasa sendiri.
Generativitas vs stagnasi atau absorpsi diri – dewasa tengah (45 – 65 tahun)
1.      indikator positif : kreatifitas, produktivitas dan perhatian dengan orang lain
2.      indikator negatif : perhatian terhadap diri sendiri, kurang merasa nyaman
3.      Orang dewasa --- bimbingan untuk generasi selanjutnya, mengekspresikan kepedulian pada dunia di masa yang akan datang
4.      Absorpsi diri orang dewasa akan direnungkan dengan kesejahteraan pribadi dan peningkatan materi
5.      Perenungan diri sendiri mengarah pada stagnasi kehidupan.
Integritas ego vs putus asa -- dewasa akhir (65 tahun keatas)
1.      indikator positif : penerimaan kehidupan pribadi sebagai sesuatu yang berharga dan unik. Siap menerima kematian
2.      indikator negatif : perasaan kehilangan, jijik terhadap orang lain.
3.      Masa lansia dapat melihat ke belakang dengan rasa puas dan penerimaan hidup dan kematian
4.      Resolusi (pencapaian) yang tidak berhasil dalam krisis ini bisa menghasilkan perasaan putus asa karena individu melihat kehidupan sebagai bagian dari ketidakberuntungan, kekecewaan dan kegagalan.















BAB III
PEMBAHASAN KASUS
3.1Kasus (skenario)
Pertumbuhan da perkembangan manusia merupakan proses yang dinamik  dan berlangsung terus menerus mulai dari masa konsepsi sampai dengan dewasa serta merupakan dua hal yang berbeda tetapi tidak dapat dipisahkan. Pada teori ini dikenal dengan pola tumbang seperti pola pertumbuhan fisik yang terarah antara lain cephalo caudal, proksimal distal, pola perkembangan mass to eh spesifik pola perkembangan berlangsung dalam tahap perkembangan, pola perkembangan dipengaruhi oleh kematangan dan latihan. Tumbang dipengaruhi oleh banyak factor diantaranya genetic, belajar, lingkungan dan kematangan. Disamping itu teori-teori perkembangan diantaranya perkembangan kognitif menurut piaget, menurut freud dengan perkembangan psikoseksual dan erikson dengan perkembangan psikososial yaitu ffase oral – trust vs mistrust, fase anal – shame/doubt, fase falik – intiative vs guilt, fase laten – industry vs inferiority, fase genital  - identy vs role confiuson, serta perkembangan menurut Kohlberg. Adapun untuk gangguan tumbang banyak diantaranya gagal tumbuh, pika, gangguan tidur teror, enuresis fungsional, enkopresis fungsional, gangguan perkembangan spesifik, RM dan autism.
Sebagai contoh,  anda saat ini sedang bertugas diklinik tumbang “anak sehat”. Saat ini anda sedang melakukan pemfis serta pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan pada An. Y ( 6 tahun). Anda mendapatkan data sebagai berikut, secara fisik anak nampak normal, namun untuk tahap perkembangannya terdapat berbagai masalah dengan cirri-ciri sbb : adanya kelainan emosi, intelektual, dan kemauan atau gangguan pervasive. Ibu klien juga merasa khawatir dengan perkembangan anaknya yang sering melakukan prilaku yang berulang-ulang diluar kewajaran dan kadang-kadang juga disertai dengan kejang.
   
3.2  pertanyaan kasus
1.      Berdasarkan kasus diatas, coba analisa oleh anda termasuk gangguan tumbuh  kembang apa An. Y, mengapa kasus ini begitu kompleks menimbulkan banyak permasalahan yang dialami oleh An.Y, serta intervensi keperawatan seperti apa yang akan diberikan untuk mengatasi dari setiap permasalahan yang terjadi pada An. Y ?
2.      Coba identifikasi oleh anda pernyataan masing-masing teori pertumbuhan dan perkembangan diatas, sertaberikan tanggapannya yang tepat mengapa factor genetik, lingkungan, belajar dan kematangan bisa mempengaruhi tumbuh kembang seseorang khususnya pada kasus anak !
3.      Sejauhmana anda ketahui tentang gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak,mengapa ilmu ini (tumbang) sangat pentingdipelajari khususnya bagi perawat anak sendiri, dan apa manfaatnya bagi perkembangan ilmu keperawatan anak!
3.3 jawaban pertanyaan











BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpiulan
Pertumbuhan adalah suatu proses pertambahan ukuran, baik volume, bobot, dan jumlah sel yang bersifat irreversible  (tidak dapat kembali ke asal).
Perkembangan adalah perubahan atau diferensiasi sel menuju keadaan yang lebih dewasa.
Pertumbuhan dan perkembanga penting bagi makhluk hidup, misalnya pada manusia, dengan tumbuh dan berkembang dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya dan melestarikan keturunannya.
Sewaktu masih bayi, balita, dan anak kecil, manusia memiliki daya tahan tubuh yang masih lemah sehingga mudah terserang penyakit. Tetapi, setelah tumbuh dan berkembang menjadi dewasa, daya tahan tubuhnya semakin kuat sehingga kelangsungan hidupnya lebih terjamin.
Pertumbuhan dan perkembangan membawa manusia kepada kedewasaan. Setelah dewasa, manusia dapat menghasilkan keturunan sehingga populasi manusia akan terjaga kelestariannya.
Jika hewan dan tumbuhan tidak mengalami pertumbuhan dan perkembangan, maka akan mengalami kepunahan.
4.2Saran





















DAFTAR PUSTAKA

  1. Crain, William C. (1985). Theories of Development (edisi ke-2Rev Ed). Prentice-Hall. ISBN 0-13-913617-7. http://faculty.plts.edu/gpence/html/kohlberg.htm. 
  2. Kohlberg, Lawrence (1958). "The Development of Modes of Thinking and Choices in Years 10 to 16". Ph. D. dissertation, University of Chicago.
  3. Piaget, Jean (1932). The Moral Judgment of the Child. London: Kegan Paul, Trench, Trubner and Co.. ISBN 0-02-925240-7. 
  4. Kohlberg, Lawrence (1973). "The Claim to Moral Adequacy of a Highest Stage of Moral Judgment". Journal of Philosophy 70: 630-646.
  5. Kohlberg, Lawrence (1981). Essays on Moral Development, Vol. I: The Philosophy of Moral Development. Harper & Row. ISBN 0-06-064760-4. 
  6. Kohlberg, Lawrence; Charles Levine, Alexandra Hewer (1983). Moral stages : a current formulation and a response to critics. Basel, NY: Karger. ISBN 3-8055-3716-6. 
  7. Kohlberg, Lawrence (1971). From Is to Ought: How to Commit the Naturalistic Fallacy and Get Away with It in the Study of Moral Development. Academic Press. 
  8. Kohlberg, Lawrence; T. Lickona, ed. (1976). "Moral stages and moralization: The cognitive-developmental approach". Moral Development and Behavior: Theory, Research and Social Issues. Rinehart and Winston. 







Tidak ada komentar:

Posting Komentar