KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah
SWT. Atas kehendak-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat
pada waktunya, walaupun banyak menghadapi kenala yang cukup berarti.
Kami membuat makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan. Agar kita mengetahui tentang
pertumbuhan dan perkembangan manusia.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati kami berharap
mudah – mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini.
Dengan demikian kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun,yang
ditujukan untuk membuat makalah ini sempurna.
Kuningan, 1
november 2010
penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Menurut penulis, dalam banyak buku,
seringkali kita menemukan kesalahan dalam hal pengertian makna dari istilah
“pertumbuhan” dan “perkembangan”. Tidak jarang makna pertumbuhan diartikan sama
dengan perkembangan. Kedua istilah tersebut penggunannya acapkali dipertukarkan
(Interchange) untuk makna yang sama, padahal sesungguhnya keduanya
berbeda.
Ada sebagian penulis yang lebih memilih
menggunakan istilah pertumbuhan saja ketimbang istilah perkembangan begitu pula
sebaliknya.
Istilah pertumbuhan diberi makna dan
digunakan untuk menyatakan perubahan-perubahan ukuran fisik atau fisiologis
atau jasmani yang secara kuantitatif semakin membesar atau semakin memanjang,
sedangkan istilah perkembangan lebih tertuju kepada perubahan-perubahan aspek
psikologis dan sosial.
Sebagai
makhluk hidup, pada hakikatnya setiap individu pasti akan mengalami pertumbuhan
fisiologis dan perkembangan non-fisiologis meliputi aspek-aspek intelek, emosi,
bahasa, bakat khusus, nilai dan moral, serta sikap.
1.2 Tujuan penulisan
Untuk
memahami pertumbuhan dan perkembangan anak didik, tenaga didik diharapkan mampu
berinisiatif mencari materi-materi bersumber fisiologi, psikologi, sosiologi,
psikiatri, serta mampu mengintegrasikan seluruh pendapat di dalamnya.
1.3 Manfaat penulisan
Disini
penulis akan mencoba memaparkan, bukan tentang perkembangan psikologis tetapi
lebih kepada pertumubuhan fisiologis atau biologis serta mengaitkannya dengan
proses dan hasil belajar anak didik.
Siapa
pun tidak akan menyangkal bahwa seorang tenaga pendidik, baru bisa dikatakan
efektif apabila ia mampu memahami aspek pertumbuhan peserta didiknya secara
komprehensif. Pemahaman ini tentu akan membantu tenaga pendidik, terutama
mempermudah untuk melakukan penilaian terhadap kebutuhan anak didik dan
merencanakan melakukan penilaian terhadap kebutuhan anak didik dan merencanakan
tujuan, materi, prosedur belajar mengajar dengan tepat dan efektif.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1Teori
Kognitif Psikologi Perkembangan Jean Piaget
Pakar psikologi Swiss terkenal yaitu
Jean Piaget (1896-1980), mengatakan bahwa anak dapat membangun secara aktif
dunia kognitif mereka sendiri. Piaget yakin bahwa anak-anak menyesuaikan
pemikiran mereka untuk menguasai gagasan-gagasan baru, karena informasi
tambahan akan menambah pemahaman mereka terhadap dunia. Dalam pandangan Piaget,
terdapat dua proses yang mendasari perkembangan dunia individu, yaitu
pengorganisasian dan penyesuaian. Pakar psikologi Swiss terkenal yaitu Jean
Piaget (1896-1980), mengatakan bahwa anak dapat membangun secara aktif dunia
kognitif mereka sendiri. Piaget yakin bahwa anak-anak menyesuaikan pemikiran
mereka untuk menguasai gagasan-gagasan baru, karena informasi tambahan akan
menambah pemahaman mereka terhadap dunia.Dalam pandangan Piaget, terdapat dua
proses yang mendasari perkembangan dunia individu, yaitu pengorganisasian dan
penyesuaian. Untuk membuat dunia kita diterima oleh pikiran, kita melakukan
pengorganisasian pengalaman-pengalaman yang telah terjadi. Piaget yakin bahwa
kita menyesuaikan diri dalam dua cara yaitu asimiliasi dan akomodasi.Asimilasi
terjadi ketika individu menggabungkan informasi baru ke dalam pengetahuan
mereka yang sudah ada. Sedangkan akomodasi adalah terjadi ketika individu
menyesuaikan diri dengan informasi baru.
Seorang anak 7 tahun dihadapkan
dengan palu dan paku untuk memasang gambar di dinding. Ia mengetahui dari
pengamatan bahwa palu adalah obyek yang harus dipegang dan diayunkan untuk
memukul paku. Dengan mengenal kedua benda ini, ia menyesuaikan pemikirannya
dengan pemikiran yang sudah ada (asimilasi). Akan tetapi karena palu terlalu
berat dan ia mengayunkannya dengan keras maka paku tersebut bengkok, sehingga
ia kemudian mengatur tekanan pukulannya. Penyesuaian kemampuan untuk sedikit
mengubah konsep disebut akomodasi.
Piaget
mengatakan bahwa kita melampui perkembangan melalui empat tahap dalam memahami
dunia. Masing-masing tahap terkait dengan usia dan terdiri dari cara berpikir
yang berbeda. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut:
Tahap sensorimotor (Sensorimotor
stage), yang terjadi dari lahir hingga
usia 2 tahun, merupakan tahap pertama piaget. Pada tahap ini, perkembangan
mental ditandai oleh kemajuan yang besar dalam kemampuan bayi untuk
mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sensasi (seperti melihat dan mendengar)
melalui gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan fisik.
Tahap praoperasional (preoperational stage), yang terjadi dari usia 2 hingga 7
tahun, merupakan tahap kedua piaget, pada tahap ini anak mulai melukiskan dunia
dengan kata-kata dan gambar-gambar. Mulai muncul pemikiran egosentrisme,
animisme, dan intuitif. Egosentrisme adalah suatu ketidakmampuan untuk
membedakan antara perspektif seseorang dengan perspektif oranglain dengan kata
lain anak melihat sesuatu hanya dari sisi dirinya.
Animisme adalah keyakinan bahwa
obyek yang tidak bergerak memiliki kualiatas semacam kehidupan dan dapat
bertindak. Seperti sorang anak yang mengatakan, “Pohon itu bergoyang-goyang
mendorong daunnya dan daunnya jatuh.” Sedangkan Intuitif adalah anak-anak mulai
menggunakan penalaran primitif dan ingin mengetahui jawaban atas semua bentuk
pertanyaan. Mereka mengatakan mengetahui sesuatu tetapi mengetahuinya tanpa
menggunakan pemikiran rasional.
Tahap operasional konkrit (concrete
operational stage), yang berlangsung dari usia 7 hingga 11 tahun, merupakan
tahap ketiga piaget. Pada tahap ini anak dapat melakukan penalaran logis
menggantikan pemikiran intuitif sejauh pemikiran dapat diterapkan ke dalam
cotoh-contoh yang spesifik atau konkrit.
Tahap operasional formal (formal
operational stage), yang terlihat pada usia 11 hingga 15 tahun, merupakan
tahap keempat dan terkahir dari piaget. Pada tahap ini, individu melampaui
dunia nyata, pengalaman-pengalaman konkrit dan berpikir secara abstrak dan
lebih logis.Sebagai pemikiran yang abstrak, remaja mengembangkan gambaran
keadaan yang ideal. Mereka dapat berpikir seperti apakah orangtua yang ideal
dan membandingkan orangtua mereka dengan standar ideal yang mereka miliki.
Mereka mulai mempersiapkan kemungkinan-kemungkinan bagi masa depan dan terkagum-kagum
terhadap apa yang mereka lakukan.
Perkembangan
dalam perspektif peaget Secara sederhana
Seifert dan Hoffnung mendefinisikan perkembangan sebagai “long term change
in a persons growth, feeling, patterns of thinking, social relationships, and
motor skills”. Sementara itu Chaplin mengartikan perkembangan sebagai
perubahan yang berkesinambungan dan progresif dalam organisme, mulai dari lahir
sampai mati. Menurut Reni Akbar Hawadi, perkembangan secara luas menunjuk pada
keseluruhan proses perubahan dari potensi yang dimiliki individu dan tampil
dalam kualitas kemampuan, sifat dan ciri-ciri yang baru. Menurut F.J. Monks,
pengertian perkembangan menunjuk pada suatu proses kearah yang lebih sempurna
dan tidak dapat diulang kembali. Perkembangan menunjuk kepada sifat yang tetap
dan tidak dapat diputar kembali. Perkembangan juga dapat diartikan sebagai
proses yang kekal dan tetap yang menuju kearah suatu organisasi pada tingkat
integrasi yang lebih tinggi, beradasarkan pertumbuhan, pematanagn dan belajar.
Santrock menjelaskan pengertian perkembangan sebagai berikut : ”development
is the pattern of change that begin at conception and continous throught the
life span. Most development involves growth, although it includes decay (as in
death and dying). The pattern of movement is complex because it is product of
several processes-biological, cognitive, and socio motional.”
Teori
Kognitif Piaget Teori kognitif didasarkan pada
asumsi bahawa kemampuan kognitif merupakan sesuatu yang fundamental dan yang
membimbing tingkah laku anak. Dengan kemampuan kognitif ini, maka anak
dipandang sebagai individu yang secara aktif membangun sendiri pengetahuan
mereka tentang dunia.
Teori perkembangan kognitif Piaget
adalah salah satu teori yang menjelasakan bagaimana anak beradaptasi dengan dan
menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian sekitarnya. Bagaimana anak
mempelajari ciri-ciri dan fungsi dari objek-objek seperti mainan, perabot, dan
makanan serta objek-objek sosial seperti diri, orangtua dan teman. Bagaimana
cara anak mengelompokan objek-objek untuk mengetahui persamaan-persamaan dan
perbedaan-perbedaannya, untuk memahami penyebab terjadinya perubahan dalam
objek-objek dan perisiwa-peristiwa dan untuk membentuk perkiraan tentang objek
dan peristiwa tersebut.Piaget percaya bahawa pemikiran anak-anak berkembang
menurut tahap-tahap atau priode-periode yang terus bertambah kompleks. Menurut
teori tahapan Piaget, setiap individu akan melewati serangkaian perubahan
kualitatif yang bersifat invariant, selalu tetap, tidak melompat atau mundur.
Perubahan kualitatif ini terjadi karena tekanan biologis untuk menyesuaikan
diri dengan lingkunagn serta adanya pengorganisasian struktur berfikir.Adaptasi
(struktur fungsional) adalah sebuah istilah yang digunakan oleh Piaget untuk
menunjukan pentingnya pola hubungan individu dengan lingkungannya dalam proses
perkembangan kognitif. Menurut Piaget, adaptasi ini terdiri dari dua proses
yang saling melengkapi, yaitu asimilasi dan akomodasi.
1. Asimilasi dari sudut biologi adalah
integrasi antara elemen-elemen eksternal (dari luar) terhadap struktur yang
sudah lengkap pada organisme. Asimilasi kognitif meliputi objek eksternal
menjadi struktur pengetahuan internal.
2. Akomodasi adalah menciptakan langkah
baru atau memperbarui atau menggabung-gabungakn istilah lama untuk menghadapin
tantangan baru. Akomodasi kognitif berarti mengubah struktur kognitif yang
telah dimiliki sebelumnya untuk disesuaikan dengan objek stimulus eksternal.
A. Perkembangan Masa Bayi
Dalam pandangan Piaget tahap-tahap
perkembanagn pemikiran dibedakan atas empat tahap, yaitu tahap pemikiran
sensoris-motorik, praoperasional, operasional konkret, dan operasional formal.
Pemikiran bayi termasuk kedalam pemikiran
sensoris motorik, tahap sensoris motorik berlangsung dari kelahiran hingga
kira-kira berumur 2 tahun. Selama tahap ini perkembangan mental ditandai dengan
perkembangan pesat dengan kemampuan bayi untuk mengorganisasikan dan
mengkoordinasikan sensasi melalui gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan fisik.
Dalam hal ini bayi yang baru lahir bukan saja menerima secara pasif
rangsangan-rangsangan terhadap alat-alat indranya, melainkan juga aktif
memberikan respons terhadap rangsangan tersebut, yakni melaui gerak-gerak
refleks. Pada akhir tahap ini ketika anak berusia sekitar 2 tahun, pola-pola
sensorik motoriknya semakin kompleks dan mulai mengadopsi suatu sistem simbol
yang primitif. Misalnya, anak usia dua tahun dapat membayangkan sebuah mainan
dan dan memanipulasinya dengan tangannya sebelum mainan tersebut benar-benar
ada. Anak juga dapat menggunakan kata-kata sederhana, seperti “mama melompat”
untuk menunjukan telah terjadinya sebuah peristiwa sensoris motorik.
B. Perkembangan Masa Anak-Anak Awal
Perkemabnagn kognitif pada masa awal
anak-anak dinamakan tahap praoperasional (preoperational stage), yang
berlangsung dari usia 2 hingga 7 tahun. Pada tahap ini konsep yang stabil
dibentuk, penalaran mental muncul, egosentisme mulai kuat dan kemudian melemah,
serta terbentuknya keyakinan terhadap hal yang magis.
Pemikiran praoperasional tidak lain adalah
suatu masa tunggu yang singkat pada pemikiran operasional, sekalipaun label
praoperasional menekankan bahwa pada tahap ini belum berpikir secara
operasional. Dalam tahap pra operasional pemikiran masih kacau dan tidak
terorganisir secara baik. Pemikiran praoperasional adalah awal dari kemampuan
untuk merekonstruksi pada level pemikiran apa yang telah ditetapkan dalam
tingkah laku. Pemikiran praoperasional juga mencakaup transisi dari penggunaan
simbol-simbol primitif kepada yang lebih maju.
C. Perkembangan Masa Pertengahan dan Akhir
Anak-Anak
Pemikiran anak-anak pada masa ini disebut
pemikiran operasional konkrit (concrete operational thought). Menurut
Piaget operasi adalah hubungan-hubungan logis diantara konsep-konsep atau
skema-skema. Sedangkan operasi konkrit adalah aktivitas mental yang difokuskan
pada objek-objek atau peristiwa-peristiwa nyata atau konkrit dapat diukur.
Pada masa ini anak sudah mengembangkan
pikiran logis, ia mulai mampu memahami operasi sejumlah konsep. Dalam upaya
memahami alam sekitarnya, mereka tidak lagi terlalu mengandalkan informasi yang
bersumber dari panca indra, karena ia mulai mempunyai kemampuan untuk
membedakan apa yang tampak oleh mata dengan kenyataan sesungguhnya, dan antara
yang bersifat sementara dengan yang berasifat menetap.
Anak-anak pada masa konkrit operasional ini
telah mampu menyadari konservasi, yaitu kemampuan anak untuk berhubungan dengan
berhubungan dengan sejumlah aspek yang berbeda secara serempak. Hal ini karena
pada masa ini anak telah mengembangkan tiga macam proses yang disebut dengan
operasi-operasi yaitu negasi, resiprokasi, dan identitas.
D. Perkembangan Masa Remaja
Ditinjau dari perspektif teori kognitif Piaget, maka pemikiran masa
remaja telah mencapai tahap pemikiran operasional formal (formal
operational thought), yakni suatu tahap perkembangan kognitif yang dimulai
kira-kira 11 atau 12 tahun dan terus berlanjut sampai remaja mencapai masa
tenang atau dewasa. Pada tahap ini anak sudah mulai berfikir abstrak dan
hipotesis. Pada masa ini anak sudah mampu memikirkan sesuatu yang akan atau
mungkin terjadi, sesuatu yang abstrak.
Diasamping itu pada tahap ini remaja juga sudah mampu berpikir secara
sistematik, mampu memikirkan semua kemungkinan secara sistematik untuk
memecahkan masalah.
2.2 Tahap
perkembangan moral Kohlberg
Tahapan perkembangan
moral adalah ukuran dari tinggi rendahnya moral
seseorang berdasarkan perkembangan penalaran moralnya seperti yang diungkapkan
oleh kolhberg. Tahapan tersebut dibuat saat ia belajar psikologi di university
of Chicago berdasarkan teori yang ia buat setelah terinspirasi hasil kerja
piaget dan kekagumannya akan reaksi anak-anak terhadap dilema moral. Ia menulis
disertasi doktornya pada tahun 1958 yang
menjadi awal dari apa yang sekarang disebut tahapan-tahapan perkembangan moral
dari Kohlberg.
Kohlberg menggunakan ceritera-ceritera tentang dilema
moral dalam penelitiannya, dan ia tertarik pada bagaimana orang-orang akan
menjustifikasi tindakan-tindakan mereka bila mereka berada dalam persoalan
moral yang sama. Kohlberg kemudian mengkategorisasi dan mengklasifikasi respon
yang dimunculkan ke dalam enam tahap yang berbeda. Keenam tahapan tersebut
dibagi ke dalam tiga tingkatan: pra-konvensional, konvensional, dan
pasca-konvensional. Teorinya didasarkan pada tahapan perkembangan konstruktif;
setiap tahapan dan tingkatan memberi tanggapan yang lebih adekuat terhadap
dilema-dilema moral dibanding tahap/tingkat sebelumnya.
1. Taraf Pra-Konvensional
Pada
taraf ini anak telah memiliki sifat responsif terhadap peraturan dan cap
baik dan buruk, hanya cap tersebut ditafsirkan secara fisis dan hedonistis
(berdasarkan dengan enak dan tidak enak, suka dan tidak suka) kalau jahat
dihukum kalau baik diberi hadiah. Anak pada usia ini juga menafsirkan
baik buruk dari segi kekuasaan dari asal peraturan itu diberi, orang tua, guru,
dan orang dewasa lainnya. Pada taraf ini terdiri dari dua tahpan yaitu :
punishment
and obedience orientation. Akibat-akibat fisik dari tindakan menentukan baik
buruknya tindakan tersebut menghindari hukuman dan taat secara buta pada yang
berkuasa diangga bernilai pada dirinya sendiri.
Instrument-relativist
orientation.
Akibat dalam tahap ini beranggapan bahwa tindakan yang benar adalah tindakan
yang dapat menjadi alat untuk memuaskan kebutuhannya sendiri dan kadang-kadang
juga kebutuhan orang lain. Hubungan antar manusia dianggap sebagai
hubungan jual beli di pasar. Engkau menjual saya membeli, saya
menyenangkan kamu, maka kamu mesti menyenangkan saya.
2. Conventional Level ( tarafKonvensional)
Pada
taraf ini mengusahakan terwujudnya harapan-harapan keluarga atau bangsa
bernilai pada dirinya sendiri. Anak tidak hanya mau berkompromi , tapi
setia kepadanya, berusaha mewujudkan secara aktif, menunjukkan ketertiban dan
berusaha mewujudkan secara aktif, menunjang ketertiban dan berusaha
mengidentifikasi diri mereka yang mengusahakan ketertiban social.
Tahap
interpersonal corcodance atau “good boy-nice girl” orientation. Tingkah laku yang lebih baik
adalah tingkah laku yang membuat senang orang lain atau yang menolong orang
lain dan yang mendapat persetujuan mereka. Supaya diterima dan
disetujui orang lain seseorang harus berlaku “manis”. Orang berusaha
membuat dirinya wajar seperti pada umumnya orang lain bertingkah
laku. Intensi tingkah laku walaupun kadang-kadang berbeda dari
pelaksanaanya sudah diperhitungkan, misalnya orang-orang yang mencuri buat
anaknya yang hampir mati dianggap berintensi baik.
Tahap
law and order, orientation. Otoritas peraturan-peraturan yang sudah ditetapkan
dan pemeliharaan ketertiban social dijunjung tinggi dalam tahap ini.
Tingkah laku disebut benar, bila orang melakukan kewajibannya, menghormati
otoritas dan memelihara ketertiban social.
Postoonventional Level ( taraf
sesudah konvensional)
Pada
taraf ini seorang individu berusaha mendapatkan perumusan nilai-nilai moral dan
berusaha merumuskan prinsip-prinsip yang sah (valid) dan yang dapat diterapkan
entah prinsip itu berasal dari otoritas orang atau kelompok yang mana.
Tahapannya adalah
Social
contract orientation. Dalam tahap ini orang mengartikan benar-salahnya
suatu tindakan atas hak-hak individu dsan norma-norma yang sudah
teruji di masyarakat. Disadari bahwa nilai-nilai yang bersiat relative,
maka perlu ada usaha untuk mencapai suatu consensus bersama
The universal ethical principle orientation.
Benar salahnya tindakan ditentukan oleh keputusan suara nurani hati.
Sesuai dengan prinsip-prinsip etis yang dianut oleh orang yang bersangkutan,
prinsip prinsip etis itu bersifat avstrak.
2.3 TEORI FREUD
Tahap
oral-sensori (lahir sampai usia 12 bulan) karakteristik :
1.
aktivitas melibatkan
mulut (sumber utama kenyamanan)
2.
Perasaan dependen
(bergantung pada orang lain)
3.
Individu yang
terfiksasi --- kesulitan mempercayai orang lain, menunjukkan perilaku seperti
menggigit kuku, mengunyah permen karet, merokok, menyalahgunakan obat, minum
alkohol, makan terlalu banyak, overdependen.
Implikasi : prosedur
pemberian makan sebaiknya memberikan kenyamanan dan keamanan.
Tahap
anal-muskular (usia 1-3 tahun / toddler) Karakteristik
:
1. Organ
anus dan rectum merupakan sumber kenyamanan.
2. Masa
“toilet training” --- dapat terjadi konflik.
3. Mengotori
adalah aktivitas yang umum.
4. Gangguan
pada tahap ini dapat menimbulkan kepribadian obsesif-kompulsif seperti keras
kepala, kikir, kejam dan tempertantrum.
Implikasi : “toilet
training” sebaiknya adalah sebagai pengalaman yang menyenangkan, pujian yang
tepat dapat menimbulkan kepribadian yang kreatif dan produktif
Tahap falik
(3-6 tahun / pra sekolah) Karakteristik :
1. Organ
genital sebagai sumber kenyamanan.
2. Masturbasi
dimulai dan keingintahuan seksual menjadi terbukti.
3. Dapat
mengalami kompleks Oedipus atau kompleks Elektra.
4. Hambatan
pada tahap ini dapat menyebabkan kesulitan dalam indentitas seksual dan
bermasalah dengan otoritas, ekspresi malu, dan takut.
Implikasi : mengembangkan
identitas seksual. Anak sebaiknya mengenali hubungan dengan orang lain di luar
anggota keluarga.
Tahap latensi (6-12 tahun / masa
sekolah) Karakteristik :
1. energi
digunakan untuk aktivitas fisik dan intelektual
2. Ini
adalah periode tenang, dimana kegiatan sexual tidak muncul (tidur).
3. Anak
mungkin terikat dalam aktivitas erogenus (perasaan erotik) dengan teman sebaya
yang sama jenis kelaminnya.
4. Penggunaan
koping dan mekanisme pertahanan diri muncul pada waktu ini
5. Konflik
yang tidak diatasi pada masa ini dapat menyebabkan obsesif dan kurang motivasi
diri.
Implikasi : anjurkan anak
mencari aktivitas fisik dan intelektual
Genital (13
tahun keatas / pubertas atau remaja sampai dewasa) Karakteristik:
1. genital
menjadi pusat dari tekanan dan kesenangan seksual
2. Produksi
hormon seksual menstimulasi perkembangan heteroseksual
3. Energi
ditujukan untuk mencapai hubungan seksual yang matur
4. Pada
awal fase sering terjadi emosi yang belum matang, kemudian mulai berkembang
kemampuan untuk menerima dan memberi cinta
Implikasi : anjurkan untuk mandiri, dapat
membuat keputusan sendiri dan berpisah dengan kedua orang tua
2.4Teori Erikson
Trust vs mistrust -- bayi (lahir – 12 bulan)
1. Indikator positif : belajar percaya pada orang lain
2. Indikator negatif : tidak percaya, menarik diri
dari lingkungan masyarakat, pengasingan.
3. Pemenuhan kepuasan untuk makan dan mengisap, rasa
hangat dan nyaman, cinta dan rasa aman ----
menghasilkan kepercayaan.
4. Pada saat kebutuhan dasar tidak terpenuhi secara
adekuat --- bayi menjadi curiga, penuh rasa takut, dan tidak percaya. Hal ini
ditandai dengan perilaku makan, tidur dan eliminasi yang buruk.
Otonomi vs ragu-ragu dan
malu (autonomy vs shame & doubt) -- todler (1-3 tahun)
1. Indikator
positif : kontrol diri tanpa kehilangan harga diri
2. Indikator
negatif : terpaksa membatasi diri atau terpaksa mengalah
3. Anak
mulai mengembangkan kemandirian membuka dan memakai baju, berjalan, mengambil,
makan sendiri, dan ke toilet. Mulai terbentuk kontrol diri.
4. Jika
kemandirian todler tidak didukung oleh orang tua, mungkin anak memiliki
kepribadian yang ragu-ragu
5. jika
anak dibuat merasa buruk pada saat melakukan kegagalan, anak akan menjadi
pemalu.
Inisiatif vs
merasa bersalah (initiative vs guilt) -- pra sekolah ( 3-6 tahun)
1. Indikator
positif : mempelajari tingkat ketegasan dan tujuan mempengaruhi lingkungan.
Mulai mengevaluasi kebiasaan (perilaku) diri sendiri.
2. Indikator
negatif : kurang percaya diri, pesimis, takut salah. Pembatasan dan kontrol
yang berlebihan terhadap aktivitas pribadi
3. Inisiatif,
mencoba hal-hal baru, perilaku kuat, imajinatif dan intrusif, perkembangan
perasaan bersalah dan identifikasi dengan orang tua yang berjenis kelamin sama.
4. Pembatasan
--- mencegah anak dari perkembangan inisiatif.
5. Rasa
bersalah mungkin muncul pada saat melakukan aktivitas yang berlawanan dengan
orang tua.
6. Anak
perlu belajar untuk memulai aktivitas tanpa merusak hak-hak orang lain.
Industri vs inferior (industry vs inferiority) --
usia sekolah (6-12 tahun)
1. Indikator
positif : mulai kreatif, berkembang, manipulasi. Membangun rasa bersaing dan
ketekunan.
2. Indikator
negatif : hilang harapan, merasa cukup, menarik diri dari sekolah dan teman
sebaya.
3. Anak
mendapatkan pengenalan melalui demonstrasi ketrampilan dan produksi benda-benda
serta mengembangkan harga diri melalui pencapaian
4. Anak
dipengaruhi oleh guru dan sekolah.
5. Perasaan
inferior --- terjadi pada saat orang dewasa memandang usaha anak untuk belajar
bagaimana sesuatu bekerja melalui menipulasi adalah sesuatu yang bodoh atau
merupakan masalah.
6. Perasaaan
inferior --- ketidaksuksesan di sekolah, ketidaksuksesan dalam perkembangan
ketrampilan fisik dan mencari teman.
Identitas vs bingung peran (identity vs role
confusion) -- remaja (12 - 18 tahun)
1. Indikator
positif : menghubungkan sesuatu dengan perasaan diri, merencanakan aktualisasi
diri
2. Indikator
negatif : kebingungan, ragu-ragu, dan tidak mampu menemukan identitas diri
3. Individu
mengembangkan penyatuan rasa “ diri sendiri”.
4. Teman
sebaya mempunyai pengaruh yang kuat terhadap perilaku.
5. Kegagalan
untuk mengembangkan rasa identitas ---
kebingungan peran, yang sering muncul dari perasaan tidak adekuat, isolasi dan
keragu-raguan.
Intimasi vs isolasi (intimacy vs isolation) – dewasa
muda (18-25 sampai 45 tahun)
1. indikator
positif : berhubungan intim dengan orang lain. Mempunyai komitmen dalam bekerja
dan berhubungan dengan orang lain.
2. Indikator
negatif : menghindari suatu hubungan, komitmen gaya hidup atau karir
3. Individu
mengembangkan kedekatan dan berbagi hubungan dengan orang lain, yang mungkin
termasuk pasangan seksual.
4. Ketidakpastian
individu mengenai diri sendiri akan mempunyai kesulitan mengembangkan
keintiman.
5. Seseorang
tidak bersedia atau tidak mampu berbagi mengenai diri sendiri, akan merasa
sendiri.
Generativitas vs stagnasi atau absorpsi diri –
dewasa tengah (45 – 65 tahun)
1. indikator
positif : kreatifitas, produktivitas dan perhatian dengan orang lain
2. indikator
negatif : perhatian terhadap diri sendiri, kurang merasa nyaman
3. Orang
dewasa --- bimbingan untuk generasi selanjutnya, mengekspresikan kepedulian
pada dunia di masa yang akan datang
4. Absorpsi
diri orang dewasa akan direnungkan dengan kesejahteraan pribadi dan peningkatan
materi
5. Perenungan
diri sendiri mengarah pada stagnasi kehidupan.
Integritas ego vs putus asa -- dewasa akhir (65
tahun keatas)
1. indikator
positif : penerimaan kehidupan pribadi sebagai sesuatu yang berharga dan unik.
Siap menerima kematian
2. indikator
negatif : perasaan kehilangan, jijik terhadap orang lain.
3. Masa
lansia dapat melihat ke belakang dengan rasa puas dan penerimaan hidup dan
kematian
4. Resolusi
(pencapaian) yang tidak berhasil dalam krisis ini bisa menghasilkan perasaan
putus asa karena individu melihat kehidupan sebagai bagian dari
ketidakberuntungan, kekecewaan dan kegagalan.
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
3.1Kasus (skenario)
Pertumbuhan da perkembangan manusia merupakan proses
yang dinamik dan berlangsung terus
menerus mulai dari masa konsepsi sampai dengan dewasa serta merupakan dua hal
yang berbeda tetapi tidak dapat dipisahkan. Pada teori ini dikenal dengan pola
tumbang seperti pola pertumbuhan fisik yang terarah antara lain cephalo caudal,
proksimal distal, pola perkembangan mass to eh spesifik pola perkembangan
berlangsung dalam tahap perkembangan, pola perkembangan dipengaruhi oleh
kematangan dan latihan. Tumbang dipengaruhi oleh banyak factor diantaranya
genetic, belajar, lingkungan dan kematangan. Disamping itu teori-teori
perkembangan diantaranya perkembangan kognitif menurut piaget, menurut freud
dengan perkembangan psikoseksual dan erikson dengan perkembangan psikososial
yaitu ffase oral – trust vs mistrust, fase anal – shame/doubt, fase falik –
intiative vs guilt, fase laten – industry vs inferiority, fase genital - identy vs role confiuson, serta
perkembangan menurut Kohlberg. Adapun untuk gangguan tumbang banyak diantaranya
gagal tumbuh, pika, gangguan tidur teror, enuresis fungsional, enkopresis
fungsional, gangguan perkembangan spesifik, RM dan autism.
Sebagai contoh,
anda saat ini sedang bertugas diklinik tumbang “anak sehat”. Saat ini
anda sedang melakukan pemfis serta pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan
pada An. Y ( 6 tahun). Anda mendapatkan data sebagai berikut, secara fisik anak
nampak normal, namun untuk tahap perkembangannya terdapat berbagai masalah
dengan cirri-ciri sbb : adanya kelainan emosi, intelektual, dan kemauan atau
gangguan pervasive. Ibu klien juga merasa khawatir dengan perkembangan anaknya
yang sering melakukan prilaku yang berulang-ulang diluar kewajaran dan
kadang-kadang juga disertai dengan kejang.
3.2 pertanyaan kasus
1.
Berdasarkan kasus diatas, coba
analisa oleh anda termasuk gangguan tumbuh
kembang apa An. Y, mengapa kasus ini begitu kompleks menimbulkan banyak
permasalahan yang dialami oleh An.Y, serta intervensi keperawatan seperti apa
yang akan diberikan untuk mengatasi dari setiap permasalahan yang terjadi pada
An. Y ?
2.
Coba identifikasi oleh anda
pernyataan masing-masing teori pertumbuhan dan perkembangan diatas,
sertaberikan tanggapannya yang tepat mengapa factor genetik, lingkungan,
belajar dan kematangan bisa mempengaruhi tumbuh kembang seseorang khususnya
pada kasus anak !
3.
Sejauhmana anda ketahui tentang
gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak,mengapa ilmu ini (tumbang)
sangat pentingdipelajari khususnya bagi perawat anak sendiri, dan apa
manfaatnya bagi perkembangan ilmu keperawatan anak!
3.3 jawaban
pertanyaan
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpiulan
Pertumbuhan
adalah suatu proses pertambahan ukuran, baik volume, bobot, dan jumlah sel yang
bersifat irreversible (tidak
dapat kembali ke asal).
Perkembangan
adalah perubahan atau diferensiasi sel menuju keadaan yang lebih dewasa.
Pertumbuhan dan perkembanga penting bagi makhluk hidup, misalnya pada
manusia, dengan tumbuh dan berkembang dapat mempertahankan kelangsungan
hidupnya dan melestarikan keturunannya.
Sewaktu masih bayi, balita, dan anak kecil, manusia memiliki daya tahan tubuh
yang masih lemah sehingga mudah terserang penyakit. Tetapi, setelah tumbuh dan
berkembang menjadi dewasa, daya tahan tubuhnya semakin kuat sehingga
kelangsungan hidupnya lebih terjamin.
Pertumbuhan dan perkembangan membawa manusia kepada kedewasaan. Setelah
dewasa, manusia dapat menghasilkan keturunan sehingga populasi manusia akan
terjaga kelestariannya.
Jika hewan dan tumbuhan tidak mengalami pertumbuhan dan perkembangan, maka
akan mengalami kepunahan.
4.2Saran
DAFTAR PUSTAKA
- Crain, William C. (1985). Theories
of Development
(edisi ke-2Rev Ed). Prentice-Hall. ISBN
0-13-913617-7.
http://faculty.plts.edu/gpence/html/kohlberg.htm.
- Kohlberg, Lawrence (1958). "The
Development of Modes of Thinking and Choices in Years 10 to 16". Ph.
D. dissertation, University of Chicago.
- Piaget, Jean (1932). The Moral Judgment of
the Child. London: Kegan Paul, Trench, Trubner and Co.. ISBN
0-02-925240-7.
- Kohlberg, Lawrence (1973). "The
Claim to Moral Adequacy of a Highest Stage of Moral Judgment". Journal
of Philosophy 70: 630-646.
- Kohlberg, Lawrence (1981). Essays on Moral
Development, Vol. I: The Philosophy of Moral Development. Harper &
Row. ISBN
0-06-064760-4.
- Kohlberg, Lawrence; Charles Levine, Alexandra Hewer
(1983). Moral stages : a current formulation and a response to
critics. Basel, NY: Karger. ISBN
3-8055-3716-6.
- Kohlberg, Lawrence (1971). From Is to
Ought: How to Commit the Naturalistic Fallacy and Get Away with It in
the Study of Moral Development. Academic Press.
- Kohlberg, Lawrence; T. Lickona, ed.
(1976). "Moral stages and moralization: The cognitive-developmental
approach". Moral Development and Behavior: Theory, Research and
Social Issues. Rinehart and Winston.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar