BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Hormon tiroid sangat penting untuk metabolisme
energi, nutrisi, dan ion organik, termogenesis serta merangsang pertumbuhan dan
perkembangan berbagai jaringan, Pada periode kritis juga untuk perkembangan
susunan syaraf pusat dan tulang. Hormon ini mempengaruhi beberapa
jaringan dan sel melalui berbagai pola aktivasi genomik dan sintesis protein
serta reseptor yang mempunyai arti penting untuk berbagai aktivitas. Hormon
tiroid berpotensiasi dengan katekolamin (efek yang menonjol adalah
hipertiroidisme), dan berefek pada pertumbuhan somatik dan tulang diperantai
oleh stimulasi sintesis dan kerja hormon pertumbuhan dan IGF.
Disfungsi tiroid pada masa bayi dan anak dapat
berakibat kelainan metabolik yang ditemukan pada dewasa, berpengaruh pada
pertumbuhan dan perkembangan, karena maturasi jaringan dan organ atau jaringan
spesifik yang merupakan pengatur perkembangan bergantung pada efek hormon
tiroid, sehingga konsekuensi klinik disfungsi tiroid bergantung pada usia mulai
timbulnya pada masa bayi dan anak.
Apabila hipotiroidisme pada janin atau bayi
baru lahir tidak diobati, menyebabkan kelainan intelektual dan atau fungsi
neurologik yang menetap, ini menunjukan betapa pentingnya peran hormon tiroid
dalam perkembangan otak saat masa tersebut. Setelah usia 3 tahun , sebagian
besar perkembangan otak yang tergantung hormon tiroid sudah lengkap,
hipotiroidisme pada saat ini mengakibatkan pertumbuhan lambat dan keterlambatan
maserasi tulang, biasanya tidak menetap dan tidak berpengaruh pada perkembangan
kognitif dan neurologik, sehingga perlu dilakukan skrinning untuk deteksi dan
terapi dini.
Buruknya pengaruh hipotirod pada tumbuh kembang
anak membuat penulis merasa perlu untuk mengetahui bagaimana cara mendeteksi
kelainan ini secara dini dan bagaiman terapi yang tepat sehingga dapat mencegah
ataupun memperbaiki kualitas tumbuh kembang anak selanjutnya.
B.
Tujuan
1.
Tujuan
umum
Dapat melakukan simulasi asuhan keperawatan, penkes,
pengelolaan asuhan keperawatan, nursing advokasi, mengidentifikasi masalah
penelitian dengan kasus gangguan system endokrin pada berbagai tingkat usia dengan memperhatikan aspek
legal dan etis.
2.
Tujuan
khusus
a.
Mahasiswa mampu
melakukan simulasi asuhan keperawatan dengan kasus gangguan system endokrin pada berbagai tingkat usia dengan memperhatikan aspek
legal dan etis.
b.
Mahasiswa mampu
melakukan simulasi pendidikan kesehatan dengan kasus gangguan system endokrin pada berbagai tingkat usia dengan memperhatikan aspek
legal dan etis.
c.
Mahasiswa mampu
mengidentifikasi masalah-masalah penelitian yang berhubungan dengan system endokrin dan menggunakan hasil-hasil penelitian dalam mengatasi
masalah gangguan system endokrin.
d.
Mahasiswa mampu
melakukan simulasi pengelolaan asuhan keperawatan pada sekelompok klien dengan
gangguan system endokrin pada berbagai tingkat usia dengan memperhatikan aspek
legal dan etis.
e.
Mahasiswa mampu
melaksanakan fungsi advokasi pada kasus dengan
gangguan system endokrin pada berbagai tingkat usia.
f.
Mahasiswa mampu
mendemonstrasikan intervensi keperawatan pada kasus dengan gangguan system endokrin pada berbagai tingkat usia sesuai dengan standar yang
berlaku dengan berfikir kreatif dan inovatif sehingga menghasilkan pelayanan
yang efisien dan efektif.
C.
Rumusan
masalah
Dilihat dari latar
belakang diatas didapatkan rumusan masalahnya yaitu:
“Bagaimanamelakukan
simulasi asuhan keperawatan, penkes, pengelolaan asuhan keperawatan, nursing
advokasi, mengidentifikasi masalah penelitian dengan kasus gangguan system endokrin pada berbagai tingkat usia dengan memperhatikan aspek
legal dan etis?”
D.
Metode
penulisan
Metode
penulisan dalam makalah ini adalah:
BAB 1 Pendahuluan didalamnya mengenai latar
belakang, tujuan, rumusan masalah, dan metode penulisan makalah.
BAB 2 Landasan Teori didalamnya mengenai
teori tentang anatomi fisiologi system endokrin, konsep penyakit tentang hipoteroidisme, asuhan keperawatan tentang penyakit hipoteroidisme, simulasi pendidikan kesehatan tentang penyakit hiperteroid, hasil penelitian tentang penyakit hipoteroidisme, serta prinsip legal dan etis dengan ganggguan penyakit hipoteroidisme.
BAB 3 Pembahasan Kasus didalamnya mengenai
kasus yang dibahas serta jawaban kasus.
BAB 4 Penutup yang didalamnya terdapat
kesimpulan dan saran mengenai masalah gangguan pada system endokrin.
Dan
juga terdapat daftar pustaka yang isinya adalah refensi yang diambil dari buku
– buku dan dari teknologi komputer seperti internet membantu untuk melengkapi
isi makalah.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
A.
Anatomi
Fisiologi Kelenjar Endokrin
1.
Struktur dari Hormon
Tiroid
Kelenjar tiroid merupakan salah satu
dari kelenjar endokrin terbesar pada tubuh
manusia. Kelenjar tiroid terletak tepat di bawah
laring. Lobus lateral kanan dan kiri terletak satu pada setiap sisi trakhea.
Yang menghubungkan lobus adalah massa jaringan yang disebut isthmus, terletak
di depan trakhea. Lobus yang berbentuk piramid, kecil, kadang-kadang melanjut
ke atas dari isthmus. Kelenjar tiroid adalah satu-satunya kelenjar endokrin
yang menyimpan hasil sekresinya dalam jumlah besar. Kelenjar ini
berfungsi untuk mengatur kecepatan tubuh untuk membakar energi,
memproduksi protein dan mengatur
kesensitifan tubuh terhadap hormon lainnya.
Gambar 1. Kelenjar Tiroid
2.
Struktur
Mikroskopis Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid vertebrata tingkat
tinggi terdiri dari dua lobus, terletak pada permukaan lateral trakhea tepat di
bawah larynx. Masing-masing lobus tersebut dihubungkan oleh isthmus yang
melintang pada permukaan ventralnya. Kedua kelenjar tiroid tersebut dikelilingi
oleh kapsula yang tersusun dari jaringan fibroelastik yang terdiri dari dua
lapisan, yaitu lapisan luar dan lapisan dalam. Lapisan luar yang berhubungan
dengan permukaan servikal lebih padat bila dibandingkan dengan lapisan dalam
yang secara langsung berada pada permukaan kelenjar.
Masing-masing lobus terdiri dari banyak
folikel (foliculli) yang berbentuk oval atau bulat, yang satu sama lain
dihubungkan oleh membran basal. Tiap folikel dibasahi oleh sel epitelium kuboid
dan pada bagian tengahnya terdapat lumen pusat. Folikel dikelilingi oleh
kapiler darah, dan pada kapsula terdapat pembuluh darah yang lebih besar.
Selain pembuluh darah juga terdapat serabut saraf yang bercabang-cabang sangat
banyak yang merupakan serabut post ganglionaris cervicalis. Serabut
saraf ini berfungsi untuk mengatur aliran darah di dalam kelenjar tiroid, bukti
lain menunjukkan bahwa saraf simpatis dapat menstimulasi sekresi hormon tiroid.
Rongga-rongga yang tertutup pada folikel
secara normal mengandung globulin homogeny, gelatinosa dan berwarna
kecokelatan. Sekresi ini yang dinamakan koloid yang merupakan produk yang
disimpan dari sekresi epitel. Tiroid
merupakan derivate embrional saluran pencernaan yang awalnya muncul sebagai
lekukan di daerah median, tak berpasangan menonjol. Ujung distal bagian yang
tumbuh ini berangsur-angsur menjadi dual obi. Sementara yang menggantung dan
melekat menyempit membentuk ductus thyroglossus. Ujung terminal yang
bercabang-cabang primordial tiroid ini menduduki posisi pada permukaan anterior
trachea, dan ductus thyroglossusnya secara normal menghilang. Foramen caecum,
berupa lekukan dangkal pada akar lidah dekat apeks sulkus terminalis yang
menandai titik tempat ductus thyroglossus membuka ke dalam pharing embrional.
Bentuk sel epitelium yang melapisi
folikel sangat dipengaruhi oleh aktivitas kelenjar tiroid. Dalam keadaan aktif,
sel ini berbentuk memanjang (kolumner), sedang dalam keadaan tidak aktif
berbentuk pipih (squamosa). Lumen pusat terdapat di bagian tengah folikel,
berisi koloid yang terdiri dari tiroglobulin (TGB). Ukuran diameter lumen
dipengaruhi oleh aktivitas kelenjar tiroid. Dalam keadaan aktif, diameter
menjadi lebih kecil. Koloid bersifat basa dan sepanjang pinggirnya dipenuhi
oleh granula pinositotika sedangkan dalam keadaan tidak aktif ukuran diameter
lebih besar.
Aktivitas kelenjar tiroid menunjukkan
bahwa dalam keadaan aktif terjadi peningkatan retikulum endoplasma granular dan
mitokondria baik dalam hal ukuran maupun densitas. Selain itu, terlihat adanya
mikrovili pada bagian tepi sel foliculli. Panjang dan pendeknya mikrovili
tergantung pada aktivitas kelenjar tiroid. Diantara mikrovili tersebut terdapat
celah sebagai penghubung antar sel folikuler yang berdekatan, yaitu berupa “tightjunction” dan desmosoma.
3.
Struktur
Kimia Hormon Tiroid
a.
Struktur
Kimia dan Produksi Hormon Tiroid
Hormon tiroid terutama berupa tioksi (Tetraiodotironin atau T4) dan
triiodotironin ( T3). Kedua hormon ini mengandung ion iodida yang
berikatan dengan cincin fenol dan tironin.
Di dalam plasma sebagian besar hormon
tiroid yang berikatan dengan protein. Hormon tiroid tersebut berperanan sebagai
cadangan dan bila diperlukan akan dapat dibebaskan untuk memenuhi kebutuhan
hormon tiroid bebas dalam sel. Secara kuantitatif kadar hormon T4 di dalam plasma
lebih besar dibandingkan T3, akan tetapi T3 mempunyai aktivitas 3 sampai 5 kali
lebih besar dari T4.
b.
Sintesis
Hormon Tiroid
Peristiwa pembentukan terjadi di dalam
kelenjar tiroid, sebagai unit fungsionalnya adalah folikel tiroid. Beberapa
tahap yang terjadi pada sintesis hormon tiroid adalah sebagai berikut:
-
Sintesis dan Sekresi Tiroglobulin (TGB)
TGB
merupakan bahan dasar hormon tiroid dan sebagian besar terdapat di dalam lumen
folikuli. Mekanisme sintesis dan sekresi TGB diawali dengan keluarnya tRNA dan
mRNA dari nukleus dengan membawa “pesan-pesan” yang diperlukan untuk sintesis
TGB. Selanjutnya mRNA diterjemahkan oleh ribosoma pada retikulum endoplasma
granulare. Rantai polipeptida mengalami glikolisasi sampai pada retikulum
endoplasma granulare dengan bantuan glikosil transferase. Setelah sampai pada
aparatus golgi, TGB dikemas pada vesikula eksositosis. Vesikula berfungsi
dengan membran epitelium apical dan mensekresikan TGB ke lumen pusat dalam
bentuk koloid. Di dalam koloid, lumen folikuli disimpan bersama dengan enzim
proteolitik dan enzim mukoprotein.
-
Transportasi dan Organifikasi Iodium
Iodium yang berasal dari sekresi
kelenjar saliva dan mukosa lambung disekresikan ke cairan ekstraseluler, dan
kemudian secara aktif memasuki sel epitelium folikuli tiroid, kemudian iodium
segera teroksidasi menjadi iodium organik dan reaksi ini tergantung pada
peroksidase. Selanjutnya iodium organik akan berikatan dengan residu tirosin
pada TGB untuk membentuk molekul monoiodo-tirosin
(MIT) dan Diiodotirosin (DIT). Peristiwa
ini diduga terjadi secara enzimatis pada bagian awal apical epitelium folikuli
yang menghadap ke lumen.
-
Penggabungan Iodotirosin
Di
dalam koloid, folikuli MIT dan DIT akan membentuk hormon tiroid dengan cara
penggabungan atau reaksi “coupling”. Penggabungan yang reaksinya berlangsung secara
kondensasi antara dua molekul DIT akan membentuk hormon tiroksin, dan
penggabungan satu molekul DIT dengan satu molekul MIT akan menghasilkan hormon
T3. Pada kedua peristiwa
di atas diperlukan kondisi aerob, enzim tiroglobulin dan tiroid peroksidase.
Selain itu, MIT dan DIT akan mengalami mobilisasi secara endositosis dan
proteolisis yang diperantarai oleh enzim iodotirosin deiodinase.
Setelah
terbentuk hormon tiroid, terjadi penyimpangan hormon di dalam koloid sebagai
iodotironin yang tergabung pada ikatan peptida yaitu TGB. Iodotironin akan
disekresikan oleh sel epitelium dan dengan cara yang sama disekresikan pula ke
dalam pembuluh darah balik yang ada di sekitarnya dalam bentuk T3
dan T4. Peristiwa endositosis yang terjadi dapat dijelaskan sebagai
berikut
ü
Masuknya titik-titik (droplet) koloid
Pseudopodia
yang terbentuk pada permukaan luminal sel menjulur ke dalam koloid di dalam
lumen folikuli, dan sebagian droplet koloid masuk ke sitoplasma secara
endositosis. Tiap droplet diselubungi membran yang dibentuk oleh perbatasan sel
apikal. Peristiwa endositosis ini sangat tergantung pada daur ulang yang
terjadi selama eksositosis TGB.
ü
Pembentukan Phagolisosoma
Lisosoma
di bagian basal akan berpindah menuju ke bagian basal apical bertemu dengan
droplet koloid, kemudian berfusi menghasilkan phagolisosoma. Selanjutnya
phagolisosoma bergerak menuju ke bagian basal sel dan selama itu makin padat,
dan bentuknya makin kecil karena TGB telah dihidrolisis oleh protease lisosoma.
ü
Pembebasan TGB
T3
dan T4 (yang jumlahnya lebih sedikit) dibebaskan dari TGB secara proteolitik,
terlepas dari phagolisosome masuk ke dalam pembuluh darah dan diduga secar
difusi. Sebagian besar MIT dan DIT yang dibebaskan diiodinasi TGB, akan tetapi
sebagian secara difusi memasuki sirkulasi (terjadi kebocoran iodium)
4.
Mekanisme
Kerja Hormon Tiroid Dan Faktor Yang Terlibat
a.
Distribusi
dan Metabolisme Hormon Tiroid
Tiroksin dan T3 merupakan bentuk hormon
tiroid yang disekresikan ke dalam pembuluh darah, selanjutnya akan berikatan
dengan protein plasma darah. Jumlah T3 adalh 20% dan T4 adalah 80%. Bentuk
pengikat tersebut adalah Thyroxine-Binding-Globulin
(TGB), Thyroxine-Binding-Prealbumin (TBPA)
dan albumin. Jumlah TBG di dalam plasma darah hanya sedikit, akan tetapi
berikatan dengan T4 secara sangat kuat dan jumlah ikatan tersebut di dalam
plasma adalah 45-60%. Afinitas dengan T3 hanya sepertiga dari T4 dan jumlahnya
dapat mencapai 75% T3. Pengikatan T4 pada TBPA lebih rendah dibandingkan T4
dengan TGB, dan jumlahnya hanya 15-30%. T3 tidak berikatan dengan TBPA,
sedangkan albumin berikatan dengan T3 dan T4 secara sangat lemah. Jumlah ikatan
T3 dengan albumin 25% dan dengan T4 15%.
Bentuk ikatan hormon yang diuraikan di
atas hormon adalah hormon yang tidak aktif secara fisiologik. Hormon tiroid
yang aktif secara fisiologik adalah hormon yang bebas (tidak berikatan dengan
protein) yang dapat memberikan efek fisiologik terhadap sel, dan berjumlah
lebih kurang 0,05% T4 dan 0,5% T3.
Selanjutnya T3 dan T4 bila sampai pada
hati, ginjal, otot atau pada jaringan lain akan menimbulkan berbagai reaksi.
Gugus hidroksil pada cincin phenolic dapat berikatan dengan asam glukuronat dan
sulfat, kemudian derivat keduanya diekskresikan ke dalam empedu. Kedua asam
tersebut dapat dihidrolisis oleh enzim glukuronidase atau sulfatase pada
saluran pencernaan makanan.
Selanjutnya, Robbins et al., 1981
menyatakan bahwa sebagian besar T3 dan T4 akan mengalami deiodinasi, dan telah
diketahui deiodinasi paling besar terjadi di hati dan meliputi pula mikrosoma.
b.
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Produksi dan Sekresi Hormon Tiroid
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi
produksi dan sekresi hormon tiroid, yaitu faktor eksternal dan faktor internal.
-
Faktor internal adalah hipotalamus,
hipofisis, dan kelenjar tiroid. Sebagian besar aktivitas kelenjar tiroid
dipengaruhi oleh lobus anterior adenohipofisis yang mensekresikan Thyroid Stimulating Hormone (TSH). Sekresi
TSH dipengaruhi langsung oleh Thyritropin
Releasing Hormone (TRH) yang disekresikan oleh hipotalamus dan dapat
mencapai hipofisismelalui sistem portae hipotalamus. Selanjutnya TRH yang
sampai pada reseptornya di dalam hipofisis akan menyebabkan terjadinya
perubahan c-AMP pada permeabilitas membran, dan hal inilah yang selanjutnya
menyebabkan TSH disekresikan oleh adenohipofisis. TSH selanjutnya menstimulasi
sel epitelium dengan cara membentuk ikatan dengan permukaan reseptor TSH dan
keadaan ini menyebabkan kadar c-AMP dalam sel meningkat. Peningkatan c-AMP
disebabkan adanya ikatan TSH dengan reseptor pengikatnya yang terdapat pada
membran sel yang selanjutnya menstimulasi adenyl
cyclase untuk memproduksi c-AMP.
Sebagai
akibat adanya pengikatan antara TSH dan reseptor pengikatnya di atas antara
lain adalah sebagai berikut.
ü Menstimulasi
pompa iodida, dengan demikian terjadi peningkatan proses “Ion Trapping”,
ü Efek
yang terjadi di dalam inti yaitu peningkatan Apo Thyroglobulin (ATG). Iodinasi
ATG nampak pada membran luminal sel epitelium. Enzim yang mengkatalisis
iodinasi adalah kelompok tiroid peroksidase yang berhubungan dengan membran
luminal,
ü Menstimulasi
oksida iodida menjadi iodium sehingga meningkatkan proses organifikasi,
ü Menstimulasi
metabolisme glukosa melalui jalur pentosa yang menyebabkan produksi NADPH
meningkat. NADPH selanjutnya berperan sebagai faktor dalam produksi H2O2 dan
juga pada proses deiodinasi,
ü Menstimulasi
endositosis, atau pencaplokan Thyroglobulin untuk disimpan.
Kadar
hormon di dalam darah akan mengatur sekresi TSH dan TRH. Apabila T3 dan T4 pada
jaringan jumlahnya sudah mencukupi sekresi TSH dan TRH akan dihambat, sedang
bila T3 dan T4 berkurang sekresi TSH dan TRH meningkat.
-
Faktor eksternal yang mempengaruhi
aktivitas kelenjar tiroid antara lain adalah suhu, lokasi, fotoperiodisitas dan
kebisingan.
Sistem
pendengaran sebagai organ yang menerima suara (kebisingan) memiliki hubungan langsung
dengan sistem saraf simpatis pada hipotalamus, dan melalui hubungan yang
demikian suara dapat ditanggapi oleh suatu organisme. Bila terjadi pemberian
suara secara terus-menerus dapat mengakibatkan terjadi gangguan secara
fisiologis, disamping juga adanya gangguan secara langsung pada sistem alat
pendengar. Gangguan fisiologik tersebut dapat terjadi secara langsung maupun
tidak langsung antara sistem alat pendengaran dan sistem saraf-otot-kelenjar.
Dalam hal demikian dengan sendirinya saraf otonom akan tanggap sebagai jawaban
terhadap adanya sesuatu (suara) disekitarnya. Respon tersebut dapat berupa
adanya gangguan fungsi fisiologik pada organ tertentu, misalnya kelenjar
tiroid.
5.
Efek
Fisiologi Hormon Tiroid
Menurut Robbins et al., (1981) semua sel
di dalam tubuh merupakan sasaran hormon tiroid kecuali gonad, otak, nodus
limfaticus, paru-paru dan dermis. Setelah sampai pada sasaran, hormon tiroid
akan menimbulkan berbagai pengaruh perubahan fisiologik di dalam sel, yaitu:
a. Peningkatan
Produksi dan Konsumsi Oksigen
Keadaan
ini merupakan ciri sebagian besar jaringan yang menanggapi hormon tiroid.
Adanya hormon tiroid menginduksi peningkatan aktivitas Na-ATP ase. Hal ini
disebabkan oleh meningkatnya sejumlah enzim molekul tertentu pada membran.
Dalam keadaan tersebut, pada tingkat sel terjadi peningkatan konsumsi oksigen
dan terjadi pula produksi panas, walaupun korelasi antara produksi panas dan
pengaruh kadar hormon tiroksin masih dipermasalahkan.
b. Pengaruh
terhadap Kegiatan Metabolisme
T3
dan T4 berpengaruh terhadap metabolisme karbohidrat, lemak, dan
protein. Adanya hormon tiroksin mempercepat penyerapan glukosa dan galaktosa
pada usus, akibatnya akan terjadi peningkatan glikogenolisis. Keadaan ini
menyebabkan simpanan glikogen di dalam hati, jantung, dan otot menjadi
berkurang.
Pengaruh
hormon tiroid terhadap metabolisme protein pada organisme diduga menyebabkan
meningkatnya sintesis protein dan RNA ribosom, terutama terjadi pada organisme
yang sedang tumbuh, dan pada organisme dewasa pengaruhnya tergantung pada
status metabolik hewan tersebut. Sebagai contoh pada hewan yang kelenjar
tiroidnya diambil, dosis yang cukup meningkatkan sintesis protein dan
menyebabkan turunnya ekskresi nitrogen. Dosis yang tinggi menghambat sintesis
protein, sedang konsentrasi asam amino bebas dalam plasma, hati, dan otot
meningkat.
Pada
metabolisme lemah, hormon tiroid menstimulasi sintesis kolesterol dan
menstimulasi mekanisme hepatik yang melepaskan kolesterol dan sirkulasi dan hal
ini menyebabkan penurunan kadar kolesterol dalam plasma. Keadaan demikian
terjadi sebagai akibat dari lebih cepatnya pelepasan kolesterol dibandingkan
dengan proses pembentukannya.
c. Pengaruh
terhadap sistem kardiovaskuler dan kontraktilitas
Tiroksin
menstimulasi miokardium untuk meningkatkan kecepatan dan kekuatan kontraksi.
Hal ini diduga disebabkan hormon tiroid dapat meningkatkan jumlah ataupun
sensitivitas katekolamine yang berperan dalam meningkatkan alat pacu jantung.
d. Pengaruh
terhadap Metabolisme Mineral
Kelebihan
hormon tiroid dapat menyebabkan banyak kalsium yang keluar bersama urine dan
hal ini akan menyebabkan demineralisasi pada tulang. Hormon tiroid juga
menstimulasi hilangnya senyawa fosfat yang berasal dari demineralisasi tulang
dan katabolisme protein.
6.
Macam
Zat Anti Tiroid dan Mekanismenya terhadap Produksi Hormon Tiroid
Terdapat tiga zat anti tiroid yaitu
tiosianat, propiltiourasil, dan yodium anorganik dalam konsentrasi tinggi.
a. Tiosianat
Tiosianat
dapat menyebabkan menurunnya pompa yodium yang mengakibatkan menurunnya yodium
intrasel. Apabila yodium intrasel ini berkurang kadarnya, akan menyebabkan
produk hormon tiroid juga terhambat. Hal ini ditandai dengan kelenjar tiroid
yang membesar atau disebut Goiter.
Mekanismenya rendahnya hormon tiroksin menyebabkan umpan balik ke hipofisis
menurun sehingga sekresi TSH meningkat akibatnya sel tiroid mensekresikan
tiroglobulin ke dalam folikel (tanpa ada hormon tiroid yang bermakna).
b. Propiltiourasil
(Methimazole/ Karbimazole)
Zat
ini menghambat pembentukanhormon tiroid dari yodium dan tirosin. Sebagai
akibatnya, yodinasi tirosin dan reaksi utama (kopling) terbentuk tirosin
teriodinasi. Propiltiourasil tidak menghambat TGB akan tetapi bila TGB tanpa
ada hormon tiroid akan menyebabkan Goiter.
c. Yodium
anorganik
Pada
konsentrasi yang sangat tinggi (sekitar 100 kali) aktivitas kelenjar ditekan
pada beberapa minggu saja. Akibat dari kondisi ini, efek TSH akan terhambat.
7.
Fungsi
Hormon Tiroid Di Dalam Jaringan
a.
Fungsi
Hormon Tiroid di Dalam Meningkatkan Metabolisme di Dalam Jaringan
Hormon
tiroid meningkatkan aktivitas metabolisme di dalam hampir semua jaringan tubuh.
Basal Metabolisme Rate (BMR) dapat meningkat sebanyak 60-100%. Bila sejumlah
besar hormon tiroid dihasilkan, maka akan meningkatkan bahan makanan untuk
energi, sintesis protein, pertumbuhan, dan aktivitas kelenjar endokrin.
b.
Pengaruh
Hormon Tiroid terhadap Pertumbuhan
Hormon
tiroid mempunyai pengaruh khusus dan pengaruh umum terhadap pertumbuhan. Pada
manusia, pengaruh hormon tiroid terhadap pertumbuhan terutama pada anak-anak.
Bila seorang anak kehilangan hormon tiroid (hipotiroid), maka pertumbuhannya
akan terhambat. Tetapi bila terlalu banyak hormon tiroid (hipertiroid), maka
pertumbuhan tulang akan semakin cepat, sehingga menyebabkan anak tumbuh lebih
tinggi dari biasanya.
Pertumbuhan
hormon tiroid di dalam meningkatkan pertumbuhan agaknya didasarkan atas
kecakapan khusus di dalam meningkatkan sintesis protein. Sebaliknya kelebihan
hormon tiroid dapat menyebabkan katabolisme lebih cepat daripada sintesis
protein, sehingga asam amino dilepaskan ke dalam cairan ekstraseluler.
c.
Pengaruh
hormon tiroid terhadap mekanisme tubuh
-
Pengaruhnya terhadap metabolisme
karbohidrat yaitu meningkatkan absorbsi glukosa oleh usus, menyebabkan
penurunan glikogen di dalam hati, dan meningkatkan glikolisis.
-
Pengaruhnya terhadap metabolisme darah
dan lemak hati yaitu bila hormon tiroid meningkat maka akan menurunkan jumlah
kolesterol, fosfolipid, dan trigliserida (triglyceride) di dalam darah,
walaupun menaikkan asam lemak bebas. Selain itu, sekresi hormon tiroid yang
menurun akan meningkatkan konsentrasi kolesterol, fosfolipid, dan trigliserida.
d.
Pengaruh
hormon tiroid meningkatkan metabolisme vitamin
Karena
hormon tiroid meningkatkan sejumlah besar enzim yang berbeda dan karena vitamin
adalah bagian pokok dari enzim dan koenzim maka hormon tiroidmenyebabkan
kebutuhan terhadap vitamin. Oleh karena itu kekurangan vitamin dapat terjadi
apabila kelebihan sekresi hormon tiroid, jika tidak maka pada waktu yang sama
jumlah vitamin akan bertambah banyak.
e.
Pengaruh
hormon tiroid terhadap tingkat metabolisme basa
Karena
hormon tiroid meningkatkan metabolisme di seluruh sel tubuh (kecuali otak,
retina, limpa, testes, dan paru-paru) kelebihan sejumlah hormon kadang-kadang
dapat meningkatkan BMR sebanyak 60-100% di atas normal. Sebaliknya, jika hormon
tiroid tidak dihasilkan, maka BMR akan turun hampir separuh di bawah normal,
BMR menjadi -30 sampai -45.
f.
Pengaruh
hormon tiroid terhadap berat badan
Menigkatnya
produksi hormon tiroid hampir selalu menurunkan berat badan, menurunnya
produksi hormon tiroid, akan menaikkan berat badan. Tetapi pengaruh ini tidak
selalu terjadi, sebab hormon tiroid meninkatkan selera dan ini memungkinkan
ketidakseimbangan perubahan di dalam BMR.
g.
Pengaruh
hormon tiroid terhadap fungsi otot
Bila
kenaikan hormon tiroid hanya sedikit biasanya otot-otot menunjukkan kegiatan,
tetapi bila terlalu banyak akan kelebihan, otot-otot akan menjadi lemah karena
kelebihan katabolisme protein. Sebaliknya bila kekurangan hormon tiroid
menyebabkan otot-otot akan menjadi lemah dan refleksnya sangat lambat setelah
berkontraksi.
h.
Pengaruh
hormon tiroid terhadap pernafasan
Dengan
meningkatnya metabolisme maka meningkat pula penggunaan oksigen dan pembentukan
karbondioksida. Pengaruh ini mengaktifkan kecepatan dan kedalaman pernafasan.
i.
Pengaruh
hormon tiroid terhadap sistem peredaran darah
Dengan
meningkatnya metabolisme di dalam jaringan-jaringan menyebabkan penggunaan
oksigen lebih cepat daripada normal, menyebabkan jumlah hasil metabolisme yang
dibebaskan dari jaringan lebih besar dari normal.
B. Konsep Penyakit Hiportiroidisme
1.
Definisi
Hipotiroidisme adalah suatu
keadaan dimana kelenjar tiroid kurang aktif dan menghasilkan terlalu sedikit
hormon tiroid.
Hipotiroidisme terjadi akibat
penurunan kadar hormon tiroid dalam darah.
Hipotiroid yang sangat berat
disebut “miksedema”.
2.
Etiologi
a.
Terdapat pelbagai faktor yang
menyebabkan hipotiroidisme yang kronik. Pada kebanyakan negara yang sedang
berkembang, “kekurangan iodin” adalah faktor penyebab hipotiroisime tersering
di seluruh dunia.
b.
Sedangkan peyebab lainnya adalah
penyakit “Hashimoto tiroiditis” atau ketiadaan kelenjar tiroid atau defisiensi
hormon yang dihasilkan oleh hipotalamus (pituitari).
c.
Hipotiroidisme juga dapat
disebabkan melalui keturunan, kadang-kadang autosomal resesif.
d.
Hipotiroidisme sementara dapat
disebabkan oleh efek Wolff-Chaikoff.
3.
Klasifikasi
Lebih dari 95% penderita
hipotiroidisme mengalami hipotiroidisme primer atau tiroidal yang mengacu
kepada disfungsi kelenjar tiroid itu sendiri. Apabila disfungsi tiroid
disebabkan oleh kegagalan kelenjar hipofisis, hipotalamus atau keduanya disebut
hipotiroidisme sentral (hipotiroidisme sekunder) atau pituitaria. Jika
sepenuhnya disebabkan oleh hipofisis disebut hipotiroidisme tersier.
Jenis
|
Organ
|
Keterangan
|
Hipotiroidisme primer
|
kelenjar tiroid
|
Paling sering terjadi. Meliputi penyakit
Hashimoto tiroiditis (sejenis
penyakit autoimmune) dan terapi radioiodine(RAI) untuk merawat penyakit
hipertiroidisme.
|
Hipotiroidisme primer
|
kelenjar hipofisis (pituitari)
|
Terjadi jika kelenjar hipofisis tidak menghasilkan cukup hormon
perangsang tiroid (TSH) untuk merangsang kelenjar tiroid untuk menghasilkan
jumlah tiroksin yang cukup. Biasanya terjadi
apabila terdapat tumor di kelenjar hipofisis, radiasi atau pembedahan yang
menyebabkan kelenjar tiroid tidak lagi dapat menghasilkan hormon yang cukup.
|
Hipotiroidisme tertier
|
Hipotalamus
|
Terjadi ketika hipotalamus gagal menghasilkan TRH yang cukup. Biasanya disebut juga disebut hypothalamic-pituitary-axis hypothyroidism.
|
4. Manifestasi Klinis
a.
Nafsu makan berkurang
b.
Sembelit
c.
Pertumbuhan tulang dan gigi yang
lambat
d.
Suara serak
e.
Berbicara lambat
f.
Kelopak mata turun
g.
Wajah bengkak
h.
Rambut tipis, kering, dan kasar
i.
Kulit kering,
kasar, bersisik, dan menebal
j.
Denyut nadi lambat
k.
Gerakan tubuh lamban
l.
Lemah
m.
Pusing
n.
Capek
o.
Pucat
p.
Sakit pada sendi atau otot
q.
Tidak tahan terhadap dingin
r.
Depresi
s.
Penurunan fungsi indera
pengecapan dan penciuma
t.
Alis mata rontok
u.
Keringat berkurang
Gambaran Klinis
-
Kelambanan, perlambatan daya
pikir, dan gerakan yang canggung lambat
-
Penurunan
frekuensi denyut jantung, pembesaran jantung (jantung miksedema), dan penurunan
curah jantung
-
Pembengkakkan
dan edema kulit, terutama di bawah mata dan di pergelangan kaki
-
Penurunan
kecepatan metabolisme, penurunan kebutuhan kalori, penurunan nafsu makan dan
penyerapan zat gizi dari saluran cema
-
Konstipasi
-
Perubahan-perubahan dalam fungsi
reproduksi
-
Kulit kering dan bersisik serta
rambut kepala dan tubuh yang tipis dan rapuh
5.
Patofisiologi
Hipotiroidisme dapat terjadi akibat pengangkatan kelenjar tiroid dan pada
pengobatan tirotoksitosis dengan RAI. Juga terjadi akibat infeksi kronis
kelenjar tiroid dan atropi kelenjar tiroid yang bersifat idiopatik.
Prevalensi penderita hipotiroidisme meningkat pada usia 30 sampai 60
tahun, empat kali lipat angka kejadiannya pada wanita dibandingkan pria.
Hipotiroidisme congenital dijumpai satu orang pada empat ribu kelahiran hidup.
Jika produksi hormone tiroid tidak adekuat maka kelenjar tiroid akan
berkompensasi untuk meningkatkan sekresinya sebgai respons terhadap rangsangan
hormone TSH. Enurunan sekresi hormone kelenjar tiroid akan menurunkan laju
metabolism basal yang akan mempengaruhi semua system tubuh. Proses metabolic
dipengaruhi antara lain:
a.
Penurunan produksi asam lambung
b.
Penurunan
raotilitas usus.
c.
Penurunan
detak jantung
d.
Gangguan
funsi neurologic
e.
Penurunan
produksi panas
Penurunan hormone tiroid juga akan mengganggu
metabolism lemak dimana akan terjadi peningkatan kadar kolesterol dan
trigliserida sehingga klien berpotensi mengalami atherosclerosis. Akumulasi
proteoglicans hidrophilik dirongga intertisial seperti rongga pleura, cardiac,
dan abdominal sebagai tanda dari mixedema. Pembentukan eritrosit yang tidak
optimal sebgai dampak dari menurunnya hormone tiroid memungkinkan klien mengalami
anemi.
6.
Pemeriksaan
Diagnostik
a.
Untuk mendiagnosis hipotiroidisme
primer, kebanyakan doktor hanya mengukur jumlah TSH (Thyroid-stimulating
hormone) yang dihasilkan oleh kel. hipofisis.
b.
Level TSH yang tinggi menunjukkan
kelenjar tiroid tidak menghasilkan hormon tiroid yg adekuat (terutama
tiroksin(T4) dan sedikit triiodotironin(fT3)).
c.
Tetapi untuk mendiagnosis
hipotiroidisme sekunder dan tertier tidak dapat dgn hanya mengukur level TSH.
d.
Oleh itu, uji darah yang perlu
dilakukan (jika TSH normal dan hipotiroidisme masih disuspek), sbb:
ü free triiodothyronine (fT3)
ü free levothyroxine (fT4)
ü total T3
ü total T4
ü 24 hour urine free T3
7. Penatalaksanaan Medis dan Komplikasi
Koma miksedema adalah situasi yang mengancam nyawa yang ditandai oleh
eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme termasuk hipotermi tanpa
menggigil, hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan kesadaran
hingga koma. Kematian dapat terjadi apabila
tidak diberikan HT dan stabilisasi semua gejala. Dalam keadaan darurat
(misalnya koma miksedem), hormon tiroid bisa diberikan secara intravena.
Hipotiroidisme diobati dengan menggantikan kekurangan hormon tiroid, yaitu
dengan memberikan sediaan per-oral (lewat mulut). Yang banyak disukai adalah
hormon tiroid buatan T4. Bentuk yanglain adalah tiroid yang dikeringkan
(diperoleh dari kelenjar tiroid hewan).
Pengobatan pada penderita usia lanjut dimulai dengan hormon tiroid dosis
rendah, karena dosis yang terlalu tinggi bisa menyebabkan efek samping yang
serius. Dosisnya diturunkan secara bertahap sampai kadar TSH kembali normal.
Obat ini biasanya terus diminum sepanjang hidup penderita.
Pengobatan selalu mencakup pemberian tiroksin sintetik sebagai pengganti
hormon tiroid. Apabila penyebab hipotiroidism berkaitan dengan tumor susunan
saraf pusat, maka dapat diberikan kemoterapi, radiasi, atau pembedahan.
8. C. Konsep Asuhan Keperawatan Pada
Penyakit Hipotiroidisme
1. Pengkajian
Dampak penurunan kadar hormon dalam
tubuh sangat bervariasi, oleh karena itu lakukanlah pengkajian terhadap ha1-ha1
penting yang dapat menggali sebanyak mungkin informasi antara lain:
-
Riwayat kesehatan klien dan keluarga.
Sejak kapan klien menderita penyakit tersebut dan apakah ada anggota keluarga
yang menderita penyakit yang sama.
-
Kebiasaan hidup sehari-hari seperti:
ü Pola makan
ü Pola tidur (klien menghabiskan banyak
waktu untuk tidur).
ü Pola aktivitas.
-
Tempat tinggal klien sekarang dan pada
waktu balita.
-
Keluhan utama klien, mencakup gangguan
pada berbagai sistem tubuh:
ü Sistem pulmonary
ü Sistem pencernaan
ü Sistem kardiovaslkuler
ü Sistem musculoskeletal
ü Sistem neurologik dan
Emosi/psikologis
ü Sistem reproduksi
ü Metabolik
-
Pemeriksaart fisik mencakup
ü Penampilan secara umum; amati wajah
klien terhadap adanya edema sekitar mata, wajah bulan dan ekspresi wajah kosong
serta roman wajah kasar. Lidah tampak menebal dan gerak-gerik klien sangat
lamban. Postur tubuh keen dan pendek. Kulit kasar, tebal dan berisik, dingin
dan pucat.
ü Nadi lambat dan suhu tubuh menurun
ü Perbesaran jantung
ü Disritmia dan hipotensie.
ü Parastesia dan reflek tendon menurun
-
Pengkajian psikososial klien sangat sulit membina hubungan
sasial dengan lingkungannya, mengurung diri/bahkan mania. Keluarga
mengeluh klien sangat malas beraktivitas, dan ingin tidur sepanjang hari.
Kajilah bagaimana konsep diri klien mencakup kelima komponen konsep diri.
-
Pemeriksaan penunjang mencakup; pemeriksaan kadar T3 dan T4
serum; pemeriksaan TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer akan terjadi
peningkatan TSH serum, sedangkan pada yang sekunder kadar TSH dapat menurun
atau normal).
2.
Diagnosa
a. Intoleran aktivitas berhubungan
dengan kelelahan dan penurunan proses kognitif.
b. Perubahan suhu tubuh
c. Konstipasi berhubungan dengan
penurunan gastrointestinal
d. Kurangnya pengetahuan tentang
program pengobatan untuk terapi penggantian tiroid seumur hidup
e. Pola napas tidak efektif berhubungan
dengan depresi ventilasi
f. Perubahan pola berpikir berhubungan
dengan gangguan metabolisme dan perubahan status kardiovaskuler serta
pernapasan.
g. Miksedema dan koma miksedema.
3.
Intervensi dan Rasional
a.
Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan
penurunan proses kognitif.
Tujuan : Meningkatkan partisipasi dalam aktivitas dan
kemandirian
Intervensi:
-
Atur interval waktu antar aktivitas untuk meningkatkan
istirahat dan latihan yang dapat ditolerir.
Rasional : Mendorong aktivitas sambil memberikan
kesempatan untuk mendapatkan istirahat yang adekuat.
-
Bantu aktivitas perawatan mandiri
ketika pasien berada dalam keadaan lelah.
Rasional : Memberi kesempatan pada pasien untuk
berpartisipasi dalam aktivitas perawatan mandiri.
-
Berikan stimulasi melalui percakapan
dan aktifitas yang tidak menimbulkan stress.
Rasional : Meningkatkan perhatian tanpa terlalu
menimbulkan stress pada pasien.
-
Pantau respons pasien terhadap
peningkatan aktititas.
Rasional
: Menjaga pasien agar tidak melakukan aktivitas yang berlebihan atau kurang.
b.
Perubahan suhu tubuh
Tujuan : Pemeliharaan suhu tubuh yang normal
Intervensi:
-
Berikan tambahan lapisan pakaian atau
tambahan selimut.
Rasional
: Meminimalkan kehilangan panas
-
Hindari dan cegah penggunaan sumber panas dari luar
(misalnya, bantal pemanas, selimut listrik atau penghangat).
Rasional : Mengurangi risiko vasodilatasi perifer dan
kolaps vaskuler
-
Pantau suhu tubuh pasien dan melaporkan
penurunannya dari nilai dasar suhu normal pasien.
Rasional : Mendeteksi penurunan suhu tubuh dan dimulainya
koma miksedema.
-
Lindungi terhadap pajanan hawa. dingin dan hembusan angina.
Rasional : Meningkatkan tingkat kenyamanan pasien dan
menurunkan lebih lanjut kehilangan panas.
c.
Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinal
Tujuan
: Pemulihan fungsi usus yang normal
Intervensi:
-
Dorong peningkatan asupan cairan
Rasional
: Meminimalkan kehilangan panas.
-
Berikan makanan yang kaya akan serat
Rasional
: Meningkatkan massa feses dan frekuensi buang air besar
-
Ajarkan kepada klien, tentang jenis -jenis makanan yang
banyak mengandung air.
Rasional : Untuk peningkatan asupan cairan kepada pasien
agar . feses tidak keras
-
Pantau fungsi usus
Rasional : Memungkinkan deteksi konstipasi dan pemulihan
kepada pola defekasi yang normal.
-
Dorong klien untuk meningkatkan
mobilisasi dalam batas-batas toleransi latihan.
Rasional
: Meningkatkan evakuasi feses
-
Kolaborasi : untuk pemberian obat
pecahar dan enema bila diperlukan.
Rasional
: Untuk mengencerkan feces.
d.
Kurangnya pengetahuan tentang program pengobatan untuk
terapi penggantian tiroid seumur hidup.
Tujuan
: Pemahaman dan penerimaan terhadap program pengobatan yang diresepkan.
Intervensi:
-
Jelaskan dasar pemikiran untuk terapi
penggantian hormon tiroid.
Rasional
: Memberikan rasional penggunaan terapi penggantian hormon tiroid seperti yang
diresepkan, kepada pasien.
-
Uraikan efek pengobatan yang
dikehendaki pada pasien.
Rasional : Mendorong pasien untuk mengenali perbaikan
status fisik dan kesehatan yang akan terjadi pada terapi hormon tiroid.
-
Bantu pasien menyusun jadwal dan
cheklist untuk memastikan pelaksanaan sendiri terapi penggantian hormon tiroid.
Rasional
: Memastikan bahwa obat yang; digunakan seperti yang diresepkan.
-
Uraikan tanda-tanda dan gejala pemberian obat dengan dosis
yang berlebihan dan kurang.
Rasional : Berfungsi sebagai pengecekan bagi pasien untuk
menentukan apakah tujuan terapi terpenuhi.
-
Jelaskan perlunya tindak lanjut jangka
panjang kepada pasien dan keluarganya.
Rasional
: Meningkatkan kemungkinan bahwa keadaan hipo atau hipertiroidisme akan dapat
dideteksi dan diobati.
e.
Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi
ventilasi
Tujuan : Perbaikan status respiratorius dan pemeliharaan
pola napas yang normal.
Intervensi:
-
Pantau frekuensi; kedalaman, pola
pernapasan; oksimetri denyut nadi dan gas darah arterial.
Rasional
: Mengidentifikasi hasil pemeriksaan dasar untuk memantau perubahan selanjutnya
dan mengevaluasi efektifitas intervensi.
-
Dorong pasien untuk napas dalam dan batuk.
Rasional : Mencegah aktifitas dan meningkatkan pernapasan
yang adekuat.
-
Berikan obat (hipnotik dan sedatip) dengan hati-hati.
Rasional
: Pasien hipotiroidisme sangat rentan terhadap gangguan pernapasan akibat
gangguan obat golongan hipnotik-sedatif.
-
Pelihara saluran napas pasien dengan
melakukan pengisapan dan dukungan ventilasi jika diperlukan.
Rasional : Penggunaan saluran napas artifisial dan
dukungan ventilasi mungkin diperlukan jika terjadi depresi pernapasan.
f.
Perubahan pola berpikir berhubungan
dengan gangguan metabolisme dan perubahan status kardiovaskuler serta
pernapasan.
Tujuan : Perbaikan proses berpikir.
Intervensi:
-
Orientasikan pasien terhadap waktu,
tempat, tanggal dan kejadian disekitar dirinya.
-
Berikan stimulasi lewat percakapan dan
aktifitas
Rasional
: Memudahkan stimulasi dalam batas-batas toleransi pasien terhadap stres.
-
Jelaskan kepada pasien dan keluarga
bahwa perubahan pada fungsi kognitif dan mental merupakan akibat dan proses
penyakit .
Rasional : Meyakinkan pasien dan keluarga tentang
penyebab perubahan kognitif dan bahwa hasil akhir yang positif dimungkinkan
jika dilakukan terapi yang tepat.
g.
Miksedema dan koma miksedema
Tujuan:
Tidak ada komplikasi.
Intervensi:
-
Pantau pasien akan; adanya peningkatan
keparahan tanda dan gejala hipertiroidisme.
Ø Penurunan tingkat kesadaran ;
demensia
Ø Penurunan
tanda-tanda vital (tekanan darah, frekuensi, pernapasan, suhu tubuh, denyut
nadi)
Ø Peningkatan
kesulitan dalam membangunkan dan menyadarkan pasien.
Rasional : Hipotiroidisme berat jika tidak: ditangani
akan menyebabkan miksedema, koma miksedema dan pelambatan seluruh sistem tubuh
-
Dukung dengan ventilasi jika terjadi
depresi dalam kegagalan pernapasan
Rasional: Dukungan ventilasi diperlukan untuk
mempertahankan oksigenasi yang adekuat dan pemeliharaan saluran napas.
-
Berikan obat (misalnya, hormon tiroksin) seperti yang
diresepkan dengan sangat hati-hati.
Rasional : Metabolisme yang lambat dan aterosklerosis
pada miksedema dapat mengakibatkan serangan angina pada saat pemberian
tiroksin.
-
Balik dan ubah posisi tubuh pasien dengan interval waktu
tertentu.
Rasional
: Meminimalkan resiko yang berkaitan dengan imobilitas.
-
Hindari penggunaan obat-obat golongan hipnotik, sedatif dan
analgetik.
Rasional : Perubahan pada metabolisme obat-obat ini
sangat meningkatkan risiko jika diberikan pada keadaan miksedema.yang, tidak
bersifat mengancam.
D.
Simulasi Pendidikan Tentang Penyakit
Hipotiroidisme
Menurut
Junaidi (2009) ada tiga jenis pencegahan yang dapat dilakukan pada penderita hipotiroidisme :
a. Primer
Tujuannya untuk
menghindari diri dari faktor resiko.
-
Berikan edukasi
-
Iodisasi air minum untuk wilayah dengan resiko
tinggi
-
Berikan kapsul minyak beriodium pada penduduk di
daerah endemik berat dan sedang
b. Sekunder
-
Deteksi dini penyakit
-
Upayakan orang yang sakit agar sembuh
-
Hambat progresivitas penyakit
c. Tersier
Tujuannya untuk
mengembalikan fungsi mental, fisik, dan sosial penderita setelah proses
penyakitnya dihentikan.
-
Kontrol berkala untuk memastikan dan mendeteksi
adanya kekambuhan/penyebaran
-
Lakukan rehabilitasi dengan membuat penderita
lebih percaya diri, fisik sehat bugar dan keluarga serta masyarakat daopet
menerima kehadirannya melalui fisioterapi
-
Menekan munculnya komplikasi dan kecacatan
d. Pendidikan
Kesehatan
-
Penyuluhan kesehatan secara profesional dengan memberikan
materi penyuluhan seperti : apakah itu Hiportiroid dan bagaimana
penatalaksanaannya.
-
Informasikan kepada
keluarga klien tentang emosi klien dan anjurkan kepada keluarga untuk menjaga
emosi klien.
-
Pemberian pengetahuan
kepada klien dan keluarga tentang dosi-dosis obat yang diberikan.
-
Informasikan kepada
klien dan keluarga untuk melakukan aktivitas yang ringan dan tidak melakukan
aktivitas yang berat-berat.
E.
Hasil
Penelitian Tentang Penyakit Hipotiroidisme
GAMBARAN MASALAH
EMOSI DAN PERILAKU ANAK PENDERITA HIPOTIROID KONGENITAL
Abstract: Hipotiroid
kongenital didefinisikan sebagai kurangnya hormon timid yang mempengaruhi anak
sejak lahir (kongenital) disebabkan kegagalan perkembangan kelenjar tiroid atau
ektopik sehingga berpengaruh bagi metabolisme, pertumbuhan dan perkembangan
otak yang normal. Hipotiroid kongenital mempengaruhi perkembangan fisik,
intelektual, dan juga emosi serta perilaku anak. Penelitian mengenai
permasalahan fisik dan medis anak hipotiroid kongenital sudah banyakdilakukan
namun penelitian pada aspek psikologi khususnya emosi dan perilakunya masih
minim. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran
mengenai masalah emosi dan perilaku anak penderita hipotiroid kongenital yang
dilakukan melalui metode observasi, wawancara, tes CBCL 4/18 dan AAMD- Adaptive
Behavior Scale Bagian II. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang
bersifat deskriptif. Subjek penelitian diambil dari 3 pasien anak dengan
diagnosa hipotiroid kongenital di bagianEndokrin RSCM,Jakarta. Hasil penelitian
menunjukkan terdapat masalah perilaku sosial, masalah atensi, perilaku agresif,
dan reaksi buruk terhadap frustrasi anak penderita hipotiroid kongenital.
Selanjutnya pada masing-masing anak terdapat variasi masalah emosi dan perilaku
lainnya. 1 subjek mengalami masalah perilaku menarik diri, keluhan somatis,
mudah terganggu, masalah perilaku sosial, masalah atensi, perilaku soliter dan
perilaku tidak menyenangkan. Subjek lainnya mengalami masalah perilaku sosial,
masalah atensi, perilaku tidak menyenangkan dan seorang subjek lagi mengalami
keluhan somatis, masalah perilaku sosial dan masalah atensi. Hasil penelitian
ini juga menemukan adanya perubahan perilaku sebelum dan sesudah pengobatan
hipotiroid, yang awalnya pasif menjadi aktif dan lebih agresif.
Keywords: psikologi anak
masalah emosi perilaku anak penderita hipotiroid
URI: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/7150
Appears in
Collections:MT - Psychology
F. Prinsip Legal Dan Etis Pada Kasus Hipotiroidisme
1. Otonomi
Memberikan hak kebebasan kepada pasien dengan
tidak memaksakan kehendak yang masih pasien ingin lakukan secara mandiri
seperti mandi, makan, minum, dan yang lainnya
2. Beneficience
Berbuat baik misalnya dengan kita mau
memberikan intervensi-intervensi yang seharusnya diberikan.
3. Justice
Yaitu adil dengan tidak memilah milih pasien.
4. Non
maleficience
Tidak merugikan orang lain yaitu pasien dengan
tetap kita harus hati-hati dalam memberikan intervensi untuk menghindari adanya
kerugian pada pasien.
5. Veracity
Jujur dalam memberikan informasi kepada pasien
tentang penyakit yang dideritanya.
6. Fidelity
Menepati janji itu sangat penting yang tidak
boleh dilanggar oleh perawat. Perawat harus menepati janji kepada pasien
apabila ada janji antara pasien dan perawat dalam menjalani perawatan selama di
RS.
7. Confidentiality
Perawat harus bisa merahasiakan sesuatu tentang
pasien apabila pasien memintanya.
8. Acoountability
Perawat harus bekerja secara professional untuk
meningkatkan kualitas kesehatan pasien.
9. Loyalitas
Setia dalam memberikan pelayanan yang dapat
memuaskan pasien untuk menghindari adanya konflik. Dengan setia kepada pasien,
pasien akan merasa diperhatikan dan itu dapat meningkatkan derazat kesehatan
pasien.
10. Advokasi
Perawat memberikan saran kepada keluarga pasien
agar pasien dirawat inap. Apabila suami pasien kerepotan dalam biaya Rumah
Sakit dan tidak menyanggupi untuk
membayar perawatan istrinya kita bisa anjurkan untuk mengikuti program-program
pemerintah seperti JAMKESMAS, JAMPERSAL, dan JAMSOSTEK. Apabila suami pasien
mau mengikuti saran kita sebagai perawata maka kita berikan edukasi tentang
prores bagaimana caranya mendapatkan kartu tersebut.
BAB
III
PEMBAHASAN
KASUS
A.
Scenario
kasus 3
Seorang wanita berumur 36 tahun dating
ke sebuah poliklinik rumah sakit dengan keluhan sembelit, kejang-kejang otot,
mudah lelah, konsentrasi menurun, dan bengkak-bengkak pada sekeliling mata yang
sudah dirasakan sejak 1 bulan yang lalu. Suami klien mengatakan klien mempunyai
riwayat penyakit lymphatic thyroiditis 1 tahun yang lalu. Hasil pemeriksaan
fisik didapatkan nadi : 40x/menit, tekanan darah : 80/70 mmHg, suhu : 36o c,frekuensi
nafas : 10x/menit, rambut yang kering dan kasar, kulit kering, cyanosis, akral
dingin, kesadaran samnolen, GCS : 12, dan denyut jantung melambat.
Saat
dibawa ke Rumah Sakit, hasil pemeriksaan darah : TSH ( thyroid stimulating
hormone) yang meningkat , GDS ( gula darah sewaktu) : 140 mg/dl, NA : 120 mEq,
CRT > 2. Dokter menyarankan agar langsung saja menjalani perawatan rawat
inap di Rumah sakit, tapi klien tidak
bersedia karena harus mengurus warung dan 2 orang anaknya yang masih
kecil-kecil dirumah. Dokter memeberikan dopamine dan obat tiroid kepada pasien.
Suami klien terlihat bingung harus berbuat bagaimana terhadap situasi dan
kondisi istrinya.
Pertanyaan untuk analisa kasus
1. Setelah
membaca kasus diatas, diskusikan system organ apa yang terkait masalah diatas ?
serta mekanisme fisiologis system organ itu bekerja!
2. Coba
buat clinical pathway dari kasus diatas!
3. Coba
identifikasi dan prioritaskan diagnosa keperawatan pada pasien dalam kasus
diatas!
4. Bagaimana
NCP dari masing-masing diagnose keperawatan?
5. Bagaimana
nursing advokasi yang seharusnya dilakukan perawat pada kasus diatas baik jika
dilihat dari kedudukan klien ataupun suami klien ?
B.
Jawaban
kasus
1. System
organ yang terkait dengan masalah diatas adalah system endokrin dan organ yang
terganggunya adalah organ kelenjar tiroid.
Kelenjar tiroid terdiri atas banyak sekali folikel-folikel
yang tertutup (diameternya antara 100 sampai 300 mikrometer) yang dipenuhi
dengan bahan sekretorik yang disebut koloid dan dibatasi oleh sel-sel epitel
kuboid yang mengeluarkan hormonnya ke bagian folikel itu. Unsur utama dari
koloid adalah glikoprotein triglobulin besar, yang mengandung hormone tiroid di
dalam molekul-molekulnya. Begitu hormone yang disekresikan sudah masuk ke dalam
folikel, hormone itu harus diabsorbsi kembali melalui eiptel folikel ke dalam
darah sebelum dapat berfungsi dalam tubuh. Setiap menitnya jumlah aliran darah
di dalam kelenjar tiroid kira-kira lima kali lebih besar daripada berat
kelenjar tiroid itu sendiri, yang merupakan suplai darah yang sama besarnya
dengan bagian lain dalam tubuh, dengan pengecualian korteks adrenal.
Fungsi hormon tiroid:
a. Meningkatkan transkripsi sejumlah
besar gen melalui aktivasi reseptor inti sel.
b. Meningkatkan aktivitas metabolisme
selular melalui peningkatan jumlah dan aktivitas sel mitokondria dan
peningkatan transport aktif ion-ion melalui membrane sel (Na+-K+-ATPase).
c. Berpengaruh pada pertumbuhan dan
perkembangan.
d. Efek-efek spesifik: Meningkatkan
metabolisme karbohidrat dan pengangkutan lemak; menurunkan konsentrasi
kolestrol, fosfolipid, dan trigliserida dalam darah namun meningkatkan asam
lemak bebas; meningkatkan kebutuhan vitamin karena meningkatkan jumlah berbagai
enzim tubuh; meningkatkan laju metabolism basal hingga 60-100% di atas nilai
normal; menurunkan berat badan.
e. Kardiovaskuler: Meningkatkan aliran
darah dan curah jantung, frekuensi denyut jantung, kekuatan denyut jantung
akibat timbulnya katabolisme, menormalkan tekanan arteri.
f. Meningkatkan pernapasan.
g. Merangsang sistem saraf pusat
h. Menimbulkan reaksi otot dan tremor
otot.
i.
Membuat sulit tidur tapi menyebabkan kelelahan.
j.
Meningkatkan kecepatan sekresi sebagian besar kelenjar
endokrin lain.
k. Menstabilkan / menormalkan fungsi
seksual.
2. diagnosa keperawatan pada pasien dalam kasus diatas!
a. Pola
nafas tidak efektif b.d depresi ventilasi yang di tandai dengan:
DS: -
DO:
RR=10x/m
Cianosis
b. Gg.
Rasa nyaman nyeri b.d proses inflamasi ditandai dengan:
DS:
Suami klien mengatakan adanya
bengkak-bengkak di sekeliling mata dan kejang-kejang otot pada pasien
DO: -
c. Gg.
Eliminasi b.d ↓fungsi gastrointestinal ditandai dengan:
DS :
Suami klien mengatakan pasien
mengalami sembelit.
DO: -
d. Intoleransi
aktivitas b.d kelelahan ditandai dengan:
DS:
Suami klien mengatakan pasien
mengalami mudah lelah
DO: -
e. Perubahan pola berpikir berhubungan dengan gangguan metabolisme dan
perubahan status kardiovaskuler serta pernapasan ditandai dengan:
DS:
Suami klien mengatakan pasien
mengalami penurunan konsentrasi
DO:
Keasadaran somnolen, GCS : 12
f. Gg.
Penurunan suhu tubuh b.d ↓metabolisme ditandai dengan:
DS: -
DO:
Akral dingin, S=360C
g. Cemas
b.d < informasi mengenai proses pengobatan, penyakit dan penatalaksanaan
ditandai dengan:
DS:
Suami klien mengatakan bingung
harus berbuat apaterhadap situasi dan kondisi istrinya.
DO:-
h. Resiko tinggi gangguan integritas kulit b.d ↓fungsi metabolism ditandai
dengan:
DS: -
DO:
Kulit kering
i.
Resiko miksedema b.d
riwayat penyakit ditandai dengan:
DS :
Suami klien mengatakan pasien
mempunyai riwayat penyakit Lymphotic Thyrioditis
4. Bagaimana
NCP dari masing-masing diagnose keperawatan?
a. Pola nafas tidak efektif b.d depresi ventilasi
Tujuan
: Menunjukkan pola nafas yang efektif
Kriteria Hasil
: Dalam 3x 24 jam,
pasien menunjukkan:
RR= 16-20x/ menit
Kedalaman inspirasi dan kedalaman
bernafas
Tidak ada penggunaan otot bantu nafas
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
Pantau frekwensi pernafasan, kedalaman, dan kerja pernafasan
|
Untuk mengetahui adanya gangguan pernafasan pada pasien
|
|
Waspadakan klien agar leher tidak tertekuk/posisikan semi ekstensi atau
eksensi pada saat beristirahat
|
Menghindari penekanan pada jalan nafas untuk meminimalkan penyempitan
jalan nafas
|
|
Ajari klien latihan nafas dalam
|
Untuk menstabilkan pola nafas
|
|
Persiapkan operasi bila diperlukan.
|
Operasi diperlukan untuk memperbaiki kondisi pasien
|
b.
Intoleransi aktivitas b.d
penurunan ATP akibat penurunan metabolisme tubuh
Tujuan
: Menunjukkan tingkat energy yang adekuat untuk beraktivitas
Kriteria
Hasil : Dalam 3x 24 jam, pasien
menunjukkan:
Mentoleransi
aktivitas yang biasa dilakukan
Menyeimbangkan
aktivitas dan istirahat
Tingkat daya
tahan adekuat untuk beraktivitas
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
Kaji pola aktivitas yang lalu
|
Untuk membandingkan aktivitas sebelum sakit dan yang akan diharapkan
setelah perawatan
|
|
Rencanakan perawatan bersama pasien untuk menentukan aktivitas yang ingin
pasien selesaikan: Jadwalkan bantuan dengan orang lain.
|
Dengan merencanakan perawatan, perawat dengan klien dapat mempermudah
suatu keberhasilan karena datangnya kemauan dari klien.
|
|
Seimbangkan antara waktu aktivitas dengan waktu istirahat.
|
Untuk mengatasi kelelahan akibat latihan.
|
|
Simpan benda-benda dan barang lainnya dalam jangkauan yang mudah bagi
pasien.
|
Untuk menghemat penggunaan energi klien.
|
c.
Gg. Eliminasi berhubungan dengan penurunan fungsi gastrointestinal akibat penurunan
metabolisme tubuh
Tujuan
: Menunjukkan kemampuan saluran gastrointestinal untuk mengeluarkan feses
secara efektif
Kriteria Hasil
: Dalam 3x 24 jam, pasien menunjukkan:
Motilitas usus 5-35 x/menit
Tidak ada distensi abdomen
Klien tidak mengejan saat
defekasi
Struktur feses lunak
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
Dorong peningkatan asupan cairan dan makanan yang kaya akan serat
|
Melunakkan feses dan meningkatkan massa feses
|
|
Dorong klien untuk meningkatkan mobilisasi dalam batas-batas toleransi
latihan
|
Meningkatkan evakuasi feses
|
|
Tekankan penghindaran mengejan selama defekasi
|
Untuk mencegah perubahan TTV
|
|
Kolaborasi : untuk pemberian obat pencahar dan enema bila diperlukan
|
Untuk mengencerkan feses
|
|
Auskultasi peristaltic usus
|
Mengetahui tingkat keberhasilan intervensi
|
d. Perubahan suhu tubuh
Tujuan : Pemeliharaan suhu tubuh yang normal
Intervensi:
-
Berikan tambahan lapisan pakaian atau
tambahan selimut.
Rasional
: Meminimalkan kehilangan panas
-
Hindari dan cegah penggunaan sumber panas dari luar
(misalnya, bantal pemanas, selimut listrik atau penghangat).
Rasional : Mengurangi risiko vasodilatasi perifer dan
kolaps vaskuler
-
Pantau suhu tubuh pasien dan melaporkan
penurunannya dari nilai dasar suhu normal pasien.
Rasional : Mendeteksi penurunan suhu tubuh dan dimulainya
koma miksedema.
-
Lindungi terhadap pajanan hawa. dingin dan hembusan angina.
Rasional : Meningkatkan tingkat kenyamanan pasien dan
menurunkan lebih lanjut kehilangan panas.
e. Perubahan pola
berpikir berhubungan dengan gangguan metabolisme dan perubahan status
kardiovaskuler serta pernapasan.
Tujuan : Perbaikan proses berpikir.
Intervensi:
-
Orientasikan pasien terhadap waktu,
tempat, tanggal dan kejadian disekitar dirinya.
-
Berikan stimulasi lewat percakapan dan
aktifitas
Rasional
: Memudahkan stimulasi dalam batas-batas toleransi pasien terhadap stres.
-
Jelaskan kepada pasien dan keluarga
bahwa perubahan pada fungsi kognitif dan mental merupakan akibat dan proses
penyakit .
Rasional : Meyakinkan pasien dan keluarga tentang
penyebab perubahan kognitif dan bahwa hasil akhir yang positif dimungkinkan
jika dilakukan terapi yang tepat.
f. Miksedema dan koma miksedema
Tujuan:
Tidak ada komplikasi.
Intervensi:
-
Pantau pasien akan; adanya peningkatan
keparahan tanda dan gejala hipertiroidisme.
Ø Penurunan tingkat kesadaran ;
demensia
Ø Penurunan
tanda-tanda vital (tekanan darah, frekuensi, pernapasan, suhu tubuh, denyut
nadi)
Ø Peningkatan
kesulitan dalam membangunkan dan menyadarkan pasien.
Rasional : Hipotiroidisme berat jika tidak: ditangani
akan menyebabkan miksedema, koma miksedema dan pelambatan seluruh sistem tubuh
-
Dukung dengan ventilasi jika terjadi
depresi dalam kegagalan pernapasan
Rasional: Dukungan ventilasi diperlukan untuk
mempertahankan oksigenasi yang adekuat dan pemeliharaan saluran napas.
-
Berikan obat (misalnya, hormon tiroksin) seperti yang
diresepkan dengan sangat hati-hati.
Rasional : Metabolisme yang lambat dan aterosklerosis
pada miksedema dapat mengakibatkan serangan angina pada saat pemberian
tiroksin.
-
Balik dan ubah posisi tubuh pasien dengan interval waktu
tertentu.
Rasional
: Meminimalkan resiko yang berkaitan dengan imobilitas.
-
Hindari penggunaan obat-obat golongan hipnotik, sedatif dan
analgetik.
Rasional : Perubahan pada metabolisme obat-obat ini
sangat meningkatkan risiko jika diberikan pada keadaan miksedema.yang, tidak
bersifat mengancam.
g. Kurangnya pengetahuan tentang
program pengobatan untuk terapi penggantian tiroid seumur hidup.
Tujuan
: Pemahaman dan penerimaan terhadap program pengobatan yang diresepkan.
Intervensi:
-
Jelaskan dasar pemikiran untuk terapi
penggantian hormon tiroid.
Rasional
: Memberikan rasional penggunaan terapi penggantian hormon tiroid seperti yang
diresepkan, kepada pasien.
-
Uraikan efek pengobatan yang
dikehendaki pada pasien.
Rasional : Mendorong pasien untuk mengenali perbaikan
status fisik dan kesehatan yang akan terjadi pada terapi hormon tiroid.
-
Bantu pasien menyusun jadwal dan
cheklist untuk memastikan pelaksanaan sendiri terapi penggantian hormon tiroid.
Rasional
: Memastikan bahwa obat yang; digunakan seperti yang diresepkan.
-
Uraikan tanda-tanda dan gejala pemberian obat dengan dosis
yang berlebihan dan kurang.
Rasional : Berfungsi sebagai pengecekan bagi pasien untuk
menentukan apakah tujuan terapi terpenuhi.
-
Jelaskan perlunya tindak lanjut jangka
panjang kepada pasien dan keluarganya.
Rasional
: Meningkatkan kemungkinan bahwa keadaan hipo atau hipertiroidisme akan dapat
dideteksi dan diobati.
5. Bagaimana
nursing advokasi yang seharusnya dilakukan perawat pada kasus diatas baik jika
dilihat dari kedudukan klien ataupun suami klien ?
Perawat memberikan saran kepada
keluarga pasien agar pasien dirawat inap. Apabila suami pasien kerepotan dalam
biaya Rumah Sakit dan tidak menyanggupi
untuk membayar perawatan istrinya kita bisa anjurkan untuk mengikuti
program-program pemerintah seperti JAMKESMAS, JAMPERSAL, dan JAMSOSTEK. Apabila
suami pasien mau mengikuti saran kita sebagai perawata maka kita berikan
edukasi tentang prores bagaimana caranya mendapatkan kartu tersebut.
BAB
IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kelenjar tiroid merupakan
salah satu dari kelenjar endokrin terbesar
pada tubuh manusia. Kelenjar tiroid terletak tepat di
bawah laring. Lobus lateral kanan dan kiri terletak satu pada setiap sisi
trakhea. Yang menghubungkan lobus adalah massa jaringan yang disebut isthmus,
terletak di depan trakhea. Lobus yang berbentuk piramid, kecil, kadang-kadang
melanjut ke atas dari isthmus. Kelenjar tiroid adalah satu-satunya kelenjar
endokrin yang menyimpan hasil sekresinya dalam jumlah besar. Kelenjar
ini berfungsi untuk mengatur kecepatan tubuh untuk membakar energi,
memproduksi protein dan
mengatur kesensitifan tubuh terhadap hormon lainnya.
Hipotiroid adalah suatu kondisi
yang dikarakteristikan oleh produksi hormon tiroid yang rendah. Ada banyak
kekacauan-kekacauan yang berakibat pada hipotiroid. Kekacauan-kekacauan ini
mungkin langsung atau tidak langsung melibatkan kelenjar tiroid. Karena hormon
tiroid mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan banyak proses-proses sel,
hormon tiroid yang tidak memadai mempunyai konsekuensi-konsekuensi yang meluas
untuk tubuh
B.
Saran
Saran dari kelompok kami yaitu agar kita
semua tetap menjaga kesehatan dan berpola hidup yang sehat. Hindari
makanan-makanan, kegiatan-kegiatan yang dapat menjadi pencetus terjadinya suatu
penyakit. Apabila sudah terdapat gejala-gejala suatu penyakit seperti hiportiroid
segera datang ke Rumah Sakit agar segera ditangani dan menghindari terjadinya
komplikasi yang lebih lanjut.
DAFTAR
PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8.
Jakarta: EGC
Doengoes. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.
http://pustaka.unpad.ac.id/wcontent/uploads/2010/05/fungsi_dan_kelainan_kelenjar.pdf
[di akses tgl 16 April 2010 pukul 19.00]
Smeltzer,
C. Suzzane. 2001. Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth Vol.2. Jakarta: EGC
Stein, MD, Jay. H. 2001. Panduan Klinik lmu Penyakit Dalam Edisi 3.
Jakarta: EGC
Sylvia A. Price. 2006. Patologi. Jakarta ; EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar