DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………………….......... i
Kata Pengantar…………………………………………………………………….......... i
Daftar Isi…………………………………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ……………………………………………………………………. 2
B. RUMUSAN MASALAH…………………………………………………………………. 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah singakat perkembangan Keperawatan di DUNIA ....... 4
B. Keperawatan Sebagai Suatu Profesi ……………………………………… 13
C. Pendidikan Keperawatan Di Indonesia ………………………………….. 15
D. Kondisi Sistem Pendidikan Keperawatan Di Indonesia ………. 16
E. Kebijakan Pemerintah (Depkes) Tentang Profesionalisme
Keperawatan
..................................................................18
F. Trend Dan Isu Keperawatan DiIndonesia
……………………………. 21
F. Trend Dan Isu Keperawatan Di
G.
Langkah Strategi Dalam Menghadapi Trend-Issue Keperawatan
Di
Indonesia………............................................................ 22
BAB III PENUTUP
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN…………………………………………………………………………..23
B. SARAN……………………………………………………………………………………..23
DAFTAR
PUSTAKA ……………………………………………………………………… 23
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan era reformasi dan era globalisasi di Indonesia saat ini, juga diikuti dengan perubahan pemahaman terhadap konsep sehat-sakit, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta penyebaran informasi tentang determinan kesehatan yang bersifat multifaktorial . Kondisi ini mendorong pembangunan kesehatan nasional ke arah paradigma baru yaitu paradigma sehat. Dalam perkembangannya keperawatan mengalami pasang surut sekaligus babak baru bagi kehidupan profesi keperawatan di Indonesia.
Kondisi keperawatan di Indonesia memang cukup tertinggal dibandingkan negara-negara ASEAN seperti Piliphina, Thailand, dan Malaysia, apalagi bila ingin disandingkan dengan Amerika dan Eropa. Pendidikan rendah, gaji rendah, pekerjaan selangit inilah paradoks yang ada. Rendahnya gaji menyebabkan tidak sedikit perawat yang bekerja di dua tempat, pagi hingga siang di rumah sakit negeri, siang hingga malam di rumah sakit swasta. Dalam kondisi yang demikian maka sulit untuk mengharapkan kinerja yang maksimal. Apalagi bila dilihat dari rasio perawat dan pasien, dalam satu shift hanya ada 2-3 perawat yang jaga sedangkan pasien ada 20-25 per bangsal jelas tidak proporsional.
Jumlah perawat yang menganggur di Indonesia ternyata cukup mencengangkan. Hingga tahun 2005 mencapai 100 ribu orang. Hal ini disebabkan kebijakan zero growth pegawai pemerintah, ketidakmampuan rumah sakit swasta mempekerjakan perawat dalam jumlah memadai, rendahnya pertumbuhan rumah sakit dan lemahnya kemampuan berbahasa asing.
Salah satu tolak ukur kualitas dari Perawat di percaturan internasional adalah kemampuan untuk bisa lulus dalam Uji Kompetensi keperawatan seperti ujian NCLEX-RN dan EILTS sebagai syarat mutlak bagi seorang perawat untuk dapat bekerja di USA. Dalam hal ini kualitas dan kemampuan perawat Indonesia masih sangat memprihatinkan.(1:1)
B. Rumusan Masalah
1. Apakah keperawatan merupakan suatu profesi?
2. Bagaimana gambaran pendidikan keperawatan di Indonesia?
3. Bagaimana
kondisi sistem pendidikan keperawatan di
INDONESIA?
4. Bagaimana kebijakan pemerintah ( DEPKES) tentang
4. Bagaimana kebijakan pemerintah ( DEPKES) tentang
Profesionalisme
keperawatan ?
5. Apa langkah
strategi dalam dalam menghadapi trend-issue
perubahan keperawatan dimasa
depan?
A. SEJARAH
SINGKAT PERKEMBANGAN
KEPERAWATAN
PERKEMBANGAN
KEPERAWATAN DI DUNIA
Hal merawat adalah
suatu bentuk aktifitas yang telah ada sejak manusia diciptakan
dan mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan kebudayaan. Tahap-tahap
perubahan tersebut secara garis besar sebagai berikut.
Naluri
Sejak manusia diciptakan, merawat
telah ada sebagai suatu naluri. Pada tahap ini, setiap individu menggunakan
akal pikirannya untuk memeilihara kesehatan dalam tingkat yang paling
sederhana, misalnya menyusui anak.
Kepercayaan akan adanya
roh (animisme)
Pada masa ini, manusia percaya bahwa
penyakit disebabkan oleh pengaruh roh, baik roh yang terdapat pada manusia yang
sudah meninggal maupun yang masih hidup, atau yang terdapat di alam sekitar
(batu,gunung,pohon,sungai,air, dan api). Pengobatan dan perawatan orang sakit dilakukan dengan cara mengusir roh
tersebut oleh para dukun melalui mantera atau alat-alat dari alam (akar-akaran,
daun-daunan).
Keprcayaan
pada dewa-dewa
Pada masa ini, manusia
percaya bahwa penyakit disebabkan oleh kemarahan dewa. Oleh karena itu, kuil-kuil
pemujaan dewa didirikan sebagai tempat orang-orang yang tenderita sakit
berkumpul untuk meminta kesembuhan (Priest
physician).
Dengan dimikian, kuil
dapat dianggap rumah sakit pertama pada zaman primitif.
Ketabiban
(± 14 Abad SM)
Pada masa ini, perawatan
pasien dilakukan dengan teknologi yang sedkit lebih maju. Pembalutan
(pembidaian), higiene umum, dan anatomi manusia telah cukup dikenal. Ketabiban
berkembang di India, Mesir, Yahudi, Tiangkok, dan Roma.
Diaknose
dan Philantrop (± 400 SM)
Diakones
adalah suatu kelompok yang terdiri para wanita tua dan janda yang membantu
pendeta dalam melayani dan merawat orang sakit. Pelayanan inilah yang nantinya
akan menjadi cikal bakal ilmu keperawatan kesehatan masyarakat.
Philantrop
merupakan suatu kelompok kasih sayang yang anggotanya menjauhkan diri dari
keramaian dunia dan berfokus pada perawata orang sakit. Anggota kelompok ini
merupakan tenaga inti perawat di rumah sakit pada waktu itu.
Pengaruh
penyebaran agama islam
Sekitar tahun 632
Masehi, agama islam menyebar keseluruh pelosok dunia. Agama islam sangat
menekankan pentingnya ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu, pada periode ini ilmu
kesehatan terutama kedokteran dan keperawatan berkembang dengan pesat, terutama
di Spanyol, Timur Tengah(Arab), Afrika Utara, dan Asia Barat.
Perawat-perawat
terdidik (600-1583)
Pada zaman pertengahan
muncul berbagai institusi dan lembaga yang mendidik individu menjadi seorang
perawat.
Antara lain di hotel
Dien & Lion (Prancis) yang kemudian menjadi rumah sakit terbesar dan
terlengkap di Prancis. Pada mulanya tenaga terdidik ini diseleksi dari
rohaniawan yang melakukan perawatan terhadap orang sakit yang disebut ”orang
suci” dan ”orang tobat”. Perkembangan ini dipicu dengan adanya perang salib
yang emnyebabkan merawat menjadi bagian dari tugas keagamaan yang harus
dilaksanakan dan tidak dapat dihindari.
Rohaniawan yang
terkenal pada zaman ini adalah St.Fransiscus
dari Asisi Italia (1182-1226), seorang tokoh agama yang merawat penderita
penyakit lepra (kusta) suatu penyakit yang pada itu dianggap sebagai ”sampah
masyarakat” dan hidup bersama – sama dengan mereka di pengasingan.
Periode
awal perawat Profesional (abad 18 dan 19)
Ilmu kedokteran dan
keperawatan mengalami perkembangan cukup pesat pada periode ini. Florence Nightingale (1820-1910) adalah
seorang wanita yang berperan penting dalam perkembangan ilmu keperawatan
Pendidikannya dimuali di Kaiser Werth. Paris
pada tahun 1850. ia kemudian mengepalai institut Establishment for gentel women during illness yang kemudian berubah
menjadi King College Hospital .
Florence
Nightingale merintis karirnya pada tanggal 21
oktober 1854 dalam perang Krim (1854-1856) antara Roma dan Turki, yaitu dengan
membantu para korban akibat perang tersebut. Kegiatan ini dilakukan di sebuah barak rumah sakit (Scutori) yang berkapasitas 1700 tempat
tidur dengan sarana yang masih terbatas. Namun, berkat perawatan yang insentif,
angka kematian menurun drastis dari 42 % menjadi 2 % dalam waktu 6 bulan.
Sebagai penghargaan atas keberhasilan Florence
Nightingale, pada tahun 1860 pemerintah setempat memberikan dana kepada Florence Nightingale untuk mendirikan
sekolah perawat yang diberi nama Nightingale
Nursing Scholl dan Rumah Sakit Thomas di London dijadikan sebagai lahan
praktik.
Model sekolah perawat
Nightingale sebagai berikut.
1.
Pembuatan
kebijakan dibidang keperawatan, bebas dilakukan oleh seorang kepala perawat,
meskipun ia berada di bawah kepala rumah sakit.
2.
arana
berupa asrama bagi perawat didik dikepalai oleh seorang perawat.
3.
Mengutamakan
proses belajar mengajar di dalam kelas.
4.
Tanggung
jawab bimbingan terhadap peserta didik di lahan praktik diberikan kepada kepala
bangsal.
Florence Nightingale juga menyelenggarakan beberapa
kegiatan dalam rangka pengembangan keperawatan, yaitu :
1.
Membuat
buku catatan perawat yang memuat dasar-dasar keperawatan bagi pendidikan
keperawatan.
2.
Menulis
berbagai buku tentang ilmu keperawatan.
3.
Mengadakan
latihan P3K dan palang merah untuk para prajurit.
4.
Memperbaiki
praktik keperawatan di beberapa rumah sakit di Inggris.
5.
Menyelenggarakan
kegiatan yang berhubungan dengan Kesehatan masyarakat dan Perawat Kesehatan
Masyarakat.
6.
Mendirikan
himpunan Perawat Nasional Inggris (British
Nurses Association) pada tahun 1887, yang merupakan perkumpulan perawat
pertama di dunia.
7. Mendirikan
himpunan perawat-perawat kepala di seluruh Inggris yang disebut Matron Council of Nursing pada tahun
1894.
Perkumpulan ini menjadi semakin kuat
sehingga pemerintah Inggris menetapkannya sebagai Profesional Freedom yang kemudian di undang-undangkan pada tahun 1919.
PERKEMBANGAN KEPERAWATAN
DI INDONESIA
Seiring dengan perkembangan
keperawatan di dunia, dunia keperawatan di indonesia juga mengalami
perkembangan. Tahap-tahap perkembangan tersebut sebagai berikut.
Penjaga
orang sakit (zieken oppasser)
Sebelum VOC datang ke
indonesia (1602-1799), keperawatan di indonesia masih bersifat tradisional
(berdasarkan naluri, dan berhubungan dengan dukun dan roh).
Setelah VOC masuk ke
indonesia, didirikan sebuah rumah sakit pertama yang disebut Binnen Hospital
(1799). Tenaga perawat diambil dari penduduk pribumi yang bertanggung jawab atas
perawatan kustodialpasen
(bed-side-care), dan dibagi menjadi 2 bagian berdasarkan pekerjaan yang
dilakukannya, yaitu kepala rumah tangga/kepala bangsal (binnen Vaders/zieken vaders) dan penjaga orang sakit/juru perawat (Zeiken oppassers). Tugas penjaga orang
sakit meliputi kegiatan domestik, seperti membersihkan bangsal dan memasak,
mengontrol pasien, mencegah agar pasien tidak melarikan diri, dan menjaga
pasien yang mengalami gangguan jwa. Perawat pada masa ini bukan merupakan suatu
pekerjaan yang bersifat sukarela atau yang memerlukan kemampuan intelektual,
melainkan dianggap sebagai pekerjaan yang hanya pantas dilakukan oleh individu
yang memiliki derajat sosial rendah, sedangkan tugas pelayanan kesehatan
sendiri dilakukan oleh seorang dokter bedah dan pelayanan ini hanya diberikan kepada
awak kapal, pegawai, dan orang-orang VOC.
Pada tahun 1800 dengan
dibubarkannya VOC dan diambil alihnya pemerintahan oleh belanda, kondisi
kesehatan di indonesia menjadi merosot tajam. Namun, pada tahun 1808 dibawah
pemerintahan gubernur jendral hw daendels (1762-1818) dibangun beberapa rumah
sakit kecil di kota bandung; semarang, surabaya,dan beberapa rumah sakit kecil
di gatnijun. Pada zaman ini sudah mulai diterapkan sistam rujukan, pengelompokan
pesien sesuai dengan penyakit, dan sanitasi rumah sakit. Tanaga kesehatan pada
periode ini dibagi dalam tiga kelas satu, kelas dua, dan kelas tiga, serta
diberi pangkat militer.
Selama penjajahan
inggris (1811-1817), usaha untuk mendidik tenaga kesehatan terutama bagi kaum
pribumi menjadi perhatian yang besar. Pada tahun 1851 didirikan sekolah
kedokteran untuk pribumi (school voor inlandsche gameiskundigen). Yang kemudian
berubah nama menjadi stovia, dan sekolah bidan pribumi (school voor inlandsche
vroedruuven).lulsan stovia disebut ”dokter jawa” yang bertugas untuk membantu
dokter belanda. Bidan-bidan bertugas untuk menggantikan dukuun bayi yang
diapandang pemerintah belanda sebagai individu yang seangat bodoh.
Model keperawatan
Voksional (awal abad 19)
Dengan datangnya misi kedokteran,
dimulailah pekerjaan vokasional bagi tenaga perawat pada rumah sakit misionaris
yang diawali dengan memberikan pelatihan sebagi bagian dari pendidikan
keperawatan non formal.
Model keperawatan kuartif
Model keperawtan vokasional berkembang
menjadi model kuartif pada tahun 1920 dan sangat didukung oleh pemerintahan
pada waktu itu di bawah kepemimpinan Gubernur Rafles. Ia mendukung pemberian vaksinasi cacar air dan pengobatan
penyakit seksual bagi pribumi. Rafles juga mengadakan pelatihan untuk para
ulama dan tokoh masyarakat di tingakat kabupaten, untuk dilibatkan dalam
kegiatan pengobatan dan vaksinasi. Kemudian
dibentuk departemen khusus untuk menangani vaksinasi cacar yang berskala
nasional. Dan untuk lebih mendukung pelaksanaan vaksinasi, pemerintah melatih
tenaga pelatih perawat untuk ditugaskan didaerah perdesaan yang bisa disebut
sebagai mantri cacar.
Dirumah sakit,
biasanya para mantri adalah seseorang yang telah cukup berpengalaman yang
disebut sebagai verpleger. Mereka ini
dianggap mampu untuk melaksanakan berbagai tindakan dan pengobatan terhadap
penyakit tertentu, dan pada kasusu yang sulit mereka diperbolehkan merujuk
pasien ke rumah sakit yang lebih besar yang dilayani oleh dokter-dokter yang
sering disebut ”Dokter Belanda”.
Keperawatan
semi profesional
Pendidikan khusus
keperawatan dengan sistem megang bagi lulusan sekolah dasar selama 4 tahun,
mulai diselenggarakan. Para siswa yang berhasil menyelesaikan pendidikan khusus
ini akan mendapatak gelar sebagai berikut :
1.
Diploma
AI : Perawat umum atau,
2.
Diploma
B I : Perawat jiwa.
Mantri laki-laki yang
berpengalaman minimal 2 tahun dapat melanjutkan pendidikannya ke sekolah
mantri, juru perawat, atau mantri Verpleger
kelas satu selama 2 tahun. Khusus untuk mantri perempuan, mereka dapat
melanjutkan pendidikannya ke pendidikan kebidanan (diploma c).
Pendidikan perawat/Verpleger dengan dasar sekolah menengah
pertama diberikan kepada siswa berkebangsaan Belanda dan Indo Eropa dengan
gelar diploma A untuk keperawatan umum dan diploma B keperawatan jiwa.
Pembagian kerja
perawat berdasarkan gelar yang mereka peroleh sebagai berikut.
1.
Mantri
Verpleger ditugaskan untuk
membersihkan perawatan kustodial di rumah sakit atau menjadi asisten
laboratorium.
2.
Mantri
Verpleger kelas 1 ditugaskan untuk
bekerja sebagai spesialis pengobatan di poliklinik.
3.
Perawata/verpleger ditugaskan unruk merawat
pasien berkebangsaan asing.
Keperawatan
Preventif
Pada tahun 1925,
seiring dengan perkembangan teknologi yang terjadi di Eropa, fokus utama
keperawatan ditujukan pada upaya preventif. Pemerintahan belanda pada waktu itu
menganggap bahwa sanitasi dan penyuluhan kesehatan sangat penting untuk
mencegah terjadinya wabah suatu penyakit. Di samping itu, telah muncul
kesadaran bahwa tindakan kuratif hanya bersifat semantara dan dampaknya
terhadap kesehatan mesyarakat pada umumnya sangay minimal. Untk mendukung upaya
ini, didirikanlah Dienstder Volks
geondheid, suatu lembaga pelayanan kesehatan masyarakat, dan Sekolah Mantri
Kesehatan di Purwokerto pada tahun 1937 dengan kurikulum utama Pendidikan
Kesehatan untuk Penduduk Desa. Situasi ini terus berlanjut sampai bangsa
indonesia memperoleh kemerdekaanya pada tahun 1945.
Menuju
pelayanan keperawatan Profesional
Pada tahun 1945,
pelayanan keperawatan di indonesia berkembang ke arah pelayanan keperawatan
profesional. Sekolah pengatur rawat (SPR) dan sekolah bidan didirikan untuk
menyiapkan tenaga perawat di rumah sakit besar, balai pengobatan, dan BKIA. Tenaga perawat dan bidan ini berasal dari lulusab sekolah
menengah pertama ditambah dengan pendidikan khusus selam tiga tahu. Di samping
itu, juga telah dibuka sekoah perawat di Indonesia.
Dalam persiapan ke
arah profesionalisasi maka pada tahun 1974 dibentuk organisasi Persatuan
Perawat Indonesia yang merupakan gabungan dari beberapa organisasi keperawatan
sebelumnya. Pembetukan organisasi yang merupakan satu-satunya wadah bagi
perawat ini Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat pada tahun 1967 di Bandung.
Keperawatan
Profesional di Indonesia
Pada tahun 1983
melalui Lokakarya Nasional Keperawatan yang diselenggarakan oleh Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen Kesehatan RI, dan DPP PPNI, telah
ditetepkan definisi mengenai tugas dan fungsi perawat di Indonesia.
Dari hasil lokakarya nasional tersebut, dikembangkan
pendidikan perawat setingkat akademi (DIII), Sarjana (S1), Pasca sarjana (S2),
serta D IV di indonesia. Sejak tahun 1992 melalui UU No. 23 tentang kesehatan
maka keberadaan, fropesionalisasi, dan badan ilmu keperawatan telah diakui oleh
pemerinyah. Dengan pengakuan ini, profesionalisasi dan pendidikan keperawatan
dapat berkembang sampai ke jenjang S3.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
B. Keperawatan Sebagai Suatu Profesi
Ketika ada pertanyaan, apakah keperawatan merupakan suatu profesi? Maka salah satu pertimbangan kita untuk menjawab pertanyaan ini adalah meneliti ada atau tidaknya organisasi profesi. Sebagai suatu profesi, keperawatan memiliki organisasi yang sangat bermanfaat dalam menetapkan standar praktek, pelayanan dan pendidikan keperawatan, membuat legislasi dan membahas berbagai phenomena yang terjadi atau berhubungan dengan profesi keperawatan. Adapun organisasi keperawatan, diantaranya: Iinternasional Council of Nurses merupakan organisasi profesional wanita pertama di dunia yang berdiri pada tahun 1899. American Nurses Association merupakan organisasi profesi perawat di Amerika Serikati pada tahun 1800. Canadians Nurses Association merupakan asosiasi perawat di kanada. British Nurses Asossiation adalah perawat nasioanl di Inggris. Persatuan perawa nasional Indonesia (PPNI) adalah perhimpunan parawat di indonesia didirikan pada tanggal 17 maret 1974. Sebagai organisasi profesi PPNI mempunyai peranan penting dalam melakukan pembinaan anggotanya, mengenmbangkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi keperawatan, serta mengelola pelayanan keperawatan.(2:10-12)
Sejak disepakatinya keperawatan sebagai suatu profesi pada Lokakarya Nasional Keperawatan tahun 1983, terjadilah pergeseran paradigma keperawatan dari pelayanan yang sifatnya vokasional menjadi pelayanan yang bersifat professional. Keperawatan kini dipandang sebagai suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang meliputi aspek bio,psiko,sosio dan spiritual yang komperehensif, dan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat yang baik yang sehat maupun yang sakit dan mencakup seluruh siklus hidup manusia . Sebagai profesi yang masih dalam proses menuju “perwujudan diri”, profesi keperawatan dihadapkan pada berbagai tantangan. Pembenahan internal yang meliputi empat dimensi domain yaitu; Keperawatan, pelayanan keperawatan, asuhan keperawatan, dan praktik keperawatan. Belum lagi tantangan eksternal berupa tuntutan akan adanya registrasi, lisensi, sertifikasi, kompetensi dan perubahan pola penyakit, peningkatan kesadaran masyarakat akan hak dan kewajiban, perubahan sistem pendidikan nasional, serta perubahan-perubahan pada suprasystem dan pranata lain yang terkait.( 2:1)
C. Pendidikan Keperawatan Di Indonesia
Pendidikan keperawatan merupakan sebuah proses dimana disadari bahwa long life education sangat penting untuk perawat dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan keahliannya dalam praktek keperawatan. Pendidikan berkelanjutan pada keperawatan dan pengembangan staff harus berdasarkan pada prinsip-prinsip belajar mengajar secara dewasa dan selalu diarahkan pada prinsip-prinsip etik. Pada pusat-pusat pelayanan kesehatan yang tertier memerlukan staf dengan pengetahuan yang spesialistik.
Indonesia telah memilih untuk menata sistem pendidikan keperawatan sebagai upaya awal dan kunci peletakan landasan pengembangan profesi keperawatan. Perkembangan pendidikan keperawatan sejak Florence Nightingale atau sejak Rufaida di zaman kerasulan semakin pesat dan berkembang. Bahkan keperawatan sudah diakui sebagai profesi yang terus berkembang sesuai dengan tuntutan masyarakat serta kemajuan ilmu dan technologi.
Keperawatan sebagai sebuah profesi yang didalamnya terdapat Body of Knowledge yang jelas, memiliki dasar pendidikan yang kuat sehingga dapat dikembangkan setinggi-tingginya. Hal ini menyebabkan profesi keperawatan selalu dituntut untuk mengembangkan diri dan berpartisipasi aktif dalam sistem pelayanan kesehatan di Indonesia dalam upaya meningkatkan profesionalisme keperawatan agar dapat memajukan pelayanan kesehatan di negeri ini.
Berdasarkan pemahaman tersebut, dan untuk mencapainya, dibentuklah sistem pendidikan tinggi keperawatan. Institusi pendidikan keperawatan di Indonesia harus menyadari bahwa untuk menghasilkan lulusan yang memenuhi syarat kredensial dari negara lain sehingga lulusannya bisa diterima bekerja di semua tatanan dan diseluruh dunia maka ada berbagai aspek yang harus diperhatikan antara lain adalah para lulusan harus memperoleh pengetahuan teoritis dan pengalaman praktek klinik yang memadai, dengan mengacu konsep pendidikan keperawatan yang berpusat pada pemenuhan kebutuhan klien dan hubungan perawat klien.(3: 1)
D. Kondisi Sistem Pendidikan Keperawatan Di Indonesia
Pengakuan body of knowledge keperawatan di Indonesia dimulai sejak tahun 1985, yakni ketika program studi ilmu keperawatan untuk pertama kali dibuka di Fakultas Kedokteran UI. Dengan telah diakuinya body of knowledge tersebut maka pada saat ini pekerjaan profesi keperawatan tidak lagi dianggap sebagai suatu okupasi, melainkan suatu profesi yang kedudukannya sejajar dengan profesi lain di Indonesia. Tahun 1984 dikembangkan kurikulum untuk mempersiapkan perawat menjadi pekerja profesional, pengajar, manajer, dan peneliti. Kurikulum ini diimplementasikan tahun 1985 sebagai Program Studi Ilmu keperawatan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Tahun 1995 program studi itu mandiri sebagai Fakultas Ilmu keperawatan lulusannya disebut ners atau perawat profesional. Program Pascasarjana keperawatan dimulai tahun 1999. Kini sudah ada Program Magister keperawatan dan Program Spesialis keperawatan Medikal Bedah, Komunitas, Maternitas, Anak Dan Jiwa.
Menurut Yusuf (2006) sejak tahun 2000 terjadi euphoria Pendirian Institusi keperawatan baik itu tingkat Diploma III (akademi keperawatan) maupun Strata I. Pertumbuhan institusi keperawatan di Indonesia menjadi tidak terkendali. Seperti jamur di musim kemarau. Artinya di masa sulitnya lapangan kerja, proses produksi tenaga perawat justru meningkat pesat. Parahnya lagi, fakta dilapangan menunjukkan penyelenggara pendidikan tinggi keperawatan berasal dari pelaku bisnis murni dan dari profesi non keperawatan sehingga pemahaman tentang hakikat profesi keperawatan dan arah pengembangan perguruan tinggi keperawatan kurang dipahami. Belum lagi sarana prasarana cenderung untuk dipaksakan, kalaupun ada sangat terbatas .
Sedangkan menurut
Sugiarto (2005), saat ini di Indonesia berdiri 32 buah Politeknik kesehatan dan
598 Akademi Perawat yang berstatus milik daerah,ABRI dan swasta (DAS) yang
telah menghasilkan lulusan sekitar 20.000 - 23.000 lulusan tenaga keperawatan
setiap tahunnya. Apabila dibandingkan dengan jumlah kebutuhan untuk menunjang
Indonesia sehat 2010 sebanyak 6.130 orang setiap tahun, maka akan terjadi
surplus tenaga perawat sekitar 16.670 setiap tahunnya.
Salah satu tantangan terberat adalah peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) tenaga keperawatan yang walaupun secara kuantitas merupakan jumlah tenaga kesehatan terbanyak dan terlama kontak dengan pasien, namun secara kualitas masih jauh dari harapan masyarakat. Indikator makronya adalah rata-rata tingkat pendidikan formal perawat yang bekerja di unit pelayanan kesehatan (rumah sakit/puskesmas) hanyalah tamatan SPK (sederajat SMA/SMU). Berangkat dari kondisi tersebut, maka dalam kurun waktu 1990-2000 dengan bantuan dana dari World Bank, melalui program “health project” (HP V) dibukalah kelas khusus D III keperawatan hampir di setiap kabupaten. Selain itu bank dunia juga memberikan bantuan untu peningkatan kualitas guru dan dosen melalui program “GUDOSEN”. Program tersebut merupakan suatu percepatan untuk meng-upgrade tingkat pendidikan perawat dari rata-rata hanya berlatar belakang pendidikan SPK menjadi Diploma III (Institusi keperawatan). Tujuan lain dari program ini diharapkan bisa memperkecil gap antara perawat dan dokter sehingga perawat tidak lagi menjadi perpanjangan tangan dokter (Prolonged physicians arms) tapi sudah bisa menjadi mitra kerja dalam pemberian pelayanan kesehatan.(2:1)
Salah satu tantangan terberat adalah peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) tenaga keperawatan yang walaupun secara kuantitas merupakan jumlah tenaga kesehatan terbanyak dan terlama kontak dengan pasien, namun secara kualitas masih jauh dari harapan masyarakat. Indikator makronya adalah rata-rata tingkat pendidikan formal perawat yang bekerja di unit pelayanan kesehatan (rumah sakit/puskesmas) hanyalah tamatan SPK (sederajat SMA/SMU). Berangkat dari kondisi tersebut, maka dalam kurun waktu 1990-2000 dengan bantuan dana dari World Bank, melalui program “health project” (HP V) dibukalah kelas khusus D III keperawatan hampir di setiap kabupaten. Selain itu bank dunia juga memberikan bantuan untu peningkatan kualitas guru dan dosen melalui program “GUDOSEN”. Program tersebut merupakan suatu percepatan untuk meng-upgrade tingkat pendidikan perawat dari rata-rata hanya berlatar belakang pendidikan SPK menjadi Diploma III (Institusi keperawatan). Tujuan lain dari program ini diharapkan bisa memperkecil gap antara perawat dan dokter sehingga perawat tidak lagi menjadi perpanjangan tangan dokter (Prolonged physicians arms) tapi sudah bisa menjadi mitra kerja dalam pemberian pelayanan kesehatan.(2:1)
E. Kebijakan pemerintah (DEPKES) tentang profesionalisme
Keperawatan
Di bidang kesehatan tuntutan reformasi total muncul karena masih ada ketimpangan hasil pembangunan kesehatan antar daerah dan antar golongan. Kurangnya kemandirian dalm pembangunan bangsa dan derajat kesehatan masyarakat yang masih tertinggal di bandingkan dengan Negara tetangga. Berdasarka pemahan terhadap situasi dan adanya perubahanM konsep sehat-sakit, serta semakin kayanya khasanah ilmu pengetahuan dan informasi tebtabg determinan kesehatan yang bersifat multifaktoral telah mendorong pembangunan kesehatan nasional kearah pradigma baru, yakni paradigma sehat. Dalam rangka mencapai Indonesia sehat 2010, misi DEPKES adalah :
1) Penggerak pembangunan nasional berwawasan kesehatan
2) Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga, masyarakat serta lingkungannya
3) Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, dan terjangkau
4) Mendorong kemandirian masyarakat untuk sehat
Untuk mencapai visi dan misi tersebut telah dikembangkan pilar strategi pembangunan kesehatan yang meliputi:
1) Paradigm sehat/pembanguna berwawasan kesehatan
2) Profesionalisme
3) Jaminan pemeliharaan keseahatan masyarakat.
4) Desentralisai
Apabila dikaitkan antaara visi dan misi Depkes tersebut, maka data di tarik hubungan antara misi ketiga ( Profesionalisme ) yaitu: “ Pengembangan Sistem Pendidikan Tinggi Keperawatan” dalam upaya mewujudkan keperawatan sebagai profesi di Indonesia.(4:16-17)
Menurut Munadi ( 2006), kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan sisitem pendidikan keperawatan di Indonesia adalah UU no. 2 tahun 1989 tentang pendidikan nasional, Peraturan pemerintah no. 60 tahun 1999 tentang pendidikan tinggi dan keputusan Mendiknas no. 0686 tahun 1991 tentang Pedoman Pendirian pendidikan Tinggi Pengembangan sistem pendidikan tinggi keperawatan yang bemutu merupakan cara untuk menghasilkan tenaga keperawatan yang profesional dan memenuhi standar global. Hal-hal lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu lulusan pendidikan keperawatan menurut Yusuf (2006) dan Muhammad (2005) adalah :
1. Standarisasi jenjang, kualitas/mutu, kurikulum dari institusi pada pendidikan.
2. Merubah bahasa pengantar dalam pendidikan keperawatan dengan menggunakan bahasa inggris. Semua Dosen dan staf pengajar di institusi pendidikan keperawatan harus mampu berbahasa inggris secara aktif
3. Menutup institusi keperawatan yang tidak berkualitas
4. institusi harus dipimpin oleh seorang dengan latar belakang pendidikan keperawatan
5. Pengelola insttusi hendaknya memberikan warna tersendiri dalam institusi dalam bentuk muatan lokal,misalnya emergency Nursing, pediatric nursing, coronary nursing.
6. Standarisasi kurikulum dan evaluasi bertahan terhadap staf pengajar di insitusi pendidikan keperawatan
7. Departemen pendidikan , Departemen Kesehatan, dan Organisasi profesi serta sector lain yang terlibat mulai dari proses perizinan juga memiliki tanggung jawab moril untuk melakukan pembinaan.(2:1)
F. Trend Dan Isu Keperawatan Di Indonesia
Di bidang kesehatan tuntutan reformasi total muncul karena masih ada ketimpangan hasil pembangunan kesehatan antar daerah dan antar golongan. Kurangnya kemandirian dalm pembangunan bangsa dan derajat kesehatan masyarakat yang masih tertinggal di bandingkan dengan Negara tetangga. Berdasarka pemahan terhadap situasi dan adanya perubahanM konsep sehat-sakit, serta semakin kayanya khasanah ilmu pengetahuan dan informasi tebtabg determinan kesehatan yang bersifat multifaktoral telah mendorong pembangunan kesehatan nasional kearah pradigma baru, yakni paradigma sehat. Dalam rangka mencapai Indonesia sehat 2010, misi DEPKES adalah :
1) Penggerak pembangunan nasional berwawasan kesehatan
2) Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga, masyarakat serta lingkungannya
3) Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, dan terjangkau
4) Mendorong kemandirian masyarakat untuk sehat
Untuk mencapai visi dan misi tersebut telah dikembangkan pilar strategi pembangunan kesehatan yang meliputi:
1) Paradigm sehat/pembanguna berwawasan kesehatan
2) Profesionalisme
3) Jaminan pemeliharaan keseahatan masyarakat.
4) Desentralisai
Apabila dikaitkan antaara visi dan misi Depkes tersebut, maka data di tarik hubungan antara misi ketiga ( Profesionalisme ) yaitu: “ Pengembangan Sistem Pendidikan Tinggi Keperawatan” dalam upaya mewujudkan keperawatan sebagai profesi di Indonesia.(4:16-17)
Menurut Munadi ( 2006), kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan sisitem pendidikan keperawatan di Indonesia adalah UU no. 2 tahun 1989 tentang pendidikan nasional, Peraturan pemerintah no. 60 tahun 1999 tentang pendidikan tinggi dan keputusan Mendiknas no. 0686 tahun 1991 tentang Pedoman Pendirian pendidikan Tinggi Pengembangan sistem pendidikan tinggi keperawatan yang bemutu merupakan cara untuk menghasilkan tenaga keperawatan yang profesional dan memenuhi standar global. Hal-hal lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu lulusan pendidikan keperawatan menurut Yusuf (2006) dan Muhammad (2005) adalah :
1. Standarisasi jenjang, kualitas/mutu, kurikulum dari institusi pada pendidikan.
2. Merubah bahasa pengantar dalam pendidikan keperawatan dengan menggunakan bahasa inggris. Semua Dosen dan staf pengajar di institusi pendidikan keperawatan harus mampu berbahasa inggris secara aktif
3. Menutup institusi keperawatan yang tidak berkualitas
4. institusi harus dipimpin oleh seorang dengan latar belakang pendidikan keperawatan
5. Pengelola insttusi hendaknya memberikan warna tersendiri dalam institusi dalam bentuk muatan lokal,misalnya emergency Nursing, pediatric nursing, coronary nursing.
6. Standarisasi kurikulum dan evaluasi bertahan terhadap staf pengajar di insitusi pendidikan keperawatan
7. Departemen pendidikan , Departemen Kesehatan, dan Organisasi profesi serta sector lain yang terlibat mulai dari proses perizinan juga memiliki tanggung jawab moril untuk melakukan pembinaan.(2:1)
F. Trend Dan Isu Keperawatan Di Indonesia
Salah satu masalah kesehatan yang menonjol di Indonesia semenjak otonomi daerah adalah kasus gizi buruk. Salah satu cara pemerintah untuk mengatasi masalah ini adalah dengan melakukan revitalisasi untuk menghidupkan kembali konsep Posyandu melalui konsep Desa Siaga. Kebijakan pemerintah ini dapat mengalami hambatan untuk diwujudkan karena tidak melibatkan perawat untuk ambil bagian dari desa siaga tersebut, yang disebabkan kurangnya pemahaman pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan tersebut atau memang sengaja pemerintah untuk tidak melibatkan perawat. Padahal dengan adanya spesialisasi keperawatan komunitas dan keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1239 tahun 2001 tentang registrasi dan praktik perawat, tenaga keperawatan dapat memberikan kontribusi yang maksimal dalam penyukseskan program desa siaga.
Isu hangat di berbagai pertemuan keperawatan baik regional maupun nasional adalah isu tentang jasa keperawatan. Hal ini merupakan kebutuhan mendesak, karena dapat menimbulkan dampak serius, seperti penurunan mutu pelayanan, meningkatnya keluhan konsumen, ungkapan ketidakpuasan perawat lewat unjuk rasa dan sebagainya. Isu ini jika tidak ditanggapi dengan benar dan proporsional dikhawatirkan dapat menghambat upaya melindungi kepentingan pasien dan masyarakat yang membutuhkan jasa pelayanan kesehatan, menghambat perkembangan rumah sakit serta menghambat upaya pengembangan dari keperawatan sebagai profesi. Hal ini juga terkait dengan kesiapan Indonesia menghadapi AFTA 2003.(2:2)
G. Langkah strategi dalam menghadapi trend-issue keperawatan di
Strategi perawat
1. Peningkatan pendidikan bagi perawat practicioners
2. Pengembangan ilmu keperawatan
3. Pelaksanaan riset yang berorientasi pada masalah di klinik atau komunitas
4. Identifikasi peran manajer perawat profesional di masa depan
5. Menerapkan model dan metode praktik keperawatan profesinal terbaru.
Oleh karena itu, keperawatan di Indonesia di masa depan perlu mendapatkan prioritas utama dalam pengembangan keperawatan, hal ini berkaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan secara profesionalisme dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi di Indonesia.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
KESIMPULAN
Keperawatan merupakan suatu profesi yang memiliki organisasi profesi yang sangat bermanfaat dalam menetapkan standar praktek, pelayanan dan pendidikan keperawatan,
Keperawatan sebagai sebuah profesi yang didalamnya terdapat Body of Knowledge yang jelas, memiliki dasar pendidikan yang kuat sehingga dapat dikembangkan setinggi-tingginya.
SARAN
Kami sebagai manusia yang tidak pernah dari salah dalam
berbuat , dalam hal ini kami kelompok yang membuat dan menyusun makalah
Perkembangan Keperawatan di Indonesia, menerima masukan / saran dari pembaca
makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
1. H. Zaidin Ali : DASAR-DASAR KEPERAWATAN PROFESIONAL.
1. Gaffer, La Ode jumadi. 2004 . Pengantar Keperawatan Professional, Jakarta : EGC
2. Netha Damayantie. 2009. Keperawatan di Indonesia. In the http://152.118.148.220/pkko/files/jwb%20uts%20no3%20ppko.rtf. Last up date 9 juni 2009
3. Mohammad Nabilels 2009. Informasi Pendidikan Keperawatan di Indonesia. In the http://www.lrc-kmpk.ugm.ac.id/id/UP-PDF/_working/No.2_dwi%20ananto_01_05.pdf. Last up date 9 juni 2009
4. Nursalam .2007.Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktek Keperawatan Professional, Edisi Kedua. Jakarata: Salemba Medika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar