KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN ANAK
PENDAHULUAN.
Komunikasi berarti suatu pertukaran pikiran dan persamaan. Pertukaran tersebut dapat dilaksanakan dengan
setiap bentuk bahasa seperti :
isyarat , ungkapan emosional ,
berbicara atau bahasa tulisan , tetapi
dilakukan dengan melalui bicara.
Komunikasi dapat berbentuk verbal , non verbal dan abstrak. Komunikasi verbal seperti, ekspresi vokal dalam bentuk tertawa, merintih, berteriak atau menangis. Komunikasi non-verbal yang sering disebut
sebagai bahasa tubuh, seperti isyarat, gerak gerik, lenggang lenggok, ekspresi
wajah, postur tubuh dan reaksi terhadap
sesuatu, sedangkan komunikasi abstrak
seperti permainan, ekspresi artistik (seni) , simbol , photo grafi dan cara
memilih pakaian. Hanya karena komunikasi abstrak memungkinkan
menggunakan penguasaan dan pengontrolan kesadaran melebihi komunikasi verbal, maka komunikasi abstrak kurang dapat
dipercaya untuk menunjukkan perasaan yang sebenarnya, Khususnya dalam
berkomunikasi dengan anak-anak.
Komunikasi verbal disebut juga suatu kebutuhan kata-kata karena melalui
kata-kata dapat membentuk suatu kenyataan.
Melalui kata kata seseorang dapat merubah persepsinya, seperti kata “Tumor” dapat mempengaruhi persepsi seseorang. Mungkin dia langsung berfikir bahwa ajalnya
segera tiba karena dia mengidap kanker. Dalam komunikasi verbal, perawat harus
memperhatikan avoidance language ( menghindari bahasa ). Pada umumnya orang
ingin mengubah sesuatu kenyataan dengan menghindar dari keadaan yang
sebenarnya. Contoh ungkapan “ meninggal “ bagi manusia lebih enak dipakai
daripada ungkapan “ mati “. Satu hal lagi yang perlu perawat perhatikan dalam
komunikasi verbal adalah distancing language ( menjauhi bahasa ). Keadaan
seseorang menggunakan kata-kata yang tidak mengenai sasaran hanya untuk
melindungi mereka dari kenyataan yang menyakitkan. Contoh :
Orang tua mengatakan bahwa mereka kenal seseorang yang mempunyai anak
terbelakang dan mengatakan rasakhawatirnya akan keadaan anaknya. Akan tetapi
kadang-kadang perawat memerlukan “Distancing Language” ini karena apabila kita
langsung pada pokok pembicaraan akan menyakitkan klien / orang tua / keluarga.
Dengan menggunakan tehnik orang ketiga “ ini atau bahasa “ Simbal “ mungkin
sangat “ therapeutik “ dalam memberikan kesempatan kepada seseorang untuk
mendekati subyek secara tidak langsung dan menerima umpan balik.
Komunikasi non verbal, bersifat bahasa dan pesan-pesan disampaikan dalam
bentuk non verbal. Sifat-sifat bahasa ini termasuk pola nada suara, jeda (
tenggang waktu ), intonasi, kecepatan, volume, dan tekanan dalam berbicara (
Cassell, 1980 ). Perawat perlu berhati-hati dalam mengucapkan kata-kata, atau
dalam memperhatikan kata-kata, karena menjeda
sebenarnya dapat berarti perlu merumuskan pikiran, mengingat informasi
atau mengarang sesuatu kisah. Sering berkali-kali menjeda ( sering kali )
menimbulkan kesan sipembicara tidak pasti akan dirinya. Menjadi terlalu lama
dapat berarti seseorang butuh informasi yang lebih banyak. Berbicara tentang
lambat dengan nada yang mantap dan menjeda pada saat yang dapat menimbulkan
kesan berwibawa. Terutama pada anak-anak, mereka akan memberi respon dengan
perhatian terhadap seseorang yang berbicara lambat, tenang dan dengan suara
yang mantap. Perilaku setuju seringkali berupa : menganggukan kepala,
menggunakan kontak mata langsung dan minta ulang. Sedang perilaku tidak setuju,
berupa : mengetuk-ngetuk jari / tangan / kaki, berpaling dan berbicara, mungkin
dari kontak mata atau memotong pembicaraan.
Menentukan tata cara berkomunikasi
Salah satu bagian dari keberhasialan dalam wawancara
adalah tergantung pada keadaan fisik dan psikologis si pewancara itu sendiri.
Perkenalan yang tepat, penjelasan peranan, menerangkan alasan wawancara serta
menjamin kebebasan dan rahasia.
1. Komunikasi dengan keluarga
Komunikasi dengan keluarga merupakan proses segi tiga antara perawat orang
tua dan anak. Walaupun orang tua merupakan fokus penting dalam berkomunikasi
segi tiga. Saudara kandung, sanak keluraga lainnya dan pengasuhnya juga
merupakan bagian dari proses komunikasi.
Melaksanakan penjajakan terhadap anak memerlukan input dari anak itu
sendiri ( verbal dan non verbal ), informasi dari orang tua dan observasi
perawat sendiri. Untuk itu lakukanlah langkah-langkah sebagai berikut :
1. 1 MENDORONG ORANG TUA UNTUK BERBICARA.
Informasi tentang faktor kehidupan anak. Berhati-hatilah dan gunakan
pertanyaan-pertanyaan terbuka untuk menggali data sebanyak mungkin.
1.2 MENGARAHKAN PADA POKOK
PERMASALAHAN.
Kemampuan untuk mengarahkan pada pokok permasalahan selama berwawancara
adalah salah satu kesulitan dalam mencapai tujuan komunikasi efektif. Salah
satu pendekatan adalah menggunakan pertanyaan terbuka dan luas.
1.3 MENDENGARKAN.
Mendengarkan adalah unsur yang paling penting dalam komunikasi yang
efektif. Dalam proses mendengarkan perawat harus mengarahkan perhatiannya
dengan sungguh-sungguh pada klien. Ini merupakan proses aktif karena konsetrasi
dan perhatian ditujukan pada semua aspek percakapan yaitu : verbal, non verbal
dan yang bersifat abstrak.
1.4 DIAM SEJENAK.
Diam sebagai satu respon, sering kali merupakan tehnik wawancara yang sulit
untuk dipelajari. Diam bertujuan untuk mengalihkan pikiran, perasaan dan untuk
saling memehami emosinya kadang-kadang perlu menghentikan taktik diam ini dan
kembali berkomunikasi.
1.5 BERSIKAP EMPATI.
Empati berarti ikut merasakan perasaan orang lain secara obyektif. Perawat
yang empati berusaha sebanyak mungkin melihat keadaan dari sudut pandang klien
/ keluarga. Empati berbeda dengan simpati, simpati tidak selalu ada unsur
hubungan “ membantu “ dengan klien.
1.6
Menyakinkan
Hampir semua orang tua ingin menjadi
orang tua yang baik dan ingin menunjukkan kemampuannya dalam perannya. Orang tua membutuhkan perawat yang menghargai dan
memperhatikan perannya sebagai orang tua dan ingin agar perawat
memperhatikan anaknya. Hindarkan pembicaraan yang menyinggung
harga diri sebagai orang tua.
1.7 Menentukan Masalah.
Perawat dan orang tua harus sepakat bahwa masalah itu ada.
Perawat akan bersama ibu menetapkan apakah masalahnya ini benar atau tidak.
1.8 Memecahkan Masalah.
Pemahaman dan pengenalan masalah harus disepakati oleh orang tua kemudian
mulai merencanakan pemecahannya.
Perawat harus mendiskusikan resikonya terhadap keluarga dan mencoba mencari pemecahan masalah yang lebih
efektif.
1.9 Mengadaptasi Bimbingan.
Segera setelah masalah diidentifikasi & disetujui oleh perawat dan
orang tua, maka dapat mulai merencanakan pemecahannya. Orang tua yang
dilibatkan dalam memecahkan masalah berfartisipasi penuh selama perawatan
berlangsung. Bila situasi memungkinkan, keputusan yang diambil adalah berasal
dari orang tua dan perawat berperan sebagai fasilitator dalam pemecahan
masalah.
1.10
Menghindari hambatan-hambatan komunikasi
Hambatan yang mempengaruhi proses hubungan dalam berkomunikasi :
§ Sosialisasi
§
Memberi nasehat-nasehat yang tidak ada
kaitannya dan yang tidak diperlukan
§ Memberikan dorongan
sepintas
§ Melindungi suatu
situasi/opini
§ Menawarkan keyakinan yang
kurang sesuai
§ Memberikan pujian secara
stereotipi
§
Menahan ekspresi emosi dengan pertanyaan
tertutup
§ Menginterupsi &
menyelesaikan kalimat seseorang
§
Lebih banyak bicara dari pada orang yang
diintervien
§ Membuat konklusi yang
menghakimi
§ Mengubah fokus pembicaraan
dengan sengaja
2. KOMUNIKASI
DENGAN ANAK.
2.1 Esensi
Komunikasi.
Dua unsur penting dalam komunikasi
untuk memahami fungsi pertukaran pikiran
dan perasaan , yaitu :
2.1.1 Harus menggunakan bentuk bahasa yang bermakna bagi orang yang mereka
ajak berkomunikasi.
Contoh : bila mengunakan isyarat seperti menunjuk pada sesuatu benda
yang ingin dilihat orang lain, maka
harus dalam bentuk yang dapat dipahami.
Apabila komunikasi dengan bicara maka harus dilakukan dengan kata dan
struktur tata bahasa yang dapat dipahami anak.
2.1.2 Anak harus memahami bahasa yang digunakan orang lain,
misalnya : anak berusia 18 bulan, pembicaraan harus
memantapkan kata-katanya dengan isyarat dan pada saat anak bertambah besar
pemahaman bertambah baik sehingga isyarat kurang diperlukan.
2.2 Bentuk
Komunikasi Pra Bicara.
Sebelum
anak siap untuk belajar berbicara, alam
telah menyediakan bentuk komunikasi tertentu yang sifatnya sementara.
Selama satu setengah tahun pertama, sebelum anak mempelajari kata-kata sebagai, bentuk komunikasi, mereka menggunakan empat bentuk
komunikasi pra bicara atau (prespeech) yakni :
tangisan, celoteh, isyarat dan ekspresi emosional.
Bentuk komunikasi prabicara sifatnya
sementara, sehingga bentuk komunikasi
pra bicara ini sebaiknya ditinggalkan apabila kegunaannya sudah berakhir.
2.1.1
Tangisan
Pada awal kehidupan pasca lahir, menangis merupakan
salah satu cara pertama yang dapat
dilakukan bayi untuk berkomunikasi dengan dunia luar. Melalui
tangisan dia memberi tahu
kebutuhannya seperti lapar, dingin, panas, lelah , dan kebutuhan untuk diperhatikan. Jika kebutuhannya segera dipenuhi , bayi
hanya akan menangis bila ia merasa sakit atau tertekan. Perawat
harus banyak berlatih mengenal macam-macam arti tangisan bayi karena ibu
muda memerlukan bantuan ini.
Setelah berusia 2 minggu, kebanyakan
kasus disebabkan karena orang tua yang tidak cepat tanggap terhadap arti
tangis bayinya dan tidak konsisten dalam menanggapinya.
Bayi yang sehat dan normal frekwensi tangisan menurun pada usia 6
bulan karena keinginan & kebutuhan mereka cukup terpenuhi. Frekwensi tangis seharusnya menurun sejalan
dengan meningkatnya kemampuan bicara.
2.2.2
Ocehan dan Celoteh
Bentuk komunikasi prabicara disebut “ ocehan “
(Cooing ) atau “Celoteh” (Babbling).
Ocehan timbul
karena bunyi ekplosif awal yang
disebabkan oleh perubahan gerakan mekanisme ‘ suara ‘. Ocehan ini terjadi pada
bulan awal kehidupan bayi seperti : merengek, menjerit, menguap, bersin,
menangis & mengeluh.
Sebagian ocehan akan berkembang menjadi celoteh dan
sebagian akan hilang. Celoteh merupakan mekanisme otot saraf bayi berkembang
& sebagian bayi mulai berceloteh pada awal bulan kedua, kemudian meningkat
cepat antara bulan ke – 6 & ke – 8.
Nilai celoteh :
a.
Berceloteh adalah praktek verbal sebagai
dasar bagi perkembangan gerakan terlatih yang dikehendaki dalam bicara. Celoteh mempercepat
ketrampilan berbicara.
b.
Celoteh mendorong keinginan berkomunikasi
dengan orang lain. Berceloteh membantu bayi merasakan bahwa dia bagiandari
kelompok sosial.
2.2.3 Isyarat
Yaitu gerakan anggota badan tertentu yang berfungsi
sebagai pengganti atau pelengkap bicara.
Contoh isyarat
umum pada masa bayi :
·
Mendorong putting susu dari mulut
artinya kenyang/tidak lapar
·
Tersenyum dan mengacungkan tangan
artinya ingin digendong
·
Mengeliat, meronta, menangis, selama
berpakaian & mandi artinya tidak suka akan pembatasan gerak.
2.2.4
Ungkapan emosional
Adalah ungkapan emosional melalui perubahan tubuh &
roman muka.
Contoh :
§
Gembira :
mengendurkan badan, mengangkat tangan/kaki, tersenyum & ramah
§ Marah : Menegangkan badan, gerakan membanting
tangan / kaki, roman muka tegang
& menangis.
2.3 Peran Bicara Dalam Komunikasi.
Cara berkomunikasi pada anak belum
berusia 1 tahun, adalah menangis dan
menggunakan isyarat-isyarat yang tidak selalu dipahami orang lain. Bicara merupakan ketrampilan yang harus dipelajari yang terdiri dari :
Kata, yaitu aspek motorik bicara,
kamampuan mengeluarkan bunyi tertentu dalam komunikasi.
Mengakitkan arti dengan kata-kata tersebut, yaitu aspek mental bicara,
untuk mendapatkan hasil yang baik dibutuhkan
koordinasi otot-otot, kemampuan
mengait kata-kata, mempelajari tata bahasa.
Untuk memperkecil kesalahan anak,
perlu mengaitkan kata spesifik dengan
objek yang spesifik .
Hal yang penting dalam belajar bicara
:
2.3.1
Persiapan Fisik
Tergantung Kematangan mekanisme
bicara, contoh Bayi baru lahir.
2.3.2
Persiapan Mental
Tergantung pada kematangan otak ( asosiasi otak ), yang berkembang antara 1
– 18 bulan, saat yang tepat diajak
bicara.
2.3.3
Model untuk ditiru (yang baik)
2.3.4
Kesempatan praktek / untuk bertatih.
2.3.5
Motivasi dan
tantangan.
2.3.6
Bimbingan :
-
Menyediakan model yang baik.
-
Mengatakan dengan perlahan dan jelas
-
Membetulkan kesalahan.
Setiap individu berbeda dalam ukuran
kualitas kosa kata, tergantung pada kondisi yang mempengaruhi :
-
Faktor Kesehatan
-
Kecerdasan
-
Keadaan sosial ekonomi
-
Jenis kelamin
-
Keinginan yang kuat untuk berkomunikasi.
-
Dorongan dari
lingkungan
-
Ukuran keluarga dalam hal anak mendapat kesempatan berlatih.
-
Urutan kelahiran
-
Metode Pelatihan
-
Kelahiran kembar, yang mendorong anak
untuk berkomunikasi hanya dengan saudara kembarnya
-
Hubungan dengan teman sebaya.
-
Kepribadian.
Kemampuan memahami dan berbicara mempengaruhi penyesuaian sosial anak,
karena bicara dapat :
-
Memuaskan kebutuhan dan keinginan
-
Meminta perhatian dari orang lain.
-
Meningkatkan hubungan sosial.
-
Menentukan penilaiaan sosial.
-
Sebagai dasar penilaian diri
-
Sebagai prestasi akademik
-
Mempengaruhi pikiran dan perasaan orang
lain.
-
Mempengaruhi prilaku orang lain (
berbicara dengan keyakinan ).
2.4
Komunikasi Sehubungan Dengan Proses Berpikir Sesuai Tingkat Perkembangan Anak.
Proses berpikir pada anak-anak dimulai dari yang kongkrit ke fungsional sampai akhirnya kepada
yang abstrak :
2.4.1
Masa Bayi.
Karena bayi tidak mampu menggunakan kata-kata maka dia menggunakan komunikasi non verbal. Mereka akan tersenyum dan mendekat bila
situasi menyenangkan dan akan menangis bila tidak menyenangkan.
Bayi yang lebih besar memusatkan perhatian pada dirinya dan ibunya sehingga
setiap orang asing akan merupakan ancaman bayinya.
2.4.2
Masa Pra Sekolah ( Toddler ).
Anak usia dibawah 5 tahun, hampir semuanya egosentris , mereka melihat segala sesuatu hanya berhubungan dengan
dirinya sendiri dan hanya dari sudut pandang mereka sendiri.
Waktu pemeriksaan anak perlu menyentuh alat-alat yang akan digunakan dalam
pemeriksaan agar dia mengenal dan merasa terasing gunakan kalimat singkat dan kata-kata yang
familiar bagian anak serta batas pernyataan yang sifatnya menyatakan
penyelesaian.
2.4.3
Masa Usia Sekolah.
Anak berusia 5 – 8 tahun kurang
mengandalkan pada apa yang mereka lihat tetapi lebih pada apa yang mereka
ketahui bila diperhadapkan pada masalah baru.
Mereka butuh penyelesaian untuk segala sesuatu tetapi membutuhkan lebih
dari itu.
2.4.4
Masa Remaja.
Masa ini anak berfikir dan berperilaku
antara anak dan orang dewasa .
Oleh karena itu pada saat anak mengalami ketegangan mereka mencari rasa aman yang biasa
didapatkan pada masa kanak-kanak.
Apabila anak berbicara disertai emosional maka cara terbaik untuk memberikan
dukungan ( Support ) adalah memberi perhatian, mencoba untuk tidak menyela (interupsi ) dan menghindari komentar / ekspresi yang menimbulkan kesan terkejut /
mencela.
2.5 Tehnik Berkomunikas dengan
Anak.
2.5.1 Tehnik Non Verbal.
a.
Tehnik Orang Ketiga..
Tehnik ini mengungkapkan ekspresi
perasaan orang ketiga , seperti
“ dia atau mereka “.
Tehnik tersebut mengurangi
perasaan terancam dari pada
lansung bertanya pada anak bagaimana perasaannya ?
cara seperti ini memberikan
kesempatan untuk setuju atau tidak setuju tanpa ingin bertahan.
Misalnya Perawat mengatakan : “
kadang-kadang bila seseorang jatuh sakit, perasaan-perasaan marah dan sedih karena dia mampu berbuat
seperti apa yang orang lain perbuat”.
Kemudian diam sebentar untuk menunggu responnya atau mendorong timbulnya
jawaban dan berkata lagi : “ Apakah engkau pernah merasakan seperti itu ?”
Tehnik pendekatan seperti ini memberi kesempatan pada anak dalam tiga pilihan
:
1.
Menyetujui, penuh harapan dan
mengunggkapkan perasaannya.
2.
Tidak setuju
3.
Tetap diam, mungkin mempunyai suatu
perasaan tetapi tidak mampu mengekresikan nya pada saat itu.
b.
Neuro Linguistic Programming
( NLP ).
Tehnik pendekatan ini relatif masih baru.
Pendekatan ini untuk mengerti proses komunikasi yang memperhatikan cara / gaya / kelakuan dimana informasi dapat diterima dan dimengerti oleh individu.
Dalam komunikasi biasanya orang menggunakan satu dari tiga sensorik seperti
;
- Penglihatan
- Pendengaran
- Kinesthetic.
Sensorik yang spesifik adalah mengidentifikasi melalui observasi tipe dari
kata kerja, kata sifat dan kata ketergantungan yang digunakan seseorang.
Dengan mengunakan sensori yang sama,
perawat dapat meningkatkan hubungan dan
mengkomunikasikan informasi lebih
efektif. Orang tipe visual yang
memanfaatkan alat bantu seperti diagram dan ilustrasi. Orang tipe mendengar menggunakan kata-kata
atau suara-suara. Anak-anak cendrung
menggunakan bantuk kinesthetic dan belajar dari manipulasi objek-objek.
Contoh NLP :
Cara Komunikasi
|
Respon yang cocok
|
Cara
Visual :
Saya dapat
melihat bahwa saya
Tidak sehat.
Cara
Auditory :
Dari apa yang
saya dengar dimana
Dokter
mengatakan, anak saya akan sembuh.
Cara Kinesthetic
:
Saya merasa
bahwa prognosa anak saya menurun.
|
Ceritakan pada
saya tentang apa yang kamu lihat.
Apa yang kamu
dengar yang membuat kamu melihat sesuatu seperti ini.
Ceritakan lagi
tentang perasaan anda bahwa prognosanya menurun.
|
c.
Facilitative
Responding.
Facilitative Responding adalah mendengarkan secara seksama dan membayangkan kembali
perasaan-perasaan pasien dan isi pernyataan
anak.
Seperti : - Respon yang empati
- Tidak
menghakimi dan mengesahkan perasaan-perasaan
seseorang.
Rumus untuk
fasilitative responding adalah ;
“Engkau merasa ------ karena
----“ (Henrich and Bernheim, 1981 ).
Contoh Bila seseorang anak
mengatakan :
“ Saya benci ke RS dan mendapatkan
suntikan,” dan fasilitatife respon
adalah “ engkau merasa tidak bahagia karena semua dilakukan padamu”.
d.
Bercerita ( Story
telling ).
Respon anak terhadap tehnik-tehnik bercerita bervariasi. Bercerita menggunakan bahasa anak, dan menyelidiki
perasaannya, sementara itu menghindarkan hambatan
yang disengaja atau hindarkan ketakutan-ketakutan yang paling sederhana
adalah meminta anak menceritakan tentang
sesuatu kejadian / peristiwa sperifik “ Berada di Rumah Sakit”. Selain itu dapat menggunakan gambaran dari suatu peristiwa dan meminta anak untuk menceritakannya.
Dongeng bersama lebih mengembangkan pendekatan terapiutik. Dongeng tidak saja membantu membuka pikiran
anak, juga mencoba merubah persepsi anak atau perasaan takutnya.
Kita mulai dengan meminta anak bercerita tentang sesuatu kejadian, diikuti
oleh cerita lain oleh perawat yang sebabnya
sama dengan cerita anak hanya bedanya disini bertujuan membantu anak
masuk kedalam masalahnya.
Contohnya ; Anak bercerita tentang masuk Rumah sakit
dan tidak dapat melihat orang tuanya
lagi.
Cerita perawat hampir sama dan mengunakan nama orang lain bercerita
bahwa sewaktu anak itu berada di Rumah
sakit tetap dapat bertemu orang
tuanya setiap hari setelah selesai bekerja .
Dengan cara ini dapat mengurangi perasaan takutnya akan terpisah dari orang
tuanya.
e.
Bibliotherapy
Bibliotherapy
melibatkan penggunaan buku-buku dalam rangka proses therapiutik dan
supportive. Sasarannya adalah membantu anak mengungkapkan
perasaan-perasaan dan perhatiannya
melalui aktivitas membaca, cara ini dapat memberi kesempatan pada anak
untuk menjelajahi suatu kejadian yang sama
dengan keadaannya tetapi sedikit
berbeda untuk mengijinkan dia membatasinya dari kisah itu dan tetap dalam
kontrol. Pada dasarnya buku tidak mengancam karena anak dapat sewaktu-waktu menutup buku
tersebut atau berhenti membacanya.
Petunjuk umum dalam menggunakan Bibliotherapy
:
q
Jajaki perkembangan emosi dan
pengetahuan anak
q
Hayati isi buku dan sesuaikan isinya
dengan tingkat usia anak.
q
Bersama-sama memakai buku itu seperti
kita membaca untuknya.
q
Menyelidiki bersama anak akan arti dari
isi buku dengan cara menceritakan kembali cerita itu, baru kembali bagian-bagian khusus,
gambar sesuatu yang berkaitan dengan
cerita itu dan diskusikan gambar tersebut , bicarakan tentang karakter atau simpulkan pengertian dari
cerita tersebut.
f.
Fantasy.
Bentuk khusus
dari Bibliotherapy adalah menggunakan
dongeng fantasy atau dongeng yang wajar seperti “ Bawang Putih dan Bawang
Merah”, “Malin Kundang”, “ Sikancil mencuri ketimun” , Abu Nawas”,
dan lain-lain. Figur dan kejadian-kejadian pada dongeng melambangkan dan mengilustrasikan adanya suatu konflik
dalam suatu peristiwa seperti butuh
kasih sayang /dicintai , takut akan meninggal , takut akan tidak berharga,
pentingnya kejujuran dalam kehidupan dan lain-lain. Perlu penjelasan pada anak arti dari dongeng
dalam mencapai kebutuhan-kebutuhannya.
g.
Mimpi.
Mimpi sering diartikan sebagi
ungkapan sesuatu sasaran tidak sadar dan akan
menekan kembali perasaan dan pikiran seseorang. Dipulau jawa kita kenal beberapa macam
mimpi yang dapat mengartikan sesuatu, seperti mimpi titiyoni,
gondoyoni dan puspogeni.
Salah satu cara pada Psychoterapi
dapat menggunakan interpretasi dari mimpi dengan menanyakan pada anak dan orang tua tentang mimpi. Kemudian jelajahi perasaan
bersalah yang sangat mengganggi
h.
Pertanyaan “Bagaimana Bila”.
Pertanyaan “ Bagaimana Bila”
mendorong anak untuk menjelajahi situasi dan menentukan berbagai
pemecahan masalah.
Contoh :
Perawat dapat bertanya : “ bagaimana bila engkau sakit dan harus masuk
Rumah Sakit.???”.
Anak akan mengatakan perasaan-perasaannya yang telah dia ketahui dan
tentang apa yang dia anggap aneh yang ingin dia ketahui.
Jenis komunikasi yang baik akan
membantu anak mempelajari ketrampilah pertahanan diri ; khususnya pada situasi-situasi yang
berbahaya.
i.
Tiga Permintaan (Tree
Wishes).
Satu strategi untuk mengundang anak –anak dalam percakapan adalah tehnik “
Tiga Permintaan”. Satu pertanyaan
sederhana , apabila kau ingin memiliki
tiga hal didunia, apakah itu “.
Biasanya anak menjawab tentang apa yang dirasakan , seperti “ Saya tidak
mau sakit lagi”. Apa bila kita
tanyakan tentang kedua sisa pertanyaan,
dia akan menyatakan “ Apabila hal itu jadi kenyataan , demikian pula permintaan lainnya adalah sama dan saya
tidak ada permintaan lagi.
Selanjutnya perawat dan pasien akan membahas tentang apa arti sakit
baginya. Sekalipun perawat tidak mampu
menyembuhkan nya tetapi dia mampu membuat sebagian permintaannya menjadi
kenyataan .
Salah satu diantaranya adalah mengatur teman-teman sekolahnya untuk
mengunjunginya pada saat dia di Rumah Sakit dan masa penyembuhan dirumah.
Sebelum percakapan ini keinginan anak untuk berada/dekat dengan
teman-temannya tidak akan pernah terwujud.
j.
Ranting Game.
Permainan ini terutama membantu anak-anak yang lebih besar untuk berani
berbicara. Dari pada menanyakan
padanya bagaimana perasaaannya,
lebih baik perawat bertanya bagaimana pengalaman dari hari ke hari dalam skala 1 sampai 10,
dengan skor 10 yang menjadi paling baik. Anak-anak pada tingkat usia sekolah
dapat menggunakan cara ini yaitu dengan menulis pengalaman/ perasaan mereka
selama dirawat dalam buku hariannya.
k.
Word Association Game
Pendekatan degan cara “permainan asosiasi kata” dapat dimulai dengan
sejumlah kata-kata kunci dan meminta
anak untuk menyebut kata pertama yang dia kenal. Akan tetapi baik jika dimulai dengan
kata-kata netral seperti menggambar, menulis, berdo’a kemudian pada kata-kata yang mengundang kecemasan
seperti, penyakit, jarum suntik, rumah sakit, pembedahan dan lain-lain.
Kunci kata-kata yang dipilih harus sesuai dengan situasi kehidupan anak.
l.
Sentenoe Completion
Tanpa menanyakan langsung tentang keadaannya, tetapi menyadarkan pernyataan
yang harus dilengkapi oleh anak.
Cara pendekatan ini khususnya digunakan untuk anak-anak pra remaja dan
remaja.
Contoh :
“ Sesuatu yang menyenangkan ( menjengkelkan) tentang sekolah anak ……………………”
“ Usia yang paling menarik (tidak menarik) adalah ………………..”
Pernyataan dimulai dengan yang netral kemudian diakhiri dengan pernyataan
yang difokuskan pada perasaan tentang dirinya.
m. Pros and Cons ( Pro dan
Kontra ).
Suatu
pendekatan yang agak berbeda untuk mendorong menjelajahi perasaan-perasaannya
adalah memilih topic seperti “ Berada di RS”, dan meminta anak membuat daftar (list), “ 5 hal
yang baik dan 5 hal yang buruk “ tentang RS ini adalah tehnik yang sangat
berharga apabila diterapkan untuk menciptakan hubungan baik.
Contoh :
Dapat meminta anggota keluarga menulis lima hal yang mereka senangi dan yang tidak disenangi tentang satu sama
lainnya. Kemudian setiap anggota
keluarga mendapat kesempatan mendiskusikan
perasaan-perasaan mereka dalam
suasana yang tidak bersifat mengadili.
Bagaimana, bila menggunakan cara ini, perawat harus mampu menangani
perasaan-perasaan yang tiba-tiba muncul, perawat peka, cepat tanggap dan cepat
menetralisir situasi.
2.5 .2 Tehnik Verbal.
Tehnik komunikasi non verbal dapat digunakan pada
anak-anak seperti :
a.
Menulis
Menulis adalah suatu alternatif
pendekatan komunikasi bagi anak, remaja muda dan pra remaja. Untuk memulai suatu percakapan perawat dapat
memeriksa / menyelidiki tentang tulisan dan mungkin juga meminta untuk membaca
beberapa bagian.
Dengan menulis anak-anak lebih riel dan nyata.
b.
Menggambar.
Mengambar adalah salah satu bentuk komunikasi yang
berharga melalui pengamatan gambar.
Dasar asumsi dalam menginterpretasi gambar adalah bahwa anak-anak
mengungkapkan tentang dirinya.
Untuk mengevaluasi sebuah gambar utamakan / fokuskan pada unsur-unsur
sebagai berikut :
➢
Ukuran dari bentuk badan individu, ini
mengekspresikan orang penting.
➢
Urutan bentuk gambar, mengekspresikan
prioritas kepentingan.
➢
Posisi anak terhadap anggota keluarga
lainnya, mengekspresikan perasaan anak terhadap status terhadap status dalam
keluarga atau ikatan keluarga.
➢
Bagian adanya hapusan, bayangan atau
gambar silang, mengekspresikan ambivalen / pertentangan, keprihatinan atau
kecemasan pada hal-hal tertentu.
c.
Gerakan Gambar Keluarga.
Menggambarkan suatu kelompok, berpengaruh pada perasaan anak-anak dan respon emosi, dia akan
menggambarkan pikirannya tentang dirinya dan anggota keluarga yang lainnya.
Gambar kelompok yang paling berharga bagi anak adalah gambar keluarga.
d.
Sosiogram
Menggambar tak
perlu dibatasi bagi anak-anak, dan jenis gambar yang berguna bagi anak-anak
seusia 5 tahun adalah sosiogram (gambar ruang kehidupan) atau lingkaran
keluarga. Menggambar suatu
lingkaran adalah untuk melambangkan orang-orang yang hampir mirip dalam kehidupan anak, dan gambar
bundaran-bundaran didekat lingkaran menunjukkan keakraban / kedekatan.
e.
Menggambar bersama
dalam keluarga
Salah satu tehnik yang berguna dan dapat diterapkan pada anak-anak adalah
menggambar bersama dalam keluarga.
Menggambar bersama dalam keluarga merupakan satu alat yang berguna untuk
menggungkapkan dinamika dan hubungan keluarga.
f.
Bermain.
Bermain adalah salah satu bentuk komunikasi yang paling penting dan dapat
menjadi tehnik yang paling efektif untuk berhubungan dengan mereka. Dengan bermain dapat dikumpulkan petunjuk
mengenai tumbuh kembang fisik,
intelektual dan sosial.
Terapeutik play sering digunakan
untuk mengurangi trauma akibat sakit atau masuk rumah sakit atau untuk mempersiapkan anak sebelum
dilakukan prosedur medis / perawatan.
KESIMPULAN
.
Dalam berkomunikasi secara nob –verbal , secara serentak menggunakan semua
pancaindra kita dalam proses menerima dan mengirim berita.
Bagaimana kita
memakai panca indra tadi dan bagaimana penginterpretasi berita yang diterima
sangat menentukan observasi kita.
Dengan cara berkomunikasi seperti ini,
perawat dapat lebih merencanakan
bantuan dan bimbingan bagi pasien
dan juga perawat akan mengembangkan kepercayaan pada diri sendiri.
Orang tua merupakan fokus penting dalam komunikasi segi tiga walaupun tidak
mengabaikan saudara kandung, sanak saudara atau pembantunya. Dalam proses
komunikasi dalam keluarga kita dapat menggunakan langkah-langkah seperti :
mendorong orang tua untuk berbicara ; mengarahkan pada pokok permasalahan ;
mendengar ; diam sejenak ; meyakinkan ; menentukan masalah ; memecahkan masalah
; mengantisipasi bimbingan , dan menghindari hambatan-hambatan komunikasi.
Walaupun
tampaknya bayi tidak mampu berbicara, ternyata dia memilih bentuk komunikasi
prabicara seperti : tangisan, celoteh, isyarat dan ekspresi emosional. Kemudian
bentuk komunikasi prabicara ini berkembang menjadi peran bicara dalam
berkomunikasi. Untuk mencapai ini dibutuhkan : persiapan fisik; kesiapan
mental; model yang baik untuk ditiru; kesempatan untuk praktek; motipasi yang
tinggi; bimbingan yang tepat.
Komunikasi yang berkaitan dengan proses berpikir harus disesuaikan dengan
tingkat perkembangan anak. Proses berpikir pada anak-anak dimulai dari yang
kongkrit ke fungsional dan akhirnya keabstrak.
Terdapat bermacam-macam tehnik berkomunikasi dengan anak seperti tehnik
komunikasi non verbal ; tehnik orang ketiga ; neurolinguistic programming (N.
C. P ) ; facilitativa responding ; bercerita ; bibliotherapy ; fantasy ; mimpi
; pertanyaan “ bagaimana bila “ ; “ tiga
permintaan “, rating game ; word association game ; melengkapi kalimat dan pro
& kontra. Sedang komunikasi verbal bagi kebanyakan anak & orang tua
sering mendapat kesulitan karena harus membicarakan perasaan-perasaannya.
Komunikasi verbal dapat berupa : menulis ; menggambar ; gerakan gambar keluarga
; sociogram ; menggambar bersama dalam keluarga dan bermain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar