Minggu, 21 Oktober 2012

KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN ANAK


KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN ANAK

PENDAHULUAN.

Komunikasi berarti suatu pertukaran pikiran dan persamaan.  Pertukaran tersebut dapat dilaksanakan dengan setiap bentuk bahasa  seperti  :  isyarat , ungkapan emosional  , berbicara atau  bahasa tulisan , tetapi dilakukan dengan melalui bicara.
Komunikasi dapat berbentuk verbal , non verbal dan abstrak.    Komunikasi verbal seperti,  ekspresi vokal dalam bentuk tertawa,  merintih, berteriak atau menangis.   Komunikasi non-verbal yang sering disebut sebagai bahasa tubuh, seperti isyarat, gerak gerik, lenggang lenggok, ekspresi wajah,  postur tubuh dan reaksi terhadap sesuatu, sedangkan  komunikasi abstrak seperti permainan, ekspresi artistik (seni) , simbol , photo grafi dan cara memilih pakaian.  Hanya  karena komunikasi abstrak memungkinkan menggunakan penguasaan dan pengontrolan kesadaran melebihi komunikasi  verbal, maka komunikasi abstrak kurang dapat dipercaya untuk menunjukkan perasaan yang sebenarnya, Khususnya dalam berkomunikasi dengan anak-anak.
Komunikasi verbal disebut juga suatu kebutuhan kata-kata karena melalui kata-kata dapat membentuk suatu kenyataan.  Melalui kata kata seseorang dapat merubah persepsinya,  seperti kata “Tumor”  dapat mempengaruhi persepsi seseorang.  Mungkin dia langsung berfikir bahwa ajalnya segera tiba karena dia mengidap kanker. Dalam komunikasi verbal, perawat harus memperhatikan avoidance language ( menghindari bahasa ). Pada umumnya orang ingin mengubah sesuatu kenyataan dengan menghindar dari keadaan yang sebenarnya. Contoh ungkapan “ meninggal “ bagi manusia lebih enak dipakai daripada ungkapan “ mati “. Satu hal lagi yang perlu perawat perhatikan dalam komunikasi verbal adalah distancing language ( menjauhi bahasa ). Keadaan seseorang menggunakan kata-kata yang tidak mengenai sasaran hanya untuk melindungi mereka dari kenyataan yang menyakitkan. Contoh  :  Orang tua mengatakan bahwa mereka kenal seseorang yang mempunyai anak terbelakang dan mengatakan rasakhawatirnya akan keadaan anaknya. Akan tetapi kadang-kadang perawat memerlukan “Distancing Language” ini karena apabila kita langsung pada pokok pembicaraan akan menyakitkan klien / orang tua / keluarga. Dengan menggunakan tehnik orang ketiga “ ini atau bahasa “ Simbal “ mungkin sangat “ therapeutik “ dalam memberikan kesempatan kepada seseorang untuk mendekati subyek secara tidak langsung dan menerima umpan balik.
Komunikasi non verbal, bersifat bahasa dan pesan-pesan disampaikan dalam bentuk non verbal. Sifat-sifat bahasa ini termasuk pola nada suara, jeda ( tenggang waktu ), intonasi, kecepatan, volume, dan tekanan dalam berbicara ( Cassell, 1980 ). Perawat perlu berhati-hati dalam mengucapkan kata-kata, atau dalam memperhatikan kata-kata, karena menjeda  sebenarnya dapat berarti perlu merumuskan pikiran, mengingat informasi atau mengarang sesuatu kisah. Sering berkali-kali menjeda ( sering kali ) menimbulkan kesan sipembicara tidak pasti akan dirinya. Menjadi terlalu lama dapat berarti seseorang butuh informasi yang lebih banyak. Berbicara tentang lambat dengan nada yang mantap dan menjeda pada saat yang dapat menimbulkan kesan berwibawa. Terutama pada anak-anak, mereka akan memberi respon dengan perhatian terhadap seseorang yang berbicara lambat, tenang dan dengan suara yang mantap. Perilaku setuju seringkali berupa : menganggukan kepala, menggunakan kontak mata langsung dan minta ulang. Sedang perilaku tidak setuju, berupa : mengetuk-ngetuk jari / tangan / kaki, berpaling dan berbicara, mungkin dari kontak mata atau memotong pembicaraan.           

Menentukan tata cara berkomunikasi

Salah satu bagian dari keberhasialan dalam wawancara adalah tergantung pada keadaan fisik dan psikologis si pewancara itu sendiri. Perkenalan yang tepat, penjelasan peranan, menerangkan alasan wawancara serta menjamin kebebasan dan rahasia.  

1.   Komunikasi dengan keluarga

Komunikasi dengan keluarga merupakan proses segi tiga antara perawat orang tua dan anak. Walaupun orang tua merupakan fokus penting dalam berkomunikasi segi tiga. Saudara kandung, sanak keluraga lainnya dan pengasuhnya juga merupakan bagian dari proses komunikasi.
Melaksanakan penjajakan terhadap anak memerlukan input dari anak itu sendiri ( verbal dan non verbal ), informasi dari orang tua dan observasi perawat sendiri. Untuk itu lakukanlah langkah-langkah sebagai berikut :
   1. 1      MENDORONG ORANG TUA UNTUK BERBICARA. 
Informasi tentang faktor kehidupan anak. Berhati-hatilah dan gunakan pertanyaan-pertanyaan terbuka untuk menggali data sebanyak mungkin.
1.2      MENGARAHKAN PADA POKOK PERMASALAHAN.
Kemampuan untuk mengarahkan pada pokok permasalahan selama berwawancara adalah salah satu kesulitan dalam mencapai tujuan komunikasi efektif. Salah satu pendekatan adalah menggunakan pertanyaan terbuka dan luas.
1.3      MENDENGARKAN.
Mendengarkan adalah unsur yang paling penting dalam komunikasi yang efektif. Dalam proses mendengarkan perawat harus mengarahkan perhatiannya dengan sungguh-sungguh pada klien. Ini merupakan proses aktif karena konsetrasi dan perhatian ditujukan pada semua aspek percakapan yaitu : verbal, non verbal dan yang bersifat abstrak. 
1.4       DIAM SEJENAK.
Diam sebagai satu respon, sering kali merupakan tehnik wawancara yang sulit untuk dipelajari. Diam bertujuan untuk mengalihkan pikiran, perasaan dan untuk saling memehami emosinya kadang-kadang perlu menghentikan taktik diam ini dan kembali berkomunikasi.
1.5      BERSIKAP EMPATI.
Empati berarti ikut merasakan perasaan orang lain secara obyektif. Perawat yang empati berusaha sebanyak mungkin melihat keadaan dari sudut pandang klien / keluarga. Empati berbeda dengan simpati, simpati tidak selalu ada unsur hubungan “ membantu “ dengan klien. 
 1.6      Menyakinkan
Hampir semua orang tua  ingin menjadi orang tua yang baik dan ingin menunjukkan kemampuannya  dalam perannya.  Orang tua membutuhkan  perawat yang menghargai dan memperhatikan  perannya  sebagai orang tua dan ingin agar perawat memperhatikan  anaknya.    Hindarkan pembicaraan yang menyinggung harga diri sebagai orang tua.
1.7      Menentukan Masalah. 
Perawat dan orang tua harus sepakat bahwa masalah itu ada.
Perawat akan bersama ibu menetapkan apakah masalahnya ini benar atau tidak.
1.8      Memecahkan  Masalah.
Pemahaman dan pengenalan masalah harus disepakati oleh orang tua kemudian mulai merencanakan pemecahannya.
Perawat harus mendiskusikan resikonya terhadap keluarga dan  mencoba mencari pemecahan masalah yang lebih efektif.
1.9       Mengadaptasi  Bimbingan.
Segera setelah masalah diidentifikasi & disetujui oleh perawat dan orang tua, maka dapat mulai merencanakan pemecahannya. Orang tua yang dilibatkan dalam memecahkan masalah berfartisipasi penuh selama perawatan berlangsung. Bila situasi memungkinkan, keputusan yang diambil adalah berasal dari orang tua dan perawat berperan sebagai fasilitator dalam pemecahan masalah. 
 1.10      Menghindari hambatan-hambatan komunikasi
Hambatan yang mempengaruhi proses hubungan dalam berkomunikasi :
§  Sosialisasi
§  Memberi nasehat-nasehat yang tidak ada kaitannya dan yang tidak diperlukan
§  Memberikan dorongan sepintas
§  Melindungi suatu situasi/opini
§  Menawarkan keyakinan yang kurang sesuai
§  Memberikan pujian secara stereotipi
§  Menahan ekspresi emosi dengan pertanyaan tertutup
§  Menginterupsi & menyelesaikan kalimat seseorang
§  Lebih banyak bicara dari pada orang yang diintervien
§  Membuat konklusi yang menghakimi
§  Mengubah fokus pembicaraan dengan sengaja

2.  KOMUNIKASI  DENGAN ANAK.
2.1   Esensi  Komunikasi.
Dua unsur penting  dalam komunikasi untuk memahami fungsi pertukaran  pikiran dan  perasaan , yaitu  :
2.1.1  Harus menggunakan bentuk  bahasa yang bermakna bagi orang yang mereka ajak  berkomunikasi.
Contoh :  bila mengunakan  isyarat seperti menunjuk pada sesuatu benda yang ingin  dilihat orang lain, maka harus dalam bentuk yang dapat dipahami.
Apabila komunikasi dengan bicara maka harus dilakukan dengan kata dan struktur tata bahasa yang dapat dipahami anak.
2.1.2  Anak harus memahami  bahasa yang digunakan orang lain, misalnya  :   anak berusia 18 bulan, pembicaraan harus memantapkan kata-katanya dengan isyarat dan pada saat anak bertambah besar pemahaman bertambah baik sehingga isyarat kurang diperlukan.
2.2    Bentuk  Komunikasi  Pra  Bicara.    
Sebelum anak  siap untuk belajar berbicara, alam telah menyediakan bentuk komunikasi tertentu yang sifatnya sementara.
Selama satu setengah tahun pertama, sebelum anak mempelajari  kata-kata sebagai, bentuk  komunikasi, mereka menggunakan empat bentuk komunikasi pra bicara  atau    (prespeech) yakni  :  tangisan, celoteh, isyarat dan ekspresi emosional.
Bentuk  komunikasi prabicara sifatnya sementara, sehingga  bentuk komunikasi pra bicara ini sebaiknya ditinggalkan apabila kegunaannya sudah berakhir.
2.1.1   Tangisan   
Pada awal kehidupan pasca lahir, menangis merupakan salah satu cara pertama  yang dapat dilakukan bayi untuk berkomunikasi dengan dunia luar.   Melalui  tangisan dia  memberi tahu kebutuhannya seperti lapar, dingin, panas, lelah , dan  kebutuhan untuk diperhatikan.    Jika kebutuhannya segera dipenuhi , bayi hanya akan menangis bila ia merasa sakit atau tertekan.   Perawat  harus banyak berlatih mengenal macam-macam arti tangisan bayi karena ibu muda memerlukan bantuan ini.
Setelah berusia 2 minggu,  kebanyakan  kasus disebabkan karena orang tua yang tidak cepat tanggap terhadap arti tangis bayinya dan tidak konsisten dalam menanggapinya.
Bayi yang sehat dan normal     frekwensi tangisan menurun pada usia 6 bulan karena keinginan & kebutuhan mereka cukup terpenuhi.  Frekwensi tangis seharusnya menurun sejalan dengan meningkatnya kemampuan bicara.                    
2.2.2    Ocehan  dan  Celoteh
Bentuk komunikasi prabicara disebut “ ocehan “ (Cooing ) atau         “Celoteh”  (Babbling).
 Ocehan timbul karena  bunyi ekplosif awal yang disebabkan oleh perubahan gerakan mekanisme ‘ suara ‘. Ocehan ini terjadi pada bulan awal kehidupan bayi seperti : merengek, menjerit, menguap, bersin, menangis & mengeluh.
Sebagian ocehan akan berkembang menjadi celoteh dan sebagian akan hilang. Celoteh merupakan mekanisme otot saraf bayi berkembang & sebagian bayi mulai berceloteh pada awal bulan kedua, kemudian meningkat cepat antara bulan ke – 6 & ke – 8.
   Nilai celoteh :
a.       Berceloteh adalah praktek verbal sebagai dasar bagi perkembangan gerakan terlatih yang dikehendaki dalam bicara. Celoteh mempercepat ketrampilan berbicara.  
b.      Celoteh mendorong keinginan berkomunikasi dengan orang lain. Berceloteh membantu bayi merasakan bahwa dia bagiandari kelompok sosial.
2.2.3     Isyarat
Yaitu gerakan anggota badan tertentu yang berfungsi sebagai pengganti atau pelengkap bicara.
Contoh isyarat umum pada masa bayi :
·         Mendorong putting susu dari mulut artinya kenyang/tidak lapar
·         Tersenyum dan mengacungkan tangan artinya ingin digendong
·         Mengeliat, meronta, menangis, selama berpakaian & mandi artinya tidak suka akan pembatasan gerak.
2.2.4     Ungkapan emosional
Adalah ungkapan emosional melalui perubahan tubuh & roman muka.
Contoh :
§  Gembira     :   mengendurkan badan, mengangkat tangan/kaki, tersenyum    & ramah
§   Marah              :        Menegangkan badan, gerakan membanting tangan / kaki,       roman muka tegang & menangis.
2.3    Peran Bicara Dalam Komunikasi.
Cara  berkomunikasi pada anak belum berusia 1 tahun, adalah  menangis dan menggunakan isyarat-isyarat yang tidak selalu dipahami orang lain.  Bicara merupakan ketrampilan  yang harus dipelajari  yang terdiri dari  :
Kata,  yaitu aspek motorik bicara, kamampuan mengeluarkan bunyi tertentu dalam komunikasi.
Mengakitkan arti dengan kata-kata tersebut, yaitu aspek mental bicara, untuk mendapatkan hasil yang baik dibutuhkan  koordinasi  otot-otot, kemampuan mengait kata-kata, mempelajari tata bahasa.
Untuk memperkecil kesalahan  anak, perlu  mengaitkan kata spesifik dengan objek  yang spesifik .
Hal yang penting dalam belajar bicara   :
2.3.1        Persiapan Fisik
Tergantung  Kematangan mekanisme bicara, contoh  Bayi baru lahir.
2.3.2        Persiapan Mental
Tergantung pada kematangan otak ( asosiasi otak ), yang berkembang antara 1 – 18 bulan,  saat yang tepat diajak bicara.
2.3.3        Model untuk ditiru   (yang baik)
2.3.4        Kesempatan praktek / untuk bertatih.
2.3.5        Motivasi dan  tantangan.
2.3.6        Bimbingan  :  
-          Menyediakan model yang baik.
-          Mengatakan dengan perlahan dan jelas
-          Membetulkan kesalahan.
Setiap  individu berbeda dalam ukuran kualitas kosa kata, tergantung pada kondisi yang mempengaruhi   :
-          Faktor Kesehatan
-          Kecerdasan
-          Keadaan sosial ekonomi
-          Jenis kelamin
-          Keinginan yang kuat untuk berkomunikasi.
-          Dorongan  dari lingkungan
-          Ukuran keluarga dalam hal  anak mendapat kesempatan berlatih.
-          Urutan kelahiran
-          Metode Pelatihan
-          Kelahiran kembar, yang mendorong anak untuk berkomunikasi hanya dengan saudara kembarnya
-          Hubungan dengan teman sebaya.
-          Kepribadian.
Kemampuan memahami dan berbicara mempengaruhi penyesuaian sosial anak, karena bicara  dapat   :
-          Memuaskan kebutuhan dan keinginan
-          Meminta perhatian dari orang lain.
-          Meningkatkan hubungan sosial.
-          Menentukan penilaiaan sosial.
-          Sebagai dasar penilaian diri
-          Sebagai prestasi akademik
-          Mempengaruhi pikiran dan perasaan orang lain.
-          Mempengaruhi prilaku orang lain ( berbicara dengan keyakinan ).
          
2.4        Komunikasi Sehubungan  Dengan Proses Berpikir Sesuai Tingkat  Perkembangan Anak.
Proses berpikir pada anak-anak dimulai dari yang  kongkrit ke fungsional sampai akhirnya kepada yang abstrak  :
2.4.1        Masa Bayi.
Karena bayi tidak mampu menggunakan kata-kata maka dia menggunakan  komunikasi non verbal.    Mereka akan tersenyum dan mendekat bila situasi  menyenangkan  dan akan menangis bila tidak menyenangkan.
Bayi yang lebih besar memusatkan perhatian pada dirinya dan ibunya sehingga setiap orang asing akan merupakan ancaman bayinya.
2.4.2        Masa Pra Sekolah ( Toddler ).
Anak usia dibawah 5 tahun, hampir semuanya egosentris , mereka melihat  segala sesuatu hanya berhubungan dengan dirinya sendiri dan hanya dari sudut pandang mereka sendiri. 
Waktu pemeriksaan anak perlu menyentuh alat-alat yang akan digunakan dalam pemeriksaan agar dia mengenal dan merasa terasing  gunakan kalimat singkat dan kata-kata yang familiar bagian anak serta batas pernyataan yang sifatnya menyatakan penyelesaian.
2.4.3        Masa Usia Sekolah.
Anak berusia  5 – 8 tahun kurang mengandalkan pada apa yang mereka lihat tetapi lebih pada apa yang mereka ketahui bila diperhadapkan pada masalah baru.   Mereka butuh penyelesaian untuk segala sesuatu tetapi membutuhkan lebih dari itu.
2.4.4        Masa Remaja.
Masa ini anak berfikir dan berperilaku  antara anak dan orang dewasa . 
Oleh karena itu pada saat anak mengalami ketegangan   mereka mencari rasa aman yang biasa didapatkan pada masa kanak-kanak.
Apabila anak berbicara disertai emosional maka cara terbaik untuk  memberikan  dukungan ( Support ) adalah memberi perhatian,  mencoba untuk tidak menyela (interupsi )  dan menghindari komentar /  ekspresi yang menimbulkan kesan terkejut / mencela.
2.5    Tehnik Berkomunikas dengan Anak.
2.5.1    Tehnik Non Verbal.
a.       Tehnik Orang Ketiga..
Tehnik ini mengungkapkan  ekspresi perasaan orang  ketiga ,  seperti    “ dia atau mereka “.
Tehnik tersebut mengurangi  perasaan  terancam dari pada lansung bertanya  pada anak  bagaimana perasaannya  ?   cara seperti ini memberikan  kesempatan untuk setuju atau tidak setuju tanpa ingin bertahan.
Misalnya Perawat mengatakan  : “ kadang-kadang bila seseorang jatuh sakit, perasaan-perasaan  marah dan sedih karena dia mampu berbuat seperti apa yang orang lain perbuat”.
Kemudian diam sebentar untuk menunggu responnya atau mendorong timbulnya jawaban dan berkata lagi : “ Apakah engkau pernah merasakan seperti itu  ?”
Tehnik pendekatan seperti ini memberi kesempatan pada anak dalam tiga  pilihan  :
1.      Menyetujui, penuh harapan dan mengunggkapkan perasaannya.
2.      Tidak setuju
3.      Tetap diam, mungkin mempunyai suatu perasaan tetapi tidak mampu mengekresikan nya pada saat itu.

b.      Neuro Linguistic Programming  ( NLP ).
Tehnik pendekatan ini relatif masih baru.  Pendekatan ini untuk mengerti proses komunikasi yang memperhatikan  cara / gaya / kelakuan dimana  informasi dapat diterima  dan dimengerti oleh individu.
Dalam komunikasi biasanya orang menggunakan satu dari tiga sensorik seperti ;
-    Penglihatan
      -    Pendengaran
      -    Kinesthetic.  
Sensorik yang spesifik adalah mengidentifikasi melalui observasi tipe dari kata kerja, kata sifat dan kata ketergantungan yang digunakan  seseorang.
Dengan mengunakan  sensori yang sama, perawat dapat meningkatkan hubungan  dan mengkomunikasikan  informasi lebih efektif.  Orang tipe visual yang memanfaatkan alat bantu seperti diagram dan ilustrasi.    Orang tipe mendengar menggunakan kata-kata atau suara-suara.  Anak-anak cendrung menggunakan bantuk kinesthetic dan belajar dari manipulasi objek-objek.
Contoh  NLP  :
         Cara Komunikasi
    Respon yang cocok
Cara Visual   :
Saya dapat melihat bahwa saya
Tidak sehat.
Cara Auditory  :                                        
Dari apa yang saya dengar dimana                                                      
Dokter mengatakan, anak saya akan sembuh.
Cara  Kinesthetic  :
Saya merasa bahwa prognosa anak saya menurun.
Ceritakan pada saya tentang apa yang kamu lihat.

Apa yang kamu dengar yang membuat kamu melihat sesuatu seperti ini.

Ceritakan lagi tentang perasaan anda bahwa prognosanya menurun.

c.       Facilitative  Responding.
Facilitative  Responding  adalah mendengarkan  secara seksama dan membayangkan kembali perasaan-perasaan pasien dan isi pernyataan  anak.
Seperti  :  - Respon yang empati
                -  Tidak  menghakimi dan mengesahkan perasaan-perasaan
                    seseorang.
Rumus untuk fasilitative responding adalah ;
“Engkau merasa  ------   karena  ----“ (Henrich and Bernheim, 1981 ).
Contoh    Bila seseorang anak mengatakan  :
“ Saya benci ke RS dan  mendapatkan suntikan,”  dan fasilitatife respon adalah “ engkau merasa tidak bahagia karena semua dilakukan padamu”.

d.      Bercerita  ( Story telling ).
Respon anak terhadap tehnik-tehnik bercerita bervariasi.   Bercerita menggunakan  bahasa anak, dan menyelidiki perasaannya,  sementara itu menghindarkan  hambatan  yang disengaja atau hindarkan ketakutan-ketakutan yang paling sederhana adalah meminta anak menceritakan  tentang sesuatu kejadian / peristiwa sperifik “ Berada di Rumah Sakit”.  Selain itu dapat menggunakan  gambaran dari suatu peristiwa  dan meminta anak untuk menceritakannya.
Dongeng bersama lebih mengembangkan pendekatan terapiutik.  Dongeng tidak saja membantu membuka pikiran anak, juga mencoba merubah persepsi anak atau perasaan takutnya.
Kita mulai dengan meminta anak bercerita tentang sesuatu kejadian, diikuti oleh cerita lain oleh perawat yang sebabnya  sama dengan cerita anak hanya bedanya disini bertujuan membantu anak masuk kedalam masalahnya.
Contohnya   ;    Anak bercerita tentang masuk Rumah sakit dan tidak dapat  melihat orang tuanya lagi.
Cerita perawat  hampir  sama dan mengunakan nama orang lain bercerita bahwa  sewaktu anak itu berada di Rumah sakit tetap dapat  bertemu orang tuanya  setiap hari setelah  selesai bekerja .
Dengan cara ini dapat mengurangi perasaan takutnya akan terpisah dari orang tuanya.

e.       Bibliotherapy
Bibliotherapy melibatkan penggunaan buku-buku dalam rangka proses therapiutik dan supportive.  Sasarannya  adalah membantu anak mengungkapkan perasaan-perasaan dan perhatiannya  melalui aktivitas  membaca,  cara ini dapat memberi kesempatan pada anak untuk menjelajahi suatu kejadian yang sama  dengan keadaannya  tetapi sedikit berbeda  untuk mengijinkan dia  membatasinya dari kisah itu dan tetap dalam kontrol.   Pada dasarnya   buku tidak mengancam  karena anak dapat sewaktu-waktu  menutup buku  tersebut atau berhenti membacanya.
Petunjuk umum dalam  menggunakan  Bibliotherapy  :
q  Jajaki perkembangan emosi dan pengetahuan anak
q  Hayati isi buku dan sesuaikan isinya dengan tingkat usia anak.
q  Bersama-sama memakai buku itu seperti kita membaca untuknya.
q  Menyelidiki bersama anak akan arti dari isi buku dengan cara menceritakan kembali cerita itu,  baru kembali bagian-bagian khusus, gambar  sesuatu yang berkaitan dengan cerita itu dan diskusikan gambar tersebut , bicarakan tentang  karakter atau simpulkan pengertian dari cerita tersebut.
f.       Fantasy.
Bentuk khusus dari  Bibliotherapy adalah menggunakan dongeng fantasy atau dongeng yang wajar seperti “ Bawang Putih dan Bawang Merah”,   “Malin Kundang”,   “ Sikancil mencuri ketimun” , Abu Nawas”, dan lain-lain.  Figur dan kejadian-kejadian  pada dongeng melambangkan  dan mengilustrasikan adanya suatu konflik dalam suatu peristiwa  seperti butuh kasih sayang /dicintai , takut akan meninggal , takut akan tidak berharga, pentingnya kejujuran dalam kehidupan dan lain-lain.    Perlu penjelasan  pada anak arti  dari dongeng  dalam mencapai kebutuhan-kebutuhannya.
g.       Mimpi.
Mimpi sering diartikan  sebagi ungkapan sesuatu sasaran tidak sadar dan akan  menekan kembali perasaan dan pikiran seseorang.  Dipulau jawa kita kenal beberapa macam mimpi  yang dapat  mengartikan sesuatu, seperti mimpi titiyoni, gondoyoni dan puspogeni.
Salah satu  cara pada Psychoterapi dapat menggunakan interpretasi dari mimpi dengan menanyakan  pada anak dan orang tua tentang mimpi. Kemudian jelajahi perasaan bersalah yang sangat mengganggi

h.      Pertanyaan “Bagaimana Bila”.
Pertanyaan “ Bagaimana Bila”  mendorong anak untuk menjelajahi situasi dan menentukan berbagai pemecahan masalah.
Contoh  :
Perawat dapat bertanya : “ bagaimana bila engkau sakit dan harus masuk Rumah Sakit.???”.
Anak akan mengatakan perasaan-perasaannya yang telah dia ketahui dan tentang apa yang dia anggap aneh yang ingin dia ketahui.
Jenis komunikasi yang baik  akan membantu anak mempelajari ketrampilah pertahanan diri  ; khususnya pada situasi-situasi yang berbahaya.

i.        Tiga Permintaan  (Tree Wishes).
Satu strategi untuk mengundang anak –anak dalam percakapan adalah tehnik “ Tiga Permintaan”.  Satu pertanyaan sederhana , apabila kau ingin memiliki  tiga hal didunia, apakah itu “.    Biasanya anak menjawab tentang apa yang dirasakan , seperti “ Saya tidak mau sakit lagi”.   Apa bila kita tanyakan  tentang kedua sisa pertanyaan, dia akan menyatakan “ Apabila hal itu jadi kenyataan , demikian  pula permintaan lainnya adalah sama dan saya tidak ada permintaan lagi.
Selanjutnya perawat dan pasien akan membahas tentang apa arti sakit baginya.  Sekalipun perawat tidak mampu menyembuhkan nya tetapi dia mampu membuat sebagian permintaannya menjadi kenyataan .
Salah satu diantaranya adalah mengatur teman-teman sekolahnya untuk mengunjunginya pada saat dia di Rumah Sakit dan masa penyembuhan  dirumah.   Sebelum percakapan ini keinginan anak untuk berada/dekat dengan teman-temannya tidak akan pernah terwujud.

j.        Ranting Game.
Permainan ini terutama membantu anak-anak yang lebih besar untuk berani berbicara.  Dari pada  menanyakan  padanya bagaimana perasaaannya,  lebih baik perawat bertanya bagaimana pengalaman  dari hari ke hari dalam skala 1 sampai 10, dengan skor 10 yang menjadi paling baik. Anak-anak pada tingkat usia sekolah dapat menggunakan cara ini yaitu dengan menulis pengalaman/ perasaan mereka selama dirawat dalam buku hariannya.

k.      Word Association Game
Pendekatan degan cara “permainan asosiasi kata” dapat dimulai dengan sejumlah kata-kata kunci  dan meminta anak untuk menyebut kata pertama yang dia kenal.   Akan tetapi baik jika dimulai dengan kata-kata netral seperti menggambar, menulis, berdo’a  kemudian pada kata-kata yang mengundang kecemasan seperti, penyakit, jarum suntik, rumah sakit, pembedahan dan lain-lain.  
Kunci kata-kata yang dipilih harus sesuai dengan situasi kehidupan anak.

l.        Sentenoe  Completion
Tanpa menanyakan langsung tentang keadaannya, tetapi menyadarkan pernyataan yang harus dilengkapi  oleh anak.
Cara pendekatan ini khususnya digunakan untuk anak-anak pra remaja dan remaja.
Contoh  :
“ Sesuatu yang menyenangkan ( menjengkelkan) tentang sekolah anak ……………………”
“ Usia yang paling menarik (tidak menarik) adalah ………………..”
Pernyataan dimulai dengan yang netral kemudian diakhiri dengan pernyataan yang difokuskan pada perasaan tentang dirinya.

m.    Pros and Cons ( Pro dan Kontra ).
Suatu pendekatan yang agak berbeda untuk mendorong menjelajahi perasaan-perasaannya adalah memilih topic seperti “ Berada di RS”, dan  meminta anak membuat daftar (list), “ 5 hal yang baik dan 5 hal yang buruk “ tentang RS ini adalah tehnik yang sangat berharga apabila diterapkan untuk menciptakan hubungan baik.
Contoh  :
Dapat meminta anggota keluarga menulis lima hal yang mereka senangi  dan yang tidak disenangi tentang satu sama lainnya.  Kemudian setiap anggota keluarga mendapat kesempatan mendiskusikan  perasaan-perasaan  mereka dalam suasana yang tidak bersifat mengadili.
Bagaimana, bila menggunakan cara ini, perawat harus mampu menangani perasaan-perasaan yang tiba-tiba muncul, perawat peka, cepat tanggap dan cepat menetralisir situasi.

2.5 .2   Tehnik Verbal.
Tehnik komunikasi non verbal dapat digunakan pada anak-anak  seperti   :

a.         Menulis
Menulis adalah  suatu alternatif pendekatan komunikasi  bagi anak,  remaja muda dan pra remaja.  Untuk memulai suatu percakapan perawat dapat memeriksa / menyelidiki tentang tulisan dan mungkin juga meminta untuk membaca beberapa bagian.
Dengan menulis anak-anak lebih riel dan nyata.

b.        Menggambar.
Mengambar adalah salah satu bentuk komunikasi  yang  berharga melalui pengamatan gambar.    Dasar asumsi dalam menginterpretasi gambar adalah bahwa anak-anak mengungkapkan tentang dirinya.
Untuk mengevaluasi sebuah gambar utamakan / fokuskan pada unsur-unsur sebagai berikut  :
    Ukuran dari bentuk badan individu, ini mengekspresikan orang penting.
    Urutan bentuk gambar, mengekspresikan prioritas kepentingan.
    Posisi anak terhadap anggota keluarga lainnya, mengekspresikan perasaan anak terhadap status terhadap status dalam keluarga atau ikatan keluarga.
    Bagian adanya hapusan, bayangan atau gambar  silang, mengekspresikan  ambivalen / pertentangan, keprihatinan atau kecemasan pada hal-hal tertentu.

c.         Gerakan Gambar Keluarga.
Menggambarkan suatu kelompok, berpengaruh pada perasaan  anak-anak dan respon emosi, dia akan menggambarkan pikirannya tentang dirinya dan anggota keluarga yang lainnya.
Gambar kelompok yang paling berharga bagi anak  adalah gambar keluarga.

d.        Sosiogram
Menggambar tak perlu dibatasi bagi anak-anak, dan jenis gambar yang berguna bagi anak-anak seusia 5 tahun adalah sosiogram (gambar ruang kehidupan) atau lingkaran keluarga.     Menggambar suatu lingkaran  adalah untuk melambangkan  orang-orang yang hampir mirip  dalam kehidupan anak, dan gambar bundaran-bundaran didekat lingkaran menunjukkan keakraban / kedekatan.

e.         Menggambar bersama  dalam keluarga
Salah satu tehnik yang berguna dan dapat diterapkan pada anak-anak adalah menggambar bersama dalam keluarga.
Menggambar bersama dalam keluarga merupakan satu alat yang berguna untuk menggungkapkan dinamika dan hubungan keluarga.

f.         Bermain.
Bermain adalah salah satu bentuk komunikasi yang paling penting dan dapat menjadi tehnik yang paling efektif untuk berhubungan dengan mereka.   Dengan bermain dapat dikumpulkan petunjuk mengenai tumbuh kembang fisik,  intelektual dan sosial.   Terapeutik  play sering digunakan untuk mengurangi trauma akibat sakit atau masuk rumah sakit  atau untuk mempersiapkan anak sebelum dilakukan prosedur medis / perawatan.

KESIMPULAN .
Dalam berkomunikasi secara nob –verbal , secara serentak menggunakan semua pancaindra kita dalam proses menerima dan mengirim berita.
Bagaimana kita memakai panca indra tadi dan bagaimana penginterpretasi berita yang diterima sangat menentukan observasi kita.
Dengan cara berkomunikasi seperti ini,  perawat dapat lebih merencanakan  bantuan dan bimbingan  bagi pasien dan juga perawat akan mengembangkan kepercayaan pada diri sendiri.
Orang tua merupakan fokus penting dalam komunikasi segi tiga walaupun tidak mengabaikan saudara kandung, sanak saudara atau pembantunya. Dalam proses komunikasi dalam keluarga kita dapat menggunakan langkah-langkah seperti : mendorong orang tua untuk berbicara ; mengarahkan pada pokok permasalahan ; mendengar ; diam sejenak ; meyakinkan ; menentukan masalah ; memecahkan masalah ; mengantisipasi bimbingan , dan menghindari hambatan-hambatan komunikasi.
Walaupun tampaknya bayi tidak mampu berbicara, ternyata dia memilih bentuk komunikasi prabicara seperti : tangisan, celoteh, isyarat dan ekspresi emosional. Kemudian bentuk komunikasi prabicara ini berkembang menjadi peran bicara dalam berkomunikasi. Untuk mencapai ini dibutuhkan : persiapan fisik; kesiapan mental; model yang baik untuk ditiru; kesempatan untuk praktek; motipasi yang tinggi; bimbingan yang tepat.
Komunikasi yang berkaitan dengan proses berpikir harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak. Proses berpikir pada anak-anak dimulai dari yang kongkrit ke fungsional dan akhirnya keabstrak.
Terdapat bermacam-macam tehnik berkomunikasi dengan anak seperti tehnik komunikasi non verbal ; tehnik orang ketiga ; neurolinguistic programming (N. C. P ) ; facilitativa responding ; bercerita ; bibliotherapy ; fantasy ; mimpi ; pertanyaan “ bagaimana bila “ ;  “ tiga permintaan “, rating game ; word association game ; melengkapi kalimat dan pro & kontra. Sedang komunikasi verbal bagi kebanyakan anak & orang tua sering mendapat kesulitan karena harus membicarakan perasaan-perasaannya. Komunikasi verbal dapat berupa : menulis ; menggambar ; gerakan gambar keluarga ; sociogram ; menggambar bersama dalam keluarga dan bermain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar